Kembali Sebut Kesasar, China Akui Balon Mata-mata di Atas Amerika Latin Miliknya
loading...
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China mengakui sebuah balon yang terlihat di atas Amerika Latin pada Jumat pekan lalu miliknya. Namun, China mengklaim balon itu digunakan untuk kepentingan sipil.
China mengakui sebuah balonnya secara tidak sengaja memasuki wilayah udara Amerika Latin dan Karibia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, pada Senin mengatakan bahwa balon kedua telah "sangat menyimpang" dari rute yang dimaksudkan, dengan alasan kemampuan manuver balon yang terbatas dan kondisi cuaca.
"Pesawat tak berawak yang berasal dari China itu bersifat sipil dan digunakan untuk uji terbang," ujarnya.
"China adalah negara yang bertanggung jawab dan selalu mematuhi hukum internasional dengan ketat untuk menginformasikan dan menangani semua pihak terkait dengan baik, tanpa menimbulkan ancaman bagi negara mana pun," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Selasa (7/2/2023).
Balon serupa ditembak jatuh di wilayah udara Amerika Serikat (AS) oleh jet militer pada hari Sabtu waktu setempat di tengah tuduhan bahwa balon itu digunakan untuk memata-matai.
China membantah tuduhan mata-mata, dengan mengatakan sedang memantau cuaca.
Insiden itu telah menyebabkan pertikaian diplomatik antara Washington dan Beijing.
Pada hari Jumat - sebelum jet tempur AS menjatuhkan balon itu pada akhir pekan - pejabat militer AS mengatakan balon China kedua telah terlihat di Amerika Latin.
Pada akhir pekan, angkatan udara Kolombia mengatakan sebuah objek dengan "karakteristik yang mirip dengan balon" telah terdeteksi pada 3 Februari di wilayah udara negara di atas 55.000 kaki.
Kolombia mengatakan telah mengikuti objek tersebut sampai meninggalkan wilayah udara, menambahkan bahwa itu tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional.
Sementara itu, pekerjaan penyelam Angkatan Laut AS terus dilakukan untuk mencari puing-puing balon mata-mata China yang ditembak jatuh di lepas pantai Carolina Selatan pada hari Sabtu.
Presiden AS Joe Biden pertama kali menyetujui rencana untuk menembak jatuh balon itu pada hari Rabu, tetapi memutuskan untuk menunggu sampai berada di atas air agar tidak membahayakan orang di darat.
AS yakin balon itu digunakan untuk memantau situs militer yang sensitif.
Laksamana Mike Mullen, mantan ketua Kepala Staf Gabungan AS, menolak anggapan China bahwa balon itu mungkin telah melenceng, dengan mengatakan bahwa balon itu dapat bermanuver karena "memiliki baling-baling".
"Ini bukan kecelakaan. Ini disengaja. Itu intelijen," tambahnya.
Hubungan antara China dan AS menjadi tegang akibat insiden tersebut, dengan Pentagon menyebutnya sebagai "pelanggaran yang tidak dapat diterima" atas kedaulatannya. Perjalanan yang direncanakan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China dibatalkan sebagai akibat dari pertikaian tersebut.
Sedangkan China telah mengajukan pengaduan resmi ke kedutaan AS di Beijing atas insiden tersebut.
China mengakui sebuah balonnya secara tidak sengaja memasuki wilayah udara Amerika Latin dan Karibia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, pada Senin mengatakan bahwa balon kedua telah "sangat menyimpang" dari rute yang dimaksudkan, dengan alasan kemampuan manuver balon yang terbatas dan kondisi cuaca.
"Pesawat tak berawak yang berasal dari China itu bersifat sipil dan digunakan untuk uji terbang," ujarnya.
"China adalah negara yang bertanggung jawab dan selalu mematuhi hukum internasional dengan ketat untuk menginformasikan dan menangani semua pihak terkait dengan baik, tanpa menimbulkan ancaman bagi negara mana pun," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Selasa (7/2/2023).
Balon serupa ditembak jatuh di wilayah udara Amerika Serikat (AS) oleh jet militer pada hari Sabtu waktu setempat di tengah tuduhan bahwa balon itu digunakan untuk memata-matai.
China membantah tuduhan mata-mata, dengan mengatakan sedang memantau cuaca.
Insiden itu telah menyebabkan pertikaian diplomatik antara Washington dan Beijing.
Pada hari Jumat - sebelum jet tempur AS menjatuhkan balon itu pada akhir pekan - pejabat militer AS mengatakan balon China kedua telah terlihat di Amerika Latin.
Pada akhir pekan, angkatan udara Kolombia mengatakan sebuah objek dengan "karakteristik yang mirip dengan balon" telah terdeteksi pada 3 Februari di wilayah udara negara di atas 55.000 kaki.
Kolombia mengatakan telah mengikuti objek tersebut sampai meninggalkan wilayah udara, menambahkan bahwa itu tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional.
Sementara itu, pekerjaan penyelam Angkatan Laut AS terus dilakukan untuk mencari puing-puing balon mata-mata China yang ditembak jatuh di lepas pantai Carolina Selatan pada hari Sabtu.
Presiden AS Joe Biden pertama kali menyetujui rencana untuk menembak jatuh balon itu pada hari Rabu, tetapi memutuskan untuk menunggu sampai berada di atas air agar tidak membahayakan orang di darat.
AS yakin balon itu digunakan untuk memantau situs militer yang sensitif.
Laksamana Mike Mullen, mantan ketua Kepala Staf Gabungan AS, menolak anggapan China bahwa balon itu mungkin telah melenceng, dengan mengatakan bahwa balon itu dapat bermanuver karena "memiliki baling-baling".
"Ini bukan kecelakaan. Ini disengaja. Itu intelijen," tambahnya.
Hubungan antara China dan AS menjadi tegang akibat insiden tersebut, dengan Pentagon menyebutnya sebagai "pelanggaran yang tidak dapat diterima" atas kedaulatannya. Perjalanan yang direncanakan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China dibatalkan sebagai akibat dari pertikaian tersebut.
Sedangkan China telah mengajukan pengaduan resmi ke kedutaan AS di Beijing atas insiden tersebut.
(ian)