Veteran Pasukan Khusus AS: CIA Berada di Balik Rentetan Ledakan di Rusia
Selasa, 27 Desember 2022 - 12:59 WIB
WASHINGTON - Seorang veteran pasukan khusus Amerika Serikat (AS) menyebut CIA berada di balik rentetan ledakan di wilayah Rusia .
Jack Murphy, yang bertugas delapan tahun di Army Special Operations [Operasi Khusus Angkatan Darat], mengatakan Badan Intelijen Pusat (CIA) bergabung dengan layanan mata-mata sekutu NATO di Eropa untuk melakukan operasi sabotase rahasia di dalam wilayah Rusia dalam beberapa bulan terakhir.
Secara terpisah, klaim Murphy, dinas intelijen Eropa lainnya diduga telah melakukan operasi ke wilayah Rusia untuk menciptakan kekacauan tanpa bantuan CIA.
Klaimnya muncul setelah kebakaran melanda pusat perbelanjaan di wilayah Krasnodar, di Rusia selatan. Itu adalah kebakaran terbaru dari lusinan insiden serupa. Itu terjadi ketika Putin mengeluarkan peringatan mengerikan lainnya terhadap Barat pada hari Natal.
Fasilitas minyak dan gas, kereta api, depot bahan bakar, pembangkit listrik, dan pusat perbelanjaan telah dilanda ledakan misterius di berbagai wilayah Rusia, dengan rumor sabotase.
"Kampanye ini melibatkan sel-sel tidur lama yang telah diaktifkan oleh layanan mata-mata sekutu untuk menghalangi invasi Moskow ke Ukraina dengan mengobarkan perang rahasia di belakang garis Rusia," kata Murphy dalam sebuah posting di situs webnya, seperti dikutip dari Mail Online, Selasa (27/12/2022).
"Kampanye ini bertanggung jawab atas banyak ledakan yang tidak dapat dijelaskan dan kecelakaan lain yang menimpa kompleks industri militer Rusia sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada bulan Februari," lanjut dia.
Dia mengutip sumber anonim AS termasuk tiga mantan intelijen dan dua pejabat militer, dan sumber keenam yang telah diberi pengarahan tentang kampanye tersebut.
Kendati demikian, CIA telah membantah klaim Murphy.
"Para mantan pejabat menolak untuk mengidentifikasi target spesifik untuk kampanye yang diarahkan oleh CIA, tetapi jembatan kereta api, depot bahan bakar, dan pembangkit listrik di Rusia semuanya telah rusak dalam insiden yang tidak dapat dijelaskan sejak Kremlin meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada bulan Februari," tulis Murphy di situs webnya.
Menurutnya, tidak ada pejabat AS yang terlibat di lapangan, tetapi serangan itu menggunakan "dinas intelijen sekutu" dan disetujui oleh Presiden AS Joe Biden.
"Sementara komando dan kendali atas program sabotase berada di tangan CIA karena alasan hukum, sekutu NATO memiliki suara yang kuat di mana operasi akan maju karena orang-orang merekalah yang mengambil risiko," kata Murphy.
Murphy mengatakan bahwa sementara CIA telah menyangkal keterlibatannya sebagai "secara kategoris salah", badan intelijen Amerika itu memang berhak untuk membuat penyangkalan seperti itu di bawah "Title 50 of the U.S. Code" yang mengesahkan tindakan rahasia.
Dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi ledakan besar, termasuk ledakan 19 November di pipa gas utama milik Gazprom Transgaz SPB di wilayah Leningrad, dekat St Petersburg.
Pada Malam Natal, sebuah kebakaran besar melanda sebuah gudang besar milik All-Russian Institute of Light Alloys yang terkait dengan otoritas pertahanan di Moskow.
Pemegang saham terbesar dari lembaga penelitian itu adalah Rostec, konglomerat pertahanan milik negara Rusia yang dipimpin oleh Sergey Chemezov, rekan Presiden Vladimir Putin saat berada di tim mata-mata KGB.
Rostec adalah perusahaan yang bertugas mengembangkan, memproduksi dan mengekspor teknologi tinggi termasuk untuk penggunaan militer.
Dalam insiden terpisah, pada hari Jumat kebakaran melanda sebuah pangkalan militer di Moskow, berkobar selama lebih dari empat jam.
Itu terjadi sehari setelah kebakaran misterius di atas satu-satunya kapal induk Rusia yang sedang dalam perbaikan dari kebakaran sebelumnya.
Kebakaran terbaru ini dapat menunda kembalinya kapal induk Admiral Kuznetsov ke penempatan aktif.
Sebelumnya ada dua ledakan dan kebakaran besar di fasilitas energi utama di wilayah Irkutsk. Api menyembur ke langit dari kobaran api raksasa di unit pengolahan kondensat Markovskoye dalam suhu minus 22 derajat Celsius yang menggigit.
Tiga hari sebelumnya terjadi ledakan di Angarsk yang menyebabkan tujuh orang terluka.
