Ini Alasan Australia Ngotot Ingin Punya Kapal Selam Nuklir

Selasa, 14 Maret 2023 - 19:12 WIB
loading...
Ini Alasan Australia Ngotot Ingin Punya Kapal Selam Nuklir
Australia mengatakan kapal selam nuklir AS diperlukan untuk melawan militerisasi China. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
CANBERRA - Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan kesepakatan untuk membeli kapal selam serang bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS) diperlukan untuk melawan penumpukan militer konvensional terbesar di kawasan itu sejak Perang Dunia II.

Pejabat Australia mengatakan kesepakatan itu akan menelan biaya hingga USD245 miliar atau sekitar Rp3.768 kuadriliun selama tiga dekade ke depan dan menciptakan 20.000 pekerjaan. Itu terjadi pada saat China dengan cepat membangun militernya sendiri.

Marles mengatakan telah melakukan upaya diplomatik besar-besaran selama berbulan-bulan menjelang pengumuman kesepakatan pada Senin ini, termasuk melakukan lebih dari 60 panggilan telepon ke para pemimpin regional dan dunia. Australia bahkan telah menawarkan untuk menjaga China tetap dalam lingkaran.

“Kami menawarkan briefing. Saya belum ikut briefing dengan China,” kata Marles seperti dilansir dari The Associated Press, Selasa (14/3/2023).

Ditanya oleh wartawan apakah China telah menolak pengarahan atau menanggapi sama sekali, Marles menjawab: "Saya tidak mengetahui tanggapan itu."

Tanpa secara khusus menyebut China, Marles mengatakan Australia perlu menanggapi pembangunan militer di Pasifik.



“Kegagalan untuk melakukannya akan membuat kita dikutuk oleh sejarah,” serunya.

Marles mengatakan Australia bermaksud untuk meningkatkan kemampuan militernya dan membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan di masa depan, sesuatu yang ingin dibuat transparan.

“Anda tahu, kekhawatiran kami tentang penumpukan militer lainnya adalah bahwa hal itu terjadi dengan cara yang tidak jelas, dan di mana tetangga merasa tidak nyaman mengapa hal itu terjadi,” katanya. “Itulah mengapa kami melakukan upaya sedemikian rupa untuk menjelaskan dengan tepat mengapa kami mengambil langkah-langkah yang kami ambil.”

Presiden AS Joe Biden mengumumkan kesepakatan itu di San Diego bersama dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak. Albanese mengatakan perjanjian itu mewakili investasi tunggal terbesar dalam kemampuan pertahanan Australia sepanjang sejarah.

China mengatakan kesepakatan itu menimbulkan risiko proliferasi nuklir yang serius dan merangsang perlombaan senjata.

“Kami mendesak AS, Inggris, dan Australia untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan permainan zero-sum, dengan setia memenuhi kewajiban internasional mereka dan berbuat lebih banyak untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning dalam pengarahan harian Kamis lalu.



Australia membeli tiga, dan mungkin hingga lima, kapal kelas selam kelas Virginia sebagai bagian dari kesepakatan. Di bawah apa yang disebut kemitraan AUKUS, kapal selam generasi masa depan akan dibangun di Inggris dan di Australia dengan teknologi dan dukungan AS.

Australia memperkirakan kesepakatan itu akan menelan biaya antara 268 miliar dan 368 miliar dolar Australia (USD178-USD245 miliar).

Biden menekankan kapal tersebut tidak akan membawa senjata nuklir apapun. Albanese mengatakan dia tidak berpikir kesepakatan itu akan memperburuk hubungannya dengan China, yang menurutnya telah membaik dalam beberapa bulan terakhir.

Kesepakatan AUKUS yang ditengahi secara diam-diam termasuk pembatalan kontrak pemerintah Australia senilai USD66 miliar untuk armada kapal selam konvensional buatan Prancis, yang memicu pertikaian diplomatik dalam aliansi Barat yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk diperbaiki.

Marles pada hari Selasa tampak bersemangat untuk beralih dari itu.

“Dalam arti operasional, kami sedang membangun hubungan kami dengan Prancis, dengan tempo latihan militer yang jauh lebih besar, dengan akses yang jauh lebih besar ke pangkalan kami di benua Australia tetapi juga pangkalan Prancis di Pasifik dan tentunya di Samudra Hindia,” tukasnya.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1221 seconds (0.1#10.140)