AS Bersumpah Bela Korea Selatan Jika Terjadi Agresi Korea Utara
Sabtu, 14 Januari 2023 - 10:32 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) tetap berkomitmen untuk membela Korea Selatan (Korsel) jika ada "agresi" dari Korea Utara (Korut) karena Seoul berada di bawah payung pencegahan yang diperpanjang. Hal itu ditegaskan Pentagon .
Sekretaris Pers Pentagon, Pat Ryder, saat menanggapi pernyataan baru-baru ini dari Presiden Korsel Yoon Suk-yeol bahwa negaranya dapat menggunakan senjata nuklir taktis atau memiliki kemampuan nuklirnya sendiri, dia mengatakan bahwa kebijakan AS tetap fokus pada denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea.
“Banyak dari ini berkaitan dengan fakta dari sudut pandang keamanan dan stabilitas regional dan non-proliferasi dalam hal mencegah potensi peluang penggunaan senjata nuklir. Jadi, dari sudut pandang Amerika Serikat, sekali lagi, kebijakan kami tentang denuklirisasi tetap sangat jelas,” kata Ryder.
“Tetapi penting juga untuk diingat bahwa Republik Korea berada di bawah payung pencegahan yang diperpanjang itu,” tambahnya, menggunakan nama resmi Korsel seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (14/1/2023).
Juru bicara Pentagon itu mengatakan bahwa hampir 30.000 pasukan AS ditempatkan di Korsel saja dan mereka fokus untuk mendukung dan membela sekutu mereka.
"Jadi, komitmen kami untuk tujuan ini tetap kuat," tambahnya.
Pada hari Kamis, presiden Korsel mengatakan dia melihat berbagai kemungkinan menyusul seruan yang meningkat untuk memperkenalkan kembali senjata nuklir taktis AS ke negara itu atau memperoleh senjata nuklirnya sendiri.
“Ada beragam pendapat di seluruh negara kita dan di Amerika Serikat mengenai penangkalan yang diperpanjang, jadi saya mendengarkan mereka dengan hati-hati dan melihat dengan hati-hati berbagai kemungkinan,” lapor Kantor Berita Yonhap mengutip Yoon saat menjawab pertanyaan tentang kemungkinan pengerahan kembali pasukan senjata nuklir taktis.
Pada tahun 1990, AS menarik senjata nuklir taktis dari Korsel menyusul kesepakatan perlucutan senjata dengan Uni Soviet.
Ketegangan di wilayah tersebut dimulai pada tahun 2020 ketika Korut menyerang dan meledakkan kantor penghubung antar-Korea di sepanjang perbatasan. Seoul telah mengancam akan memberikan respons keras jika Pyongyang "semakin memperburuk situasi".
Sekretaris Pers Pentagon, Pat Ryder, saat menanggapi pernyataan baru-baru ini dari Presiden Korsel Yoon Suk-yeol bahwa negaranya dapat menggunakan senjata nuklir taktis atau memiliki kemampuan nuklirnya sendiri, dia mengatakan bahwa kebijakan AS tetap fokus pada denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea.
“Banyak dari ini berkaitan dengan fakta dari sudut pandang keamanan dan stabilitas regional dan non-proliferasi dalam hal mencegah potensi peluang penggunaan senjata nuklir. Jadi, dari sudut pandang Amerika Serikat, sekali lagi, kebijakan kami tentang denuklirisasi tetap sangat jelas,” kata Ryder.
“Tetapi penting juga untuk diingat bahwa Republik Korea berada di bawah payung pencegahan yang diperpanjang itu,” tambahnya, menggunakan nama resmi Korsel seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (14/1/2023).
Juru bicara Pentagon itu mengatakan bahwa hampir 30.000 pasukan AS ditempatkan di Korsel saja dan mereka fokus untuk mendukung dan membela sekutu mereka.
"Jadi, komitmen kami untuk tujuan ini tetap kuat," tambahnya.
Pada hari Kamis, presiden Korsel mengatakan dia melihat berbagai kemungkinan menyusul seruan yang meningkat untuk memperkenalkan kembali senjata nuklir taktis AS ke negara itu atau memperoleh senjata nuklirnya sendiri.
“Ada beragam pendapat di seluruh negara kita dan di Amerika Serikat mengenai penangkalan yang diperpanjang, jadi saya mendengarkan mereka dengan hati-hati dan melihat dengan hati-hati berbagai kemungkinan,” lapor Kantor Berita Yonhap mengutip Yoon saat menjawab pertanyaan tentang kemungkinan pengerahan kembali pasukan senjata nuklir taktis.
Pada tahun 1990, AS menarik senjata nuklir taktis dari Korsel menyusul kesepakatan perlucutan senjata dengan Uni Soviet.
Ketegangan di wilayah tersebut dimulai pada tahun 2020 ketika Korut menyerang dan meledakkan kantor penghubung antar-Korea di sepanjang perbatasan. Seoul telah mengancam akan memberikan respons keras jika Pyongyang "semakin memperburuk situasi".
(ian)
tulis komentar anda