Sadisnya Aksi Protes di Peru, Petugas Polisi Dibakar Sampai Mati
Kamis, 12 Januari 2023 - 05:20 WIB
LIMA - Pemerintah Peru pada Rabu mengkonfirmasi kematian pertama petugas polisi sejak aksi protes atas penggulingan Presiden Pedro Castillo pecah pada bulan lalu. Polisi tersebut tewas setelah para pengunnjuk rasa menyergap mobil patroli.
Insiden itu terjadi di selatan kota Juliaca setelah 17 warga sipil tewas sehari sebelumnya dalam konfrontasi dengan polisi.
"Jasad petugas polisi Jose Luis Soncco Quispe yang terbakar ditemukan di dekat mobil patroli yang diserang pada Selasa pagi," kata Kementerian Dalam Negeri Peru seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (12/1/2023).
Rekannya, Ronald Villasante Toque, terluka dan diterbangkan ke rumah sakit di Ibu Kota Lima. Dalam laporan telepon ke markas besar, dia mengatakan lebih dari 300 orang telah melancarkan "serangan biadab" terhadap kendaraan polisi.
Laporan awal juga mengklaim bahwa penyerang telah menyita pelindung tubuh dan senjata petugas, termasuk dua pistol dinas dan senapan serbu AKM. Namun, polisi kemudian mengatakan senjata itu ditemukan di dalam mobil patroli yang dibakar.
Juliaca berada di tenggara Peru, dekat Danau Titicaca dan berbatasan dengan Bolivia. Pada hari Senin, setidaknya 17 warga sipil tewas dan 30 lainnya luka-luka dalam bentrokan dengan Polisi Nasional Peru (PNP) di dekat bandara setempat.
Pada prosesi pemakaman para korban pada hari Rabu, pengunjuk rasa menghiasi peti mati mereka dengan catatan tulisan tangan, menyatakan "Dina membunuh saya dengan peluru," merujuk pada penjabat Presiden Peru Dina Boluarte.
Menteri Dalam Negeri Peru Victor Rojas mengatakan kematian itu diakibatkan oleh pembelaan diri yang sah oleh petugas dari sekitar 9.000 orang yang menurutnya mencoba menyerbu bandara dan menyerang polisi dengan senjata darurat dan bahan peledak.
"Menjadi mustahil untuk mengendalikan massa,” kata Rojas, menuduh para pengunjuk rasa ingin menciptakan kekacauan demi kekacauan.
Castillo ditangkap dan dimakzulkan pada 7 Desember lalu, setelah dia mencoba membubarkan Kongres dan mengadakan pemilihan lebih awal. Anggota parlemen menuduhnya melakukan pemberontakan dan mempromosikan wakil presiden Dina Boluarte sebagai penggantinya. Pendukung Castillo menganggap ini sebagai kudeta tidak sah terhadap demokrasi.
Untuk diketahui, Peru telah memiliki lima presiden dalam lima tahun terakhir, dengan Kongres mengutip ketentuan "ketidakmampuan moral" pada konstitusi untuk memberhentikan mereka yang tidak mereka sukai.
Mentweet dari penjara pada hari Selasa, Castillo mengatakan sejarah akan mengingat orang Peru dibunuh karena membela negara dari kediktatoran kudeta, dan teror adalah peluru terakhir dari rezim yang terpojok oleh rakyat.
Menurut angka resmi pemerintah yang diterbitkan pada hari Selasa, setidaknya 47 orang tewas sehubungan dengan aksi protes tersebut. Ini termasuk petugas keamanan, 39 pengunjuk rasa, serta tujuh warga sipil yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas terkait dengan protes pemblokiran jalan.
Jenderal Polisi Peru Maximo Ramirez de la Cruz pekan lalu mengatakan bahwa lebih dari 300 petugas polisi terluka dalam bentrokan dengan demonstran, 19 di antaranya berakhir di rumah sakit.
Insiden itu terjadi di selatan kota Juliaca setelah 17 warga sipil tewas sehari sebelumnya dalam konfrontasi dengan polisi.
"Jasad petugas polisi Jose Luis Soncco Quispe yang terbakar ditemukan di dekat mobil patroli yang diserang pada Selasa pagi," kata Kementerian Dalam Negeri Peru seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (12/1/2023).
Rekannya, Ronald Villasante Toque, terluka dan diterbangkan ke rumah sakit di Ibu Kota Lima. Dalam laporan telepon ke markas besar, dia mengatakan lebih dari 300 orang telah melancarkan "serangan biadab" terhadap kendaraan polisi.
Laporan awal juga mengklaim bahwa penyerang telah menyita pelindung tubuh dan senjata petugas, termasuk dua pistol dinas dan senapan serbu AKM. Namun, polisi kemudian mengatakan senjata itu ditemukan di dalam mobil patroli yang dibakar.
Juliaca berada di tenggara Peru, dekat Danau Titicaca dan berbatasan dengan Bolivia. Pada hari Senin, setidaknya 17 warga sipil tewas dan 30 lainnya luka-luka dalam bentrokan dengan Polisi Nasional Peru (PNP) di dekat bandara setempat.
Pada prosesi pemakaman para korban pada hari Rabu, pengunjuk rasa menghiasi peti mati mereka dengan catatan tulisan tangan, menyatakan "Dina membunuh saya dengan peluru," merujuk pada penjabat Presiden Peru Dina Boluarte.
Menteri Dalam Negeri Peru Victor Rojas mengatakan kematian itu diakibatkan oleh pembelaan diri yang sah oleh petugas dari sekitar 9.000 orang yang menurutnya mencoba menyerbu bandara dan menyerang polisi dengan senjata darurat dan bahan peledak.
"Menjadi mustahil untuk mengendalikan massa,” kata Rojas, menuduh para pengunjuk rasa ingin menciptakan kekacauan demi kekacauan.
Castillo ditangkap dan dimakzulkan pada 7 Desember lalu, setelah dia mencoba membubarkan Kongres dan mengadakan pemilihan lebih awal. Anggota parlemen menuduhnya melakukan pemberontakan dan mempromosikan wakil presiden Dina Boluarte sebagai penggantinya. Pendukung Castillo menganggap ini sebagai kudeta tidak sah terhadap demokrasi.
Untuk diketahui, Peru telah memiliki lima presiden dalam lima tahun terakhir, dengan Kongres mengutip ketentuan "ketidakmampuan moral" pada konstitusi untuk memberhentikan mereka yang tidak mereka sukai.
Mentweet dari penjara pada hari Selasa, Castillo mengatakan sejarah akan mengingat orang Peru dibunuh karena membela negara dari kediktatoran kudeta, dan teror adalah peluru terakhir dari rezim yang terpojok oleh rakyat.
Menurut angka resmi pemerintah yang diterbitkan pada hari Selasa, setidaknya 47 orang tewas sehubungan dengan aksi protes tersebut. Ini termasuk petugas keamanan, 39 pengunjuk rasa, serta tujuh warga sipil yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas terkait dengan protes pemblokiran jalan.
Jenderal Polisi Peru Maximo Ramirez de la Cruz pekan lalu mengatakan bahwa lebih dari 300 petugas polisi terluka dalam bentrokan dengan demonstran, 19 di antaranya berakhir di rumah sakit.
(ian)
tulis komentar anda