Rusia Bantu Program Senjata Nuklir China, AS Merasa Terancam
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Rusia , melalui perusahaan energi atomnya, telah membantu program senjata nuklir China. Langkah itu dianggap para anggota Parlemen Amerika Serikat (AS) sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Amerika.
Para politisi Partai Republik di Parlemen menyerukan pejabat keamanan nasional pemerintahan Presiden Joe Biden untuk memanfaatkan penerapan penuh sanksi, kontrol ekspor, dan diplomasi guna memblokir perusahaan energi atom milik negara Rusia; Rosatom, membantu memperluas program senjata nuklir Beijing.
Ketua Komite Angkatan Bersenjata Parlemen Mike Rogers, Ketua Komite Intelijen Parlemen Mike Turner, dan Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Michael McCaul menuntut agar pemerintahan Biden mengakui bahwa Rusia dan China sedang bekerja bersama-sama melawan Amerika Serikat.
"Perusahaan energi nuklir milik negara Rusia, Rosatom, membantu Republik Rakyat China mendapatkan cukup plutonium tingkat senjata untuk memicu ledakan nuklir strategisnya," tulis para petinggi Parlemen tersebut dalam surat pada hari Jumat kepada Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Menteri Keuangan Janet Yellen, Menteri Energi Jennifer Granholm, Menteri Perdagangan Gina Raimondo dan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines.
Para petinggi Parlemen Amerika menjelaskan bahwa Rosatom Rusia membantu memicu upaya perang Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.
"Kami meminta pemerintah untuk melihat kerja sama ini apa adanya, ancaman langsung terhadap keamanan AS dan lebih banyak bukti bahwa Rusia dan China bekerja sama melawan Amerika Serikat," lanjut surat mereka.
"Pemerintah harus menggunakan semua alat yang tersedia untuk menghentikan kerja sama berbahaya Rosatom dan Republik Rakyat China."
Rogers, Turner dan McCaul juga memperingatkan bahwa posisi Rosatom di pasar global semakin kuat.
Para politisi Partai Republik di Parlemen menyerukan pejabat keamanan nasional pemerintahan Presiden Joe Biden untuk memanfaatkan penerapan penuh sanksi, kontrol ekspor, dan diplomasi guna memblokir perusahaan energi atom milik negara Rusia; Rosatom, membantu memperluas program senjata nuklir Beijing.
Ketua Komite Angkatan Bersenjata Parlemen Mike Rogers, Ketua Komite Intelijen Parlemen Mike Turner, dan Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Michael McCaul menuntut agar pemerintahan Biden mengakui bahwa Rusia dan China sedang bekerja bersama-sama melawan Amerika Serikat.
"Perusahaan energi nuklir milik negara Rusia, Rosatom, membantu Republik Rakyat China mendapatkan cukup plutonium tingkat senjata untuk memicu ledakan nuklir strategisnya," tulis para petinggi Parlemen tersebut dalam surat pada hari Jumat kepada Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Menteri Keuangan Janet Yellen, Menteri Energi Jennifer Granholm, Menteri Perdagangan Gina Raimondo dan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines.
Para petinggi Parlemen Amerika menjelaskan bahwa Rosatom Rusia membantu memicu upaya perang Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.
"Kami meminta pemerintah untuk melihat kerja sama ini apa adanya, ancaman langsung terhadap keamanan AS dan lebih banyak bukti bahwa Rusia dan China bekerja sama melawan Amerika Serikat," lanjut surat mereka.
"Pemerintah harus menggunakan semua alat yang tersedia untuk menghentikan kerja sama berbahaya Rosatom dan Republik Rakyat China."
Rogers, Turner dan McCaul juga memperingatkan bahwa posisi Rosatom di pasar global semakin kuat.