Secara terpisah, ledakan besar menghantam pipa gas utama Rusia sekitar 560 mil dari perbatasan Ukraina.
Penyebabnya tidak jelas tetapi video menunjukkan bola api besar yang terbakar di republik Chuvashia. Pipa itu mengangkut gas dari Rusia melalui Ukraina ke Eropa.
Pada tanggal 9 Desember, ledakan besar dan kebakaran melanda pusat perbelanjaan besar di Khimki, Moskow, tempat asal toko IKEA pertama di Rusia.
"Kampanye sekutu NATO yang diawasi oleh CIA hanyalah salah satu dari beberapa upaya operasi rahasia yang dilakukan oleh negara-negara Barat di Rusia," kata Murphy, mengaitkan klaimnya dengan dua mantan pejabat operasi khusus AS.
Dia mengeklaim dinas intelijen Eropa telah mengaktifkan jaringan perlawanan yang sudah lama tidak aktif. "Yang telah melakukan operasi ke Rusia untuk menciptakan kekacauan tanpa bantuan CIA," katanya.
Mick Mulroy, mantan perwira paramiliter CIA, dilaporkan Mail Online mengatakan bahwa nilai dari serangan ini "substansial" dan melayani berbagai tujuan.
Dia mengutip masalah bagi Rusia dalam menjaga jalur pasokan logistik dan memasok tentaranya.
"Mereka juga menyebarkan keraguan di benak Kremlin, karena mereka menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi di negaranya sendiri," kata Mulroy.
"Apakah itu program rahasia, apakah Rusia yang tidak puas menyabotase pabrik mereka sendiri, atau murni ketidakmampuan para pekerja? Saya tidak tahu, dan mungkin Kremlin juga tidak tahu. Ini penting bagi otokrat paranoid," imbuh dia.
Murphy adalah mantan pelatih senior dan penasihat tim SWAT Irak, dengan tim pasukan khususnya melakukan aksi langsung dan misi lain di seluruh Irak Utara.
Klaim Murphy ini muncul ketika Presiden Vladimir Putin mengecam Barat pada Hari Natal karena mencoba mengobrak-abrik Rusia dan mengatakan serangannya di Ukraina bertujuan untuk "menyatukan bangsa Rusia".
"Lawan geopolitik Rusia (sedang) bertujuan untuk mengobrak-abrik Rusia, Rusia yang bersejarah," kata Putin.
"Memecah dan menaklukkan, itulah yang selalu ingin mereka capai dan masih ingin lakukan," imbuh Putin.
Lihat Juga: 7 Fakta Pemilu Presiden Amerika Serikat, Salah Satunya Trump Akan Mendeklarasikan Kemenangan Lebih Awal
Jack Murphy, yang bertugas delapan tahun di Army Special Operations [Operasi Khusus Angkatan Darat], mengatakan Badan Intelijen Pusat (CIA) bergabung dengan layanan mata-mata sekutu NATO di Eropa untuk melakukan operasi sabotase rahasia di dalam wilayah Rusia dalam beberapa bulan terakhir.
Secara terpisah, klaim Murphy, dinas intelijen Eropa lainnya diduga telah melakukan operasi ke wilayah Rusia untuk menciptakan kekacauan tanpa bantuan CIA.
Klaimnya muncul setelah kebakaran melanda pusat perbelanjaan di wilayah Krasnodar, di Rusia selatan. Itu adalah kebakaran terbaru dari lusinan insiden serupa. Itu terjadi ketika Putin mengeluarkan peringatan mengerikan lainnya terhadap Barat pada hari Natal.
Fasilitas minyak dan gas, kereta api, depot bahan bakar, pembangkit listrik, dan pusat perbelanjaan telah dilanda ledakan misterius di berbagai wilayah Rusia, dengan rumor sabotase.
"Kampanye ini melibatkan sel-sel tidur lama yang telah diaktifkan oleh layanan mata-mata sekutu untuk menghalangi invasi Moskow ke Ukraina dengan mengobarkan perang rahasia di belakang garis Rusia," kata Murphy dalam sebuah posting di situs webnya, seperti dikutip dari Mail Online, Selasa (27/12/2022).
"Kampanye ini bertanggung jawab atas banyak ledakan yang tidak dapat dijelaskan dan kecelakaan lain yang menimpa kompleks industri militer Rusia sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada bulan Februari," lanjut dia.
Dia mengutip sumber anonim AS termasuk tiga mantan intelijen dan dua pejabat militer, dan sumber keenam yang telah diberi pengarahan tentang kampanye tersebut.
Kendati demikian, CIA telah membantah klaim Murphy.
"Para mantan pejabat menolak untuk mengidentifikasi target spesifik untuk kampanye yang diarahkan oleh CIA, tetapi jembatan kereta api, depot bahan bakar, dan pembangkit listrik di Rusia semuanya telah rusak dalam insiden yang tidak dapat dijelaskan sejak Kremlin meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada bulan Februari," tulis Murphy di situs webnya.
