Paket Bom Meledak, Diplomat Rusia Terluka dalam Upaya Pembunuhan
Jum'at, 16 Desember 2022 - 21:51 WIB
BANGUI - Seorang anggota senior misi diplomatik Rusia di Republik Afrika Tengah (CAR) dirawat di rumah sakit akibat ledakan paket bom.
Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Bangui mengkonfirmasi kabar itu kepada media Rusia.
Pejabat yang terluka itu diidentifikasi sebagai Dmitry Sytyy, yang mengepalai cabang lokal "Russian House", jaringan pusat kebudayaan di bawah Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia.
Berita itu pertama kali disampaikan oleh organisasi perwira Rusia, yang mengklaim memberikan pelatihan militer kepada pasukan pemerintah di negara Afrika itu.
Menurut laporan, satu paket bom meledak di tangan Sytyy, dan dia dibawa ke rumah sakit setelah insiden itu. Ledakan itu digambarkan sebagai serangan teroris.
Organisasi perwira Rusia tersebut mengklaim Sytyy menerima ancaman terhadap dirinya dan keluarganya atas hubungan Rusia dengan pemerintah CAR.
Kedubes Rusia mengatakan insiden itu terjadi di luar kompleks diplomatik Rusia, yakni di rumah diplomat.
Kondisi Sytyy digambarkan tidak mengancam jiwa, meskipun dia tampaknya menderita gegar otak.
Negara Afrika itu telah menderita turbulensi selama bertahun-tahun. Kedutaan Rusia telah menyarankan warganya tidak mengunjungi negara itu, termasuk ibu kota, sejak 2020.
Moskow dilaporkan telah membantu pemerintah CAR mengamankan layanan instruktur militer swasta Rusia.
Persatuan Perwira untuk Keamanan Internasional, yang menyampaikan berita tentang Sytyy, terlibat dalam pelatihan pasukan CAR, menurut keterangan organisasi itu.
Prancis, bekas kekuatan kolonial yang memerintah wilayah itu hingga tahun 1960-an, sangat kritis terhadap pengaruh Rusia yang tumbuh di Afrika.
Bulan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Moskow memiliki ambisi "predator" di beberapa bagian benua Afrika yang telah lama dipandang Paris sebagai wilayah kepentingan strategis.
Pada Kamis, Kementerian Pertahanan Prancis melaporkan penarikan 130 tentara yang tersisa, yang merupakan bagian dari misi MISLOG di CAR.
Bekas kamp mereka secara resmi diserahkan kepada pihak berwenang setempat pada Selasa, menurut Kementerian Pertahanan Prancis.
Lihat Juga: NATO Selalu Berpikir Ulang Kirim Pasukan ke Ukraina, Apakah Takut dengan Senjata Nuklir Rusia?
Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Bangui mengkonfirmasi kabar itu kepada media Rusia.
Pejabat yang terluka itu diidentifikasi sebagai Dmitry Sytyy, yang mengepalai cabang lokal "Russian House", jaringan pusat kebudayaan di bawah Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia.
Berita itu pertama kali disampaikan oleh organisasi perwira Rusia, yang mengklaim memberikan pelatihan militer kepada pasukan pemerintah di negara Afrika itu.
Menurut laporan, satu paket bom meledak di tangan Sytyy, dan dia dibawa ke rumah sakit setelah insiden itu. Ledakan itu digambarkan sebagai serangan teroris.
Organisasi perwira Rusia tersebut mengklaim Sytyy menerima ancaman terhadap dirinya dan keluarganya atas hubungan Rusia dengan pemerintah CAR.
Kedubes Rusia mengatakan insiden itu terjadi di luar kompleks diplomatik Rusia, yakni di rumah diplomat.
Kondisi Sytyy digambarkan tidak mengancam jiwa, meskipun dia tampaknya menderita gegar otak.
Negara Afrika itu telah menderita turbulensi selama bertahun-tahun. Kedutaan Rusia telah menyarankan warganya tidak mengunjungi negara itu, termasuk ibu kota, sejak 2020.
Moskow dilaporkan telah membantu pemerintah CAR mengamankan layanan instruktur militer swasta Rusia.
Persatuan Perwira untuk Keamanan Internasional, yang menyampaikan berita tentang Sytyy, terlibat dalam pelatihan pasukan CAR, menurut keterangan organisasi itu.
Prancis, bekas kekuatan kolonial yang memerintah wilayah itu hingga tahun 1960-an, sangat kritis terhadap pengaruh Rusia yang tumbuh di Afrika.
Bulan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Moskow memiliki ambisi "predator" di beberapa bagian benua Afrika yang telah lama dipandang Paris sebagai wilayah kepentingan strategis.
Pada Kamis, Kementerian Pertahanan Prancis melaporkan penarikan 130 tentara yang tersisa, yang merupakan bagian dari misi MISLOG di CAR.
Bekas kamp mereka secara resmi diserahkan kepada pihak berwenang setempat pada Selasa, menurut Kementerian Pertahanan Prancis.
Lihat Juga: NATO Selalu Berpikir Ulang Kirim Pasukan ke Ukraina, Apakah Takut dengan Senjata Nuklir Rusia?
(sya)
tulis komentar anda