Mendagri Marah Besar: Setiap Dubes AS Tiba di Turki Bergegas Cari Kemungkinan Kudeta!

Minggu, 05 Februari 2023 - 00:13 WIB
loading...
Mendagri Marah Besar: Setiap Dubes AS Tiba di Turki Bergegas Cari Kemungkinan Kudeta!
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu di Ankara, Turki. Foto/Muhammed Selim Korkutata/Anadolu Agency
A A A
ANKARA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Turki Suleyman Soylu marah besar kepada Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Ankara Jeffry Flake.

Soylu menegaskan pada Flake, "Lepaskan tangan kotor kalian dari Turki."

Menurut surat kabar Haberturk, Soylu menambahkan, "Setiap duta besar AS yang tiba di Turki terburu-buru mencari tahu bagaimana kemungkinan terjadinya kudeta di Turki."

Menyapa Duta Besar AS Flake saat ini, Soylu menegaskan, "Saya berbicara dengan duta besar AS dari sini. Saya tahu jurnalis yang Anda buat menulis artikel. Lepaskan tangan kotor Anda dari Turki. Saya sangat jelas."



Dalam tuduhan lain kepada duta besar AS, menteri dalam negeri Turki menyatakan, "Saya sangat tahu bagaimana Anda ingin membuat perselisihan di Turki. Singkirkan wajah menyeringai Anda dari Turki."

"Setiap duta besar AS bertanya pada diri mereka sendiri bagaimana mereka dapat membahayakan Turki. Itu telah menjadi salah satu kemalangan terbesar Turki selama bertahun-tahun. Mereka mengumpulkan duta besar lain dan mencoba memberi mereka nasihat. Mereka melakukan hal yang sama di Eropa seperti kedutaan AS menjalankan Eropa," papar Soylu dalam tanggapan atas peringatan Kedutaan Besar AS baru-baru ini kepada warganya di Turki terhadap bahaya serangan teroris di Istanbul.

Peringatan ini datang dalam pernyataan yang diterbitkan kedutaan negara-negara Barat. Beberapa negara mengeluarkan pernyataan terpisah tetapi mengandalkan peringatan langsung AS.

Pernyataan Kedutaan Besar AS dikeluarkan pekan lalu sehubungan dengan individu sayap kanan radikal yang membakar salinan Al-Quran di Eropa.

Setelah itu, banyak negara Barat mengumumkan mereka akan menutup konsulat mereka di Istanbul karena "alasan keamanan" dan untuk mengantisipasi "kemungkinan serangan balas dendam", termasuk Jerman, Belanda, dan Inggris.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0911 seconds (0.1#10.140)