Menurutnya, tidak ada pejabat AS yang terlibat di lapangan, tetapi serangan itu menggunakan "dinas intelijen sekutu" dan disetujui oleh Presiden AS Joe Biden.
"Sementara komando dan kendali atas program sabotase berada di tangan CIA karena alasan hukum, sekutu NATO memiliki suara yang kuat di mana operasi akan maju karena orang-orang merekalah yang mengambil risiko," kata Murphy.
Baca Juga
Murphy mengatakan bahwa sementara CIA telah menyangkal keterlibatannya sebagai "secara kategoris salah", badan intelijen Amerika itu memang berhak untuk membuat penyangkalan seperti itu di bawah "Title 50 of the U.S. Code" yang mengesahkan tindakan rahasia.
Dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi ledakan besar, termasuk ledakan 19 November di pipa gas utama milik Gazprom Transgaz SPB di wilayah Leningrad, dekat St Petersburg.
Pada Malam Natal, sebuah kebakaran besar melanda sebuah gudang besar milik All-Russian Institute of Light Alloys yang terkait dengan otoritas pertahanan di Moskow.
Pemegang saham terbesar dari lembaga penelitian itu adalah Rostec, konglomerat pertahanan milik negara Rusia yang dipimpin oleh Sergey Chemezov, rekan Presiden Vladimir Putin saat berada di tim mata-mata KGB.
Rostec adalah perusahaan yang bertugas mengembangkan, memproduksi dan mengekspor teknologi tinggi termasuk untuk penggunaan militer.
Dalam insiden terpisah, pada hari Jumat kebakaran melanda sebuah pangkalan militer di Moskow, berkobar selama lebih dari empat jam.
Itu terjadi sehari setelah kebakaran misterius di atas satu-satunya kapal induk Rusia yang sedang dalam perbaikan dari kebakaran sebelumnya.
Kebakaran terbaru ini dapat menunda kembalinya kapal induk Admiral Kuznetsov ke penempatan aktif.
Sebelumnya ada dua ledakan dan kebakaran besar di fasilitas energi utama di wilayah Irkutsk. Api menyembur ke langit dari kobaran api raksasa di unit pengolahan kondensat Markovskoye dalam suhu minus 22 derajat Celsius yang menggigit.
Tiga hari sebelumnya terjadi ledakan di Angarsk yang menyebabkan tujuh orang terluka.
Secara terpisah, ledakan besar menghantam pipa gas utama Rusia sekitar 560 mil dari perbatasan Ukraina.
Penyebabnya tidak jelas tetapi video menunjukkan bola api besar yang terbakar di republik Chuvashia. Pipa itu mengangkut gas dari Rusia melalui Ukraina ke Eropa.
Pada tanggal 9 Desember, ledakan besar dan kebakaran melanda pusat perbelanjaan besar di Khimki, Moskow, tempat asal toko IKEA pertama di Rusia.
"Kampanye sekutu NATO yang diawasi oleh CIA hanyalah salah satu dari beberapa upaya operasi rahasia yang dilakukan oleh negara-negara Barat di Rusia," kata Murphy, mengaitkan klaimnya dengan dua mantan pejabat operasi khusus AS.
Dia mengeklaim dinas intelijen Eropa telah mengaktifkan jaringan perlawanan yang sudah lama tidak aktif. "Yang telah melakukan operasi ke Rusia untuk menciptakan kekacauan tanpa bantuan CIA," katanya.
Mick Mulroy, mantan perwira paramiliter CIA, dilaporkan Mail Online mengatakan bahwa nilai dari serangan ini "substansial" dan melayani berbagai tujuan.
Dia mengutip masalah bagi Rusia dalam menjaga jalur pasokan logistik dan memasok tentaranya.
"Mereka juga menyebarkan keraguan di benak Kremlin, karena mereka menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi di negaranya sendiri," kata Mulroy.
"Apakah itu program rahasia, apakah Rusia yang tidak puas menyabotase pabrik mereka sendiri, atau murni ketidakmampuan para pekerja? Saya tidak tahu, dan mungkin Kremlin juga tidak tahu. Ini penting bagi otokrat paranoid," imbuh dia.
Murphy adalah mantan pelatih senior dan penasihat tim SWAT Irak, dengan tim pasukan khususnya melakukan aksi langsung dan misi lain di seluruh Irak Utara.
Klaim Murphy ini muncul ketika Presiden Vladimir Putin mengecam Barat pada Hari Natal karena mencoba mengobrak-abrik Rusia dan mengatakan serangannya di Ukraina bertujuan untuk "menyatukan bangsa Rusia".
"Lawan geopolitik Rusia (sedang) bertujuan untuk mengobrak-abrik Rusia, Rusia yang bersejarah," kata Putin.
"Memecah dan menaklukkan, itulah yang selalu ingin mereka capai dan masih ingin lakukan," imbuh Putin.
Lihat Juga: 7 Fakta Pemilu Presiden Amerika Serikat, Salah Satunya Trump Akan Mendeklarasikan Kemenangan Lebih Awal
(min)
tulis komentar anda