Penyelidikan Militer Jepang Temukan Lebih dari 100 Kasus Pelecehan Seksual
Jum'at, 16 Desember 2022 - 01:30 WIB
TOKYO - Tentara Jepang pada Kamis (15/12/2022) memecat lima prajurit dan menghukum empat lainnya dalam kasus pelecehan seksual yang diajukan oleh seorang mantan tentara. Kasus ini mendorong penyelidikan langka di Kementerian Pertahanan, yang menemukan lebih dari 100 keluhan pelecehan lainnya, kata para pejabat.
Tahun lalu, Rina Gonoi mengajukan kasus pelecehan seksual ke Kementerian Pertahanan Jepang. Ia mengaku telah mengalami banyak serangan oleh beberapa rekan pria, yang menyebabkan dia melepaskan karir militernya.
Seperti dilaporkan AP, dari lima prajurit yang diberhentikan dari ketentaraan, empat telah mengakui penyerangan mereka dan meminta maaf padanya pada bulan Oktober. Yang kelima ditemukan sebagai dalang dari keempatnya.
Selain itu, kementerian menghukum empat orang lainnya. Komandan kompi di Fukushima yang saat itu mengepalai unit Gonoi diskors selama enam bulan karena tidak melakukan penyelidikan yang benar, sementara satu lagi ditegur karena pelecehan seksual verbal dan dua lainnya ditegur karena mengabaikan masalah tersebut.
Kepala Angkatan Darat Jepang, Yoshihide Yoshida mengulangi permintaan maafnya kepada Gonoi. "Sebagai kepala organisasi ini, saya merasakan tanggung jawab yang kuat atas kesedihan dan rasa sakit (Gonoi)," kata Yoshida.
Yoshida mengaku bahwa dia menangani masalah ini dengan serius dan bertekad untuk "membasmi pelecehan".
Sebelumnya, investigasi atas kasus Gonoi dibatalkan pada bulan Mei. Setelah dia keluar dari ketentaraan dan mengungkapkan tuduhannya di media sosial, Gonoi mengajukan petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 100.000 orang ke Kementerian Pertahanan Jepang pada bulan Agustus untuk menyelidiki ulang tuduhannya oleh pihak ketiga.
Dia juga mengatakan bahwa dia telah menerima informasi tentang puluhan prajurit lain yang dilecehkan saat bertugas, serta dari orang tua yang mengkhawatirkan keselamatan putri mereka di militer.
“Hasil awal penyelidikan pelecehan di seluruh kementerian yang diluncurkan sebagai tanggapan atas kasus Gonoi menemukan 1.414 pengaduan,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Sekitar 84 persen pengaduan adalah tentang pelecehan kekuasaan, sementara pelecehan seksual menyumbang 116 kasus, atau 7,7 persen,” lanjut kementerian itu.
Berdasarkan organisasi, Angkatan Darat adalah yang paling rawan pelecehan, dengan 822 kasus, atau 58 persen, diikuti angkatan laut 279 kasus, atau 19,7 persen, dan angkatan udara 203 kasus, atau 14,4 persen.
Gonoi mengatakan, dia pergi ke publik karena dia ingin membantu orang lain yang tidak bisa bersuara. Di negara di mana ketidaksetaraan gender terus berlanjut, pelecehan seksual sering diabaikan dan gerakan #MeToo lambat untuk diketahui karena masih banyak yang menderita secara diam-diam.
Tahun lalu, Rina Gonoi mengajukan kasus pelecehan seksual ke Kementerian Pertahanan Jepang. Ia mengaku telah mengalami banyak serangan oleh beberapa rekan pria, yang menyebabkan dia melepaskan karir militernya.
Seperti dilaporkan AP, dari lima prajurit yang diberhentikan dari ketentaraan, empat telah mengakui penyerangan mereka dan meminta maaf padanya pada bulan Oktober. Yang kelima ditemukan sebagai dalang dari keempatnya.
Selain itu, kementerian menghukum empat orang lainnya. Komandan kompi di Fukushima yang saat itu mengepalai unit Gonoi diskors selama enam bulan karena tidak melakukan penyelidikan yang benar, sementara satu lagi ditegur karena pelecehan seksual verbal dan dua lainnya ditegur karena mengabaikan masalah tersebut.
Kepala Angkatan Darat Jepang, Yoshihide Yoshida mengulangi permintaan maafnya kepada Gonoi. "Sebagai kepala organisasi ini, saya merasakan tanggung jawab yang kuat atas kesedihan dan rasa sakit (Gonoi)," kata Yoshida.
Yoshida mengaku bahwa dia menangani masalah ini dengan serius dan bertekad untuk "membasmi pelecehan".
Sebelumnya, investigasi atas kasus Gonoi dibatalkan pada bulan Mei. Setelah dia keluar dari ketentaraan dan mengungkapkan tuduhannya di media sosial, Gonoi mengajukan petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 100.000 orang ke Kementerian Pertahanan Jepang pada bulan Agustus untuk menyelidiki ulang tuduhannya oleh pihak ketiga.
Dia juga mengatakan bahwa dia telah menerima informasi tentang puluhan prajurit lain yang dilecehkan saat bertugas, serta dari orang tua yang mengkhawatirkan keselamatan putri mereka di militer.
“Hasil awal penyelidikan pelecehan di seluruh kementerian yang diluncurkan sebagai tanggapan atas kasus Gonoi menemukan 1.414 pengaduan,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Sekitar 84 persen pengaduan adalah tentang pelecehan kekuasaan, sementara pelecehan seksual menyumbang 116 kasus, atau 7,7 persen,” lanjut kementerian itu.
Berdasarkan organisasi, Angkatan Darat adalah yang paling rawan pelecehan, dengan 822 kasus, atau 58 persen, diikuti angkatan laut 279 kasus, atau 19,7 persen, dan angkatan udara 203 kasus, atau 14,4 persen.
Gonoi mengatakan, dia pergi ke publik karena dia ingin membantu orang lain yang tidak bisa bersuara. Di negara di mana ketidaksetaraan gender terus berlanjut, pelecehan seksual sering diabaikan dan gerakan #MeToo lambat untuk diketahui karena masih banyak yang menderita secara diam-diam.
(esn)
tulis komentar anda