Media Rusia Ledek Sistem Rudal Patriot AS Hendak Dikirim ke Ukraina: Pernah Kebobolan di Saudi
Kamis, 15 Desember 2022 - 15:12 WIB
"Dengan kecepatan Scud, batasan dari sistem rudal Patriot, dan kebingungan serta kesulitan penargetan yang disebabkan oleh pecahnya rudal Scud saat memasuki kembali atmosfer berkontribusi pada tingkat kegagalan yang tinggi," bunyi laporan tersebut.
2. Lagi, Kebobolan di Arab Saudi
Arab Saudi adalah operator utama sistem rudal Patriot, menerjunkan lusinan sistem dan ratusan rudal PAC-3 dan terus meminta lebih banyak.
Namun, terlepas dari persenjataan yang luas ini (dilengkapi dengan sistem Raytheon Improved Hawk dan Lockheed Martin THAAD ABM dalam inventaris kerajaan), Riyadh telah menghadapi serangan rudal dan pesawat tak berawak berulang kali dari kelompok Houthi Yaman di mana peralatan pertahanan udara Amerika yang sebagian besar dibeli oleh Arab Saudi tampaknya tidak berdaya untuk menghentikan serangan kelompok Houthi.
Pada tahun 2019, misalnya, Houthi melumpuhkan sementara sekitar setengah dari produksi minyak Arab Saudi dalam serangan gerombolan drone dan rudal jarak jauh ke jantung penghasil minyaknya, di mana sistem pertahanan Patriot tidak bereaksi.
Setahun sebelumnya, serangan Houthi di Riyadh menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya, di mana sistem Patriot yang dikerahkan untuk menjaga dari serangan musuh ternyata gagal mencegat proyektil yang masuk meskipun meluncurkan setidaknya lima misil pencegat.
Pada bulan Maret tahun ini, depot minyak besar di Jeddah milik Saudi Aramco dilanda serangan kelompok Houthi lagi, di mana kinerja sistem Patriot lagi-lagi dipertanyakan.
“Ini tidak lain adalah jejak bencana yang tak terputus dengan sistem senjata ini,” kata Theodore Postol, fisikawan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang dikenal karena kritiknya terhadap sistem Patriot setelah serangan di Riyadh tahun 2018.
3. Kebobolan di Jepang
Pada bulan Agustus dan September 2017, Korea Utara menguji coba dua rudal balistik jarak jauh, menerbangkannya di atas pulau Hokkaido di utara Jepang sebelum mendaratkannya di Pasifik.
2. Lagi, Kebobolan di Arab Saudi
Arab Saudi adalah operator utama sistem rudal Patriot, menerjunkan lusinan sistem dan ratusan rudal PAC-3 dan terus meminta lebih banyak.
Namun, terlepas dari persenjataan yang luas ini (dilengkapi dengan sistem Raytheon Improved Hawk dan Lockheed Martin THAAD ABM dalam inventaris kerajaan), Riyadh telah menghadapi serangan rudal dan pesawat tak berawak berulang kali dari kelompok Houthi Yaman di mana peralatan pertahanan udara Amerika yang sebagian besar dibeli oleh Arab Saudi tampaknya tidak berdaya untuk menghentikan serangan kelompok Houthi.
Pada tahun 2019, misalnya, Houthi melumpuhkan sementara sekitar setengah dari produksi minyak Arab Saudi dalam serangan gerombolan drone dan rudal jarak jauh ke jantung penghasil minyaknya, di mana sistem pertahanan Patriot tidak bereaksi.
Setahun sebelumnya, serangan Houthi di Riyadh menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya, di mana sistem Patriot yang dikerahkan untuk menjaga dari serangan musuh ternyata gagal mencegat proyektil yang masuk meskipun meluncurkan setidaknya lima misil pencegat.
Pada bulan Maret tahun ini, depot minyak besar di Jeddah milik Saudi Aramco dilanda serangan kelompok Houthi lagi, di mana kinerja sistem Patriot lagi-lagi dipertanyakan.
“Ini tidak lain adalah jejak bencana yang tak terputus dengan sistem senjata ini,” kata Theodore Postol, fisikawan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang dikenal karena kritiknya terhadap sistem Patriot setelah serangan di Riyadh tahun 2018.
3. Kebobolan di Jepang
Pada bulan Agustus dan September 2017, Korea Utara menguji coba dua rudal balistik jarak jauh, menerbangkannya di atas pulau Hokkaido di utara Jepang sebelum mendaratkannya di Pasifik.
Lihat Juga :
tulis komentar anda