Terungkap, Eks Kontributor Media Rusia Danai Aksi Pembakaran Al-Quran
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Seorang jurnalis sayap kanan yang pernah memiliki hubungan dengan media Rusia diketahui mendanai pembakaran al-Quran di Stockholm. Akibat insiden itu, rencana Swedia untuk bergabung dengan NATO terancam.
Politisi sayap kanan dan provokator anti-Islam, Rasmus Paludan, membakar kitab suci umat Isram itu dekat Kedutaan Turki di Stockholm pada Sabtu lalu.
Media Swedia melaporkan bahwa biaya izin demonstrasi Paludan tersebut ternyata dibayar oleh mantan kontributor saluran televisi Russia Today yang didukung oleh Kremlin, Chang Frick. Frick, yang sekarang melakukan liputan media reguler untuk sayap kanan Demokrat Swedia, membayar biaya izin aksi itu sebesar USD31 atau sekitar Rp464 ribu.
Dalam sebuah wawancara dengan situs The Insider, Frick mengonfirmasi bahwa dia membayar izin untuk mengadakan aksi protes tersebut. Namun ia mengklaim bahwa aksi membakar kitab suci umat Islam itu bukanlah idenya seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (28/1/2023).
Dia juga mengatakan bahwa dia tidak bekerja untuk Russia Today, yang kemudian berganti nama menjadi RT, sejak 2014 dan tidak mendukung Rusia sejak aneksasi Crimea.
Frick, mantan pejabat Demokrat Swedia, adalah pendiri situs sayap kanan yang berfokus pada imigrasi di Swedia. Berbicara kepada New York Times pada 2019, dia bercanda tentang hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Saat dia mengeluarkan segepok uang kertas rubel dari perjalanan baru-baru ini ke Rusia, dia mengatakan kepada reporter: “Ini bos saya yang sebenarnya! Ini Putin!”
Frick juga memiliki acara reguler di saluran media yang berafiliasi dengan sayap kanan Demokrat Swedia, yang memiliki kesepakatan untuk mendukung koalisi tiga partai Swedia, meskipun bukan bagian dari pemerintah.
Sementara itu Paludan mengatakan kepada media lokal bahwa dia melakukan aksi tersebut karena beberapa orang Swedia menginginkannya membakar al-Quran di depan kedutaan Turki.
Menteri luar negeri Swedia, Tobias Billstrom, mengatakan provokasi Islamofobia sangat mengerikan.
“Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan,” ujarnya.
Aksi pembakaran tersebut telah memicu kritik dari seluruh dunia Islam dan memperdalam perselisihan dengan Turki atas keinginan Swedia bergabung dengan NATO, yang membutuhkan persetujuan dari 30 negara.
“Mereka yang mengizinkan penistaan agama seperti itu di depan kedutaan kami tidak dapat lagi mengharapkan dukungan kami untuk keanggotaan NATO mereka,” kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, merespons pembakaran al-Quran.
Meskipun ada seruan dari Swedia untuk memulai kembali pembicaraan trilateral dengan Turki dan sesama pemohon, Finlandia, mengenai aplikasi menjadi NATO mereka, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan pada hari Kamis bahwa tidak ada artinya mengadakan diskusi lebih lanjut. Pada hari Jumat, Turki juga memanggil duta besar Denmark, dan menuduh Denmark mendukung "kejahatan rasial".
Finlandia dan Swedia tahun lalu memulai pembicaraan trilateral dengan Turki yang bertujuan mengatasi keraguan Ankara tentang keanggotaan mereka di NATO. Pemerintah Swedia mengatakan telah melakukan apa yang dijanjikan untuk memperkuat undang-undang anti-terorisme, tetapi Turki menuntut lebih banyak lagi, termasuk ekstradisi 130 orang yang dianggap teroris.
Politisi sayap kanan dan provokator anti-Islam, Rasmus Paludan, membakar kitab suci umat Isram itu dekat Kedutaan Turki di Stockholm pada Sabtu lalu.
Media Swedia melaporkan bahwa biaya izin demonstrasi Paludan tersebut ternyata dibayar oleh mantan kontributor saluran televisi Russia Today yang didukung oleh Kremlin, Chang Frick. Frick, yang sekarang melakukan liputan media reguler untuk sayap kanan Demokrat Swedia, membayar biaya izin aksi itu sebesar USD31 atau sekitar Rp464 ribu.
Dalam sebuah wawancara dengan situs The Insider, Frick mengonfirmasi bahwa dia membayar izin untuk mengadakan aksi protes tersebut. Namun ia mengklaim bahwa aksi membakar kitab suci umat Islam itu bukanlah idenya seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (28/1/2023).
Dia juga mengatakan bahwa dia tidak bekerja untuk Russia Today, yang kemudian berganti nama menjadi RT, sejak 2014 dan tidak mendukung Rusia sejak aneksasi Crimea.
Frick, mantan pejabat Demokrat Swedia, adalah pendiri situs sayap kanan yang berfokus pada imigrasi di Swedia. Berbicara kepada New York Times pada 2019, dia bercanda tentang hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Saat dia mengeluarkan segepok uang kertas rubel dari perjalanan baru-baru ini ke Rusia, dia mengatakan kepada reporter: “Ini bos saya yang sebenarnya! Ini Putin!”
Frick juga memiliki acara reguler di saluran media yang berafiliasi dengan sayap kanan Demokrat Swedia, yang memiliki kesepakatan untuk mendukung koalisi tiga partai Swedia, meskipun bukan bagian dari pemerintah.
Sementara itu Paludan mengatakan kepada media lokal bahwa dia melakukan aksi tersebut karena beberapa orang Swedia menginginkannya membakar al-Quran di depan kedutaan Turki.
Menteri luar negeri Swedia, Tobias Billstrom, mengatakan provokasi Islamofobia sangat mengerikan.
“Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan,” ujarnya.
Aksi pembakaran tersebut telah memicu kritik dari seluruh dunia Islam dan memperdalam perselisihan dengan Turki atas keinginan Swedia bergabung dengan NATO, yang membutuhkan persetujuan dari 30 negara.
“Mereka yang mengizinkan penistaan agama seperti itu di depan kedutaan kami tidak dapat lagi mengharapkan dukungan kami untuk keanggotaan NATO mereka,” kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, merespons pembakaran al-Quran.
Meskipun ada seruan dari Swedia untuk memulai kembali pembicaraan trilateral dengan Turki dan sesama pemohon, Finlandia, mengenai aplikasi menjadi NATO mereka, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan pada hari Kamis bahwa tidak ada artinya mengadakan diskusi lebih lanjut. Pada hari Jumat, Turki juga memanggil duta besar Denmark, dan menuduh Denmark mendukung "kejahatan rasial".
Finlandia dan Swedia tahun lalu memulai pembicaraan trilateral dengan Turki yang bertujuan mengatasi keraguan Ankara tentang keanggotaan mereka di NATO. Pemerintah Swedia mengatakan telah melakukan apa yang dijanjikan untuk memperkuat undang-undang anti-terorisme, tetapi Turki menuntut lebih banyak lagi, termasuk ekstradisi 130 orang yang dianggap teroris.
(ian)