Terancam Korut, Korsel Ingin Bikin Senjata Nuklir Sendiri
loading...
A
A
A
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol mengatakan negaranya dapat membuat senjata nuklir dengan teknologinya sendiri jika ancaman dari Korea Utara (Korut) semakin serius.
Pernyataan itu muncul setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bulan ini bahwa negaranya akan mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru ketika Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan berusaha untuk mengisolasi dan melumpuhkan Pyongyang.
"Jika masalah [nuklir Korea Utara] menjadi lebih serius, Republik Korea dapat menggunakan senjata nuklir taktis atau memiliki senjata nuklirnya sendiri," kata Presiden Yoon, menggunakan nama resmi negaranya; Republik Korea, dalam pertemuan pemerintah hari Rabu.
“Jika itu terjadi, tidak akan lama, dan dengan sains dan teknologi kami, kami dapat memiliki [senjata nuklir] lebih cepat seiring berjalannya waktu,” lanjut Yoon, seperti dikutip Russia Today, Kamis (12/1/2023).
AS menarik kekuatan nuklirnya dari Korea Selatan pada tahun 1991 setelah pembicaraan perlucutan senjata dengan Pyongyang dan Moskow.
Hubungan sejak itu memburuk, di mana Korea Utara meningkatkan uji coba rudal tahun lalu dan mengabadikan hak untuk menggunakan senjata nuklir ke dalam undang-undang nasional pada bulan September.
Eskalasi tersebut telah mengguncang Seoul, yang kini berusaha untuk memperkuat aliansi militernya dengan AS dan memperdalam kerja sama dengan Jepang.
Yoon mengatakan pada hari Selasa bahwa sekutu sedang mendiskusikan mengadakan latihan militer gabungan baru, termasuk simulasi meja dan komputer, serta latihan yang melibatkan “sarana pengiriman senjata nuklir".
Presiden AS Joe Biden, bagaimanapun, membantah pada hari Senin bahwa Washington sedang mempertimbangkan latihan nuklir bersama dengan Korea Selatan.
Pyongyang bersikeras bahwa peluncuran rudalnya adalah tanggapan terhadap latihan gabungan AS-Korea Selatan, yang dipandang Korea Utara sebagai ancaman keamanan nasional.
Pernyataan itu muncul setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bulan ini bahwa negaranya akan mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru ketika Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan berusaha untuk mengisolasi dan melumpuhkan Pyongyang.
"Jika masalah [nuklir Korea Utara] menjadi lebih serius, Republik Korea dapat menggunakan senjata nuklir taktis atau memiliki senjata nuklirnya sendiri," kata Presiden Yoon, menggunakan nama resmi negaranya; Republik Korea, dalam pertemuan pemerintah hari Rabu.
“Jika itu terjadi, tidak akan lama, dan dengan sains dan teknologi kami, kami dapat memiliki [senjata nuklir] lebih cepat seiring berjalannya waktu,” lanjut Yoon, seperti dikutip Russia Today, Kamis (12/1/2023).
AS menarik kekuatan nuklirnya dari Korea Selatan pada tahun 1991 setelah pembicaraan perlucutan senjata dengan Pyongyang dan Moskow.
Hubungan sejak itu memburuk, di mana Korea Utara meningkatkan uji coba rudal tahun lalu dan mengabadikan hak untuk menggunakan senjata nuklir ke dalam undang-undang nasional pada bulan September.
Eskalasi tersebut telah mengguncang Seoul, yang kini berusaha untuk memperkuat aliansi militernya dengan AS dan memperdalam kerja sama dengan Jepang.
Yoon mengatakan pada hari Selasa bahwa sekutu sedang mendiskusikan mengadakan latihan militer gabungan baru, termasuk simulasi meja dan komputer, serta latihan yang melibatkan “sarana pengiriman senjata nuklir".
Presiden AS Joe Biden, bagaimanapun, membantah pada hari Senin bahwa Washington sedang mempertimbangkan latihan nuklir bersama dengan Korea Selatan.
Pyongyang bersikeras bahwa peluncuran rudalnya adalah tanggapan terhadap latihan gabungan AS-Korea Selatan, yang dipandang Korea Utara sebagai ancaman keamanan nasional.
(min)