Kim Jong-un Pecat Pemimpin Militer Terkuat Kedua di Korea Utara
Selasa, 03 Januari 2023 - 11:04 WIB
PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un memecat komandan militer kedua negara itu, Pak Jong-chon.
Pak, yang menjabat sebagai wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Pekerja yang berkuasa dan sekretaris Komite Pusat partai, digantikan oleh Ri Yong-gil.
“Keputusan itu dibuat pada pertemuan tahunan komite pekan lalu,” ungkap laporan kantor berita negara KCNA pada Minggu (1/1/2023).
Pak terlihat duduk di barisan paling depan saat rapat dengan kepala tertunduk. Tempat duduknya diperlihatkan lagi kemudian tampak kosong.
Komisi Militer Pusat yang dipimpin Kim, dianggap lebih kuat daripada Kementerian Pertahanan negara dalam hal pengambilan keputusan militer.
Tidak ada alasan yang disebutkan untuk perombakan tersebut, tetapi pemerintah Korea Utara secara teratur merombak posisi kepemimpinan.
Oh Gyeong-sup, rekan di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional di Seoul, mengatakan kepada Reuters bahwa Pak mungkin bertanggung jawab atas "kegagalan operasi keamanan" menyusul insiden di mana drone Korea Utara menyusup ke wilayah udara Korea Selatan.
Ketika Seoul mengirim tiga pesawat tak berawak (UAV) kembali melintasi perbatasan Korut, tampaknya tidak ada tanggapan dari Pyongyang yang menunjukkan pertahanannya mungkin gagal mendeteksi drone itu.
Pak sempat diturunkan pangkatnya pada tahun 2021 ketika Kim menegur beberapa pejabat atas penanganan mereka terhadap respons pandemi Covid-19, tetapi dia kemudian dipromosikan lagi.
Pada Senin, Kim menyerukan Pyongyang untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dan meningkatkan persenjataan nuklirnya di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Dia mengatakan Pyongyang membutuhkan "kekuatan militer yang luar biasa" untuk mempertahankan diri, karena Washington dan "musuh kita yang tidak diragukan lagi" di Seoul mencoba "mengisolasi dan menahannya".
Dia mengatakan rudal baru yang mampu melancarkan "serangan balik nuklir cepat" harus dikembangkan.
“Kim mengatakan produksi massal senjata nuklir taktis dengan peningkatan eksponensial persenjataan nuklir negara itu menjadi fokus strategi pertahanannya untuk tahun 2022,” papar laporan KCNA.
Pyongyang melakukan sejumlah tes rudal tahun lalu, menurut perhitungan media Barat. Mereka menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya pada dini hari 1 Januari.
Sementara itu, Washington dan Seoul mengklaim Korea Utara bersiap untuk uji coba nuklirnya sejak 2017.
Lihat Juga: Pertama Kali di Dunia! Drone Bayraktar TB3 Mampu Mampu Lepas Landas dari Kapal Perang Kecil
Pak, yang menjabat sebagai wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Pekerja yang berkuasa dan sekretaris Komite Pusat partai, digantikan oleh Ri Yong-gil.
“Keputusan itu dibuat pada pertemuan tahunan komite pekan lalu,” ungkap laporan kantor berita negara KCNA pada Minggu (1/1/2023).
Pak terlihat duduk di barisan paling depan saat rapat dengan kepala tertunduk. Tempat duduknya diperlihatkan lagi kemudian tampak kosong.
Komisi Militer Pusat yang dipimpin Kim, dianggap lebih kuat daripada Kementerian Pertahanan negara dalam hal pengambilan keputusan militer.
Tidak ada alasan yang disebutkan untuk perombakan tersebut, tetapi pemerintah Korea Utara secara teratur merombak posisi kepemimpinan.
Oh Gyeong-sup, rekan di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional di Seoul, mengatakan kepada Reuters bahwa Pak mungkin bertanggung jawab atas "kegagalan operasi keamanan" menyusul insiden di mana drone Korea Utara menyusup ke wilayah udara Korea Selatan.
Ketika Seoul mengirim tiga pesawat tak berawak (UAV) kembali melintasi perbatasan Korut, tampaknya tidak ada tanggapan dari Pyongyang yang menunjukkan pertahanannya mungkin gagal mendeteksi drone itu.
Pak sempat diturunkan pangkatnya pada tahun 2021 ketika Kim menegur beberapa pejabat atas penanganan mereka terhadap respons pandemi Covid-19, tetapi dia kemudian dipromosikan lagi.
Pada Senin, Kim menyerukan Pyongyang untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dan meningkatkan persenjataan nuklirnya di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Dia mengatakan Pyongyang membutuhkan "kekuatan militer yang luar biasa" untuk mempertahankan diri, karena Washington dan "musuh kita yang tidak diragukan lagi" di Seoul mencoba "mengisolasi dan menahannya".
Dia mengatakan rudal baru yang mampu melancarkan "serangan balik nuklir cepat" harus dikembangkan.
“Kim mengatakan produksi massal senjata nuklir taktis dengan peningkatan eksponensial persenjataan nuklir negara itu menjadi fokus strategi pertahanannya untuk tahun 2022,” papar laporan KCNA.
Pyongyang melakukan sejumlah tes rudal tahun lalu, menurut perhitungan media Barat. Mereka menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya pada dini hari 1 Januari.
Sementara itu, Washington dan Seoul mengklaim Korea Utara bersiap untuk uji coba nuklirnya sejak 2017.
Lihat Juga: Pertama Kali di Dunia! Drone Bayraktar TB3 Mampu Mampu Lepas Landas dari Kapal Perang Kecil
(sya)
tulis komentar anda