Perempuan Cantik Iran Dihukum Cambuk, AS Merasa Terganggu
loading...
A
A
A
"Akhirnya dia menyerang saya dan membuat wajah saya berdarah, sampai-sampai darah saya ada di bawah kukunya," katanya.
Ketika polisi terlibat, Mary Mohammadi ditahan selama beberapa jam dan dituduh sebagai tersangka penyerang.
"Wanita itu bertindak keras karena dia tahu rezim ada 100 persen di belakangnya," katanya.
Sejak Revolusi Islam 1979 pecah di Iran, pemerintah telah mengamanatkan pengenaan penutup kepala di tempat-tempat umum bagi semua perempuan.
Universitas-universitas di Iran telah menolak untuk menerima Mary Mohammadi sebagai mahasiswi, sebuah penolakan yang katanya sebagian karena penangkapannya.
"Sejak kecil, memiliki pendidikan tinggi adalah salah satu impian terbesar saya, tetapi rezim Islam (Iran) secara resmi merampas hak ini," katanya.
Sekarang Mary Mohammadi menyalurkan hasratnya untuk pendidikan dalam menyebarkan pengetahuan tentang hak asasi manusia di Iran.
"Di Iran, setiap detik dari siklus berita menghasilkan bentuk ketidakadilan yang baru," katanya.
Mary Mohammadi mengatakan dia akan terus berbicara meski menghadapi hukuman cambuk dan hukuman penjara, yang ditangguhkan selama pandemi virus corona baru (Covid-19). "Saya mungkin masih harus menanggung hukuman mengingat kegiatan saya saat ini."
Ketika polisi terlibat, Mary Mohammadi ditahan selama beberapa jam dan dituduh sebagai tersangka penyerang.
"Wanita itu bertindak keras karena dia tahu rezim ada 100 persen di belakangnya," katanya.
Sejak Revolusi Islam 1979 pecah di Iran, pemerintah telah mengamanatkan pengenaan penutup kepala di tempat-tempat umum bagi semua perempuan.
Universitas-universitas di Iran telah menolak untuk menerima Mary Mohammadi sebagai mahasiswi, sebuah penolakan yang katanya sebagian karena penangkapannya.
"Sejak kecil, memiliki pendidikan tinggi adalah salah satu impian terbesar saya, tetapi rezim Islam (Iran) secara resmi merampas hak ini," katanya.
Sekarang Mary Mohammadi menyalurkan hasratnya untuk pendidikan dalam menyebarkan pengetahuan tentang hak asasi manusia di Iran.
"Di Iran, setiap detik dari siklus berita menghasilkan bentuk ketidakadilan yang baru," katanya.
Mary Mohammadi mengatakan dia akan terus berbicara meski menghadapi hukuman cambuk dan hukuman penjara, yang ditangguhkan selama pandemi virus corona baru (Covid-19). "Saya mungkin masih harus menanggung hukuman mengingat kegiatan saya saat ini."
(min)