Pakar Medis China: COVID-19 Telah Bermutasi, Harus Diganti Namanya
Rabu, 07 Desember 2022 - 13:30 WIB
SHANGHAI - China harus mengubah nama resminya untuk COVID-19 untuk mencerminkan mutasi virus, dan pasien dengan gejala ringan harus diizinkan untuk karantina di rumah. Hal itu diungkapkan otoritas terkemuka pengobatan tradisional China, Rabu (7/12/2022).
“Nama China untuk virus corona, yang mengidentifikasinya sebagai penyakit penyebab pneumonia, harus diubah menjadi sekadar virus menular,” kata Gu Xiaohong kepada surat kabar Beijing Daily yang dikelola pemerintah.
Pendekatan China terhadap COVID - yang menekankan pengujian luas dan karantina kasus positif di fasilitas khusus - harus diubah dari "deteksi pasif" menjadi "pencegahan aktif", dengan pemulihan di rumah untuk kasus ringan.
Menurut Gu, cabang penyakit menular Asosiasi Pengobatan Tiongkok, yang dia pimpin, telah mencapai konsensus untuk mengubah cara mereka menggambarkan virus. Pernyataannya sejalan dengan pelunakan nada baru-baru ini dari pakar kesehatan China dan media pemerintah terhadap COVID.
Pihak berwenang China sendiri telah melonggarkan beberapa pembatasan COVID terberat di dunia. Ada ekspektasi luas bahwa langkah tersebut dapat menandai perubahan yang lebih nyata menuju keadaan normal tiga tahun setelah pandemi.
Para pejabat mulai mengecilkan bahaya yang ditimbulkan oleh virus tersebut. Pada awal pekan ini, kantor berita resmi Xinhua mengatakan dalam sebuah komentar, bahwa "periode tersulit telah berlalu", mengutip melemahnya patogenisitas virus dan upaya untuk memvaksinasi 90% populasi.
Dibanding negara lain, China memang masih menerapkan peraturan ketat terkait penanganan pandemic Covid-19. Aturan ketat yang diterapkan oleh pemerintah China mendapat pertentangan dari warganya. Sejumlah aksi protes merebak di beberapa kota di China akibat aturan ketat ini.
“Nama China untuk virus corona, yang mengidentifikasinya sebagai penyakit penyebab pneumonia, harus diubah menjadi sekadar virus menular,” kata Gu Xiaohong kepada surat kabar Beijing Daily yang dikelola pemerintah.
Pendekatan China terhadap COVID - yang menekankan pengujian luas dan karantina kasus positif di fasilitas khusus - harus diubah dari "deteksi pasif" menjadi "pencegahan aktif", dengan pemulihan di rumah untuk kasus ringan.
Menurut Gu, cabang penyakit menular Asosiasi Pengobatan Tiongkok, yang dia pimpin, telah mencapai konsensus untuk mengubah cara mereka menggambarkan virus. Pernyataannya sejalan dengan pelunakan nada baru-baru ini dari pakar kesehatan China dan media pemerintah terhadap COVID.
Pihak berwenang China sendiri telah melonggarkan beberapa pembatasan COVID terberat di dunia. Ada ekspektasi luas bahwa langkah tersebut dapat menandai perubahan yang lebih nyata menuju keadaan normal tiga tahun setelah pandemi.
Para pejabat mulai mengecilkan bahaya yang ditimbulkan oleh virus tersebut. Pada awal pekan ini, kantor berita resmi Xinhua mengatakan dalam sebuah komentar, bahwa "periode tersulit telah berlalu", mengutip melemahnya patogenisitas virus dan upaya untuk memvaksinasi 90% populasi.
Dibanding negara lain, China memang masih menerapkan peraturan ketat terkait penanganan pandemic Covid-19. Aturan ketat yang diterapkan oleh pemerintah China mendapat pertentangan dari warganya. Sejumlah aksi protes merebak di beberapa kota di China akibat aturan ketat ini.
(esn)
tulis komentar anda