China Bisa Ubah Ratusan Jet Tempur Kuno jadi Drone Bunuh Diri untuk Serang Taiwan

Rabu, 22 Februari 2023 - 10:43 WIB
loading...
China Bisa Ubah Ratusan Jet Tempur Kuno jadi Drone Bunuh Diri untuk Serang Taiwan
Jet tempur F-7 China terbang di atas Laut China Selatan pada Mei 1993. Foto/Departemen Pertahanan AS/Arsip Nasional di College Park
A A A
BEIJING - China dilaporkan berencana mengubah ratusan jet tempur era Perang Dingin menjadi drone bunuh diri yang dapat digunakan untuk serangan besar-besaran di Taiwan.

Jet tempur Chengdu J-7 terakhir China mungkin meninggalkan layanan aktif tahun ini dan beberapa mungkin diubah menjadi drone, menurut media pemerintah.

“Para ahli percaya senjata itu akan relatif hemat biaya dan handal,” ungkap laporan Business Insider.

Drone akan memiliki karakteristik yang mirip dengan pesawat asli dan mengurangi jumlah korban warga China.

Daniel Rice, peneliti non-residen di Institut Mitchell, mengatakan kendaraan tempur tak berawak atau drone memungkinkan China menggunakan badan pesawat yang relatif murah, handal, dan berisiko rendah sebagai aset pertama untuk menyerang atau melunakkan sistem pertahanan udara Taiwan.



Pesawat-pesawat itu adalah salinan MiG-21 Soviet dari tahun 1960-an, yang terkadang dikenal sebagai “jet kakek”.

Meskipun versi China dari pesawat itu datang dengan beberapa cacat produksi termasuk kapasitas bahan bakar yang terbatas dan hanya punya satu senjata, mereka masih diproduksi secara massal pada tahun 1980-an dan digunakan di negara lain seperti Pakistan, Albania, Mesir, Irak dan Iran.

Surat kabar China Global Times yang disponsori negara mengatakan, “J-7 yang sudah pensiun dapat dipesan untuk pelatihan dan pengujian, atau mereka dapat dimodifikasi menjadi drone dan memainkan peran baru dalam peperangan modern.”



Tetapi pada tahun 2021, J-7 lama diterbangkan di samping pesawat J-6 yang lebih modern dalam latihan di dekat Taiwan, yang menimbulkan spekulasi mereka telah diubah menjadi drone.

Itu terjadi ketika China memperluas militernya di tengah ketegangan yang meningkat di kawasan itu setelah AS menembak jatuh balon mata-mata setinggi 200 kaki yang tertangkap terbang melintasi Montana.

Menurut Pentagon, China sekarang memiliki kekuatan penerbangan terbesar ketiga di dunia dan memiliki hampir 400 J-7 yang masih digunakan.

Pekan lalu hampir dua lusin pesawat militer China terlihat di selat Taiwan.

China selama berminggu-minggu mengirim kapal perang, pengebom, jet tempur, dan pesawat pendukung ke wilayah udara dekat Taiwan hampir setiap hari.

Beijing berharap melemahkan sumber daya pertahanan pulau yang terbatas dan melemahkan dukungan untuk Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang dianggap pro-kemerdekaan.

Taiwan telah menanggapi ancaman China dengan memesan lebih banyak persenjataan defensif dari AS.

Taipei memanfaatkan demokrasi dan ekonomi teknologi tinggi untuk memperkuat hubungan luar negeri dan merevitalisasi industri senjata dalam negerinya.

Taiwan telah diperintah secara independen dari China daratan sejak perang saudara tahun 1949, tetapi pemerintahan Partai Komunis China Presiden Xi Jinping mengklaim pulau itu adalah bagian dari “Satu China” dan tidak ragu-ragu tentang niatnya untuk merebut kembali wilayah itu.

Beijing menuduh Taiwan menggunakan AS dan sekutu Barat lainnya untuk mendukung upayanya mempertahankan kemerdekaan.

China menegaskan AS memanipulasi Taiwan untuk “menahan” pengaruh Beijing.

Sementara itu, dukungan Taiwan untuk kemerdekaan sangat besar. Menurut jajak pendapat Desember 2022 yang dilakukan Universitas Nasional Chengchi, kurang dari 3% warga Taiwan ingin segera bersatu kembali dengan China, dan hanya 5% berpikir Taiwan harus bersatu di masa depan.

Serangkaian kunjungan dalam beberapa bulan terakhir oleh politisi asing ke Taiwan, termasuk oleh Ketua DPR AS saat itu Nancy Pelosi dan banyak politisi dari Uni Eropa, memicu pertunjukan kekuatan militer dari kedua belah pihak.

Pentagon lebih cermat meneliti wilayah udara AS dan pihak berwenang tidak mengesampingkan mungkin ada lebih banyak tembakan jatuh dalam beberapa hari mendatang setelah insiden balon mata-mata.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1220 seconds (0.1#10.140)