Semenanjung Korut Memanas, Korut Kembali Tembakkan Rentetan Artileri
Selasa, 06 Desember 2022 - 22:07 WIB
SEOUL - Tentara garis depan Korea Utara (Korut) menembakkan senjata artileri berat ke laut untuk hari kedua berturut-turut. Aksi ini dipandang sebagai respons untuk memperingatkan latihan tembakan langsung Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) selama beberapa hari.
Juru bicara staf umum Tentara Rakyat Korea (KOA) dalam pernyataan kepada Voice of Korea (VOK) mengatakan tentara Korea Utara memperluas "peringatan darurat tempur" ke unit-unit di semua tingkatan dan meningkatkan pengawasan setelah mendeteksi beberapa peluncur roket dan Howitzer di dekat garis depannya.
"Pihak musuh harus segera menghentikan tindakan militer yang provokatif di daerah yang dekat dengan garis depan," kata pernyataan itu seperti dikutip dari Independent, Selasa (6/12/2022).
Korut mengatakan itu adalah "peringatan tit-for-tat" setelah lusinan proyektil yang seharusnya menjadi peluru dari beberapa peluncur roket ditembakkan di dekat Provinsi Kangwon.
“Staf Umum KPA memperjelas sekali lagi bahwa mereka akan menyelesaikan akun dengan semua tindakan provokatif musuh satu per satu dan akan selalu melawan mereka dengan aksi militer yang gigih dan luar biasa,” tambah pernyataan itu.
Menurut media pemerintah KCNA, latihan tembakan langsung Pyongyang memasuki hari kedua setelah militernya mengatakan pihaknya memberikan perintah mendesak untuk mempersiapkan "serangan balik cepat."
Dikatakan unit garis depannya menembakkan lebih dari 130 peluru tajam ke arah pantai timur dan barat pada hari Senin.
Korsel melakukan latihan untuk menguji beberapa sistem peluncuran roket dan Howitzer di dua tempat pengujian terpisah di wilayah Cheorwon.
Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) mengecam Korut karena menembakkan peluru ke zona penyangga maritim perbatasan de facto, menyebutnya sebagai pelanggaran perjanjian militer antar-Korea 2018.
“Penembakan artileri ke zona penyangga maritim timur dan barat jelas merupakan pelanggaran terhadap perjanjian militer 19 September dan kami sangat mendesak Korut untuk segera menghentikannya,” kata JCS.
Rentetan tembakan artileri Korut terjadi setelah AS dan sekutunya, Jepang dan KOrsel memberikan sanksi tambahan kepada pejabat senior dan institusi Pyongyang yang terkait dengan uji coba rudal negara tersebut baru-baru ini.
Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea setelah Pyongyang meningkatkan frekuensi uji misilnya, termasuk beberapa misil balistik antarbenua yang dilarang.
Korut mengatakan peluncuran itu adalah tanggapan kemarahannya terhadap latihan AS dan Korea Selatan yang dipandang sebagai latihan untuk potensi invasi.
Juru bicara staf umum Tentara Rakyat Korea (KOA) dalam pernyataan kepada Voice of Korea (VOK) mengatakan tentara Korea Utara memperluas "peringatan darurat tempur" ke unit-unit di semua tingkatan dan meningkatkan pengawasan setelah mendeteksi beberapa peluncur roket dan Howitzer di dekat garis depannya.
"Pihak musuh harus segera menghentikