NASA: China Bisa Mengklaim Wilayah Kaya Sumber Daya di Bulan
Selasa, 03 Januari 2023 - 07:06 WIB
WASHINGTON - China mungkin mencoba menguasai lokasi yang paling kaya sumber daya di Bulan jika memenangkan persaingan melawan Amerika Serikat (AS) untuk satu-satunya satelit Bumi.
Peringatan itu diungkapkan Kepala NASA Bill Nelson. "Itu fakta: kita sedang dalam perlombaan luar angkasa," ujar Nelson dalam wawancara dengan Politico pada Minggu (1/1/2023).
“Dan memang benar bahwa kita lebih baik berhati-hati agar mereka (China) tidak sampai ke suatu tempat di bulan dengan kedok penelitian ilmiah. Dan ini tidak melebihi kemungkinan mereka berkata, 'Menjauh, kami di sini, ini wilayah kita,'" ujar dia memperingatkan.
“Masalahnya adalah hanya ada begitu banyak tempat di kutub selatan bulan yang cukup untuk apa yang kita pikirkan, pada saat ini, untuk memanen air dan sebagainya," tambah kepala badan antariksa AS itu.
Sebagai pembenaran atas klaimnya, dia mengutip perilaku Beijing di Bumi. "Jika Anda meragukan itu, lihat apa yang mereka lakukan dengan Kepulauan Spratly, kepulauan Laut China Selatan yang diperebutkan oleh negara lain tetapi di mana militer China telah mendirikan pangkalan,” ujar Nelson.
Pada 2019, China menjadi negara pertama yang melakukan pendaratan lunak di sisi jauh Bulan sebagai bagian dari misi robotik Chang'e 4. Beijing kemudian dapat mengirimkan sampel bulan kembali ke Bumi.
Beijing mengatakan akan menempatkan manusia di bulan sebelum tahun 2030 dan, kemudian, akan mendirikan stasiun penelitian ilmiah di sana.
Dalam beberapa tahun terakhir, China National Space Administration (CNSA) juga telah berhasil mengirim pengorbit dan penjelajah ke Mars, serta meluncurkan stasiun luar angkasa nasionalnya ke orbit Bumi.
"China dalam dekade terakhir telah meraih kesuksesan dan kemajuan luar biasa dalam program luar angkasanya,” ungkap Nelson.
Namun, dia masih menyatakan keyakinannya bahwa NASA memiliki apa yang diperlukan untuk memenangkan perlombaan lagi dan memenuhi tujuan yang ditetapkan untuk mengirim misi berawak ke Bulan pada tahun 2025.
Beijing dalam banyak kesempatan membantah tuduhan AS memiliki agenda berbahaya di balik program luar angkasanya.
Pada bulan Agustus, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, "Luar angkasa bukanlah medan pergulatan, tetapi bidang penting untuk kerja sama yang saling menguntungkan."
“Eksplorasi kosmos adalah usaha bersama umat manusia dan harus bermanfaat bagi semua," papar Zhao, menambahkan China berkomitmen untuk penggunaan ruang angkasa secara damai dan untuk bekerja sama dengan negara lain.
Peringatan itu diungkapkan Kepala NASA Bill Nelson. "Itu fakta: kita sedang dalam perlombaan luar angkasa," ujar Nelson dalam wawancara dengan Politico pada Minggu (1/1/2023).
“Dan memang benar bahwa kita lebih baik berhati-hati agar mereka (China) tidak sampai ke suatu tempat di bulan dengan kedok penelitian ilmiah. Dan ini tidak melebihi kemungkinan mereka berkata, 'Menjauh, kami di sini, ini wilayah kita,'" ujar dia memperingatkan.
“Masalahnya adalah hanya ada begitu banyak tempat di kutub selatan bulan yang cukup untuk apa yang kita pikirkan, pada saat ini, untuk memanen air dan sebagainya," tambah kepala badan antariksa AS itu.
Sebagai pembenaran atas klaimnya, dia mengutip perilaku Beijing di Bumi. "Jika Anda meragukan itu, lihat apa yang mereka lakukan dengan Kepulauan Spratly, kepulauan Laut China Selatan yang diperebutkan oleh negara lain tetapi di mana militer China telah mendirikan pangkalan,” ujar Nelson.
Pada 2019, China menjadi negara pertama yang melakukan pendaratan lunak di sisi jauh Bulan sebagai bagian dari misi robotik Chang'e 4. Beijing kemudian dapat mengirimkan sampel bulan kembali ke Bumi.
Beijing mengatakan akan menempatkan manusia di bulan sebelum tahun 2030 dan, kemudian, akan mendirikan stasiun penelitian ilmiah di sana.
Dalam beberapa tahun terakhir, China National Space Administration (CNSA) juga telah berhasil mengirim pengorbit dan penjelajah ke Mars, serta meluncurkan stasiun luar angkasa nasionalnya ke orbit Bumi.
"China dalam dekade terakhir telah meraih kesuksesan dan kemajuan luar biasa dalam program luar angkasanya,” ungkap Nelson.
Namun, dia masih menyatakan keyakinannya bahwa NASA memiliki apa yang diperlukan untuk memenangkan perlombaan lagi dan memenuhi tujuan yang ditetapkan untuk mengirim misi berawak ke Bulan pada tahun 2025.
Beijing dalam banyak kesempatan membantah tuduhan AS memiliki agenda berbahaya di balik program luar angkasanya.
Pada bulan Agustus, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, "Luar angkasa bukanlah medan pergulatan, tetapi bidang penting untuk kerja sama yang saling menguntungkan."
“Eksplorasi kosmos adalah usaha bersama umat manusia dan harus bermanfaat bagi semua," papar Zhao, menambahkan China berkomitmen untuk penggunaan ruang angkasa secara damai dan untuk bekerja sama dengan negara lain.
(sya)
tulis komentar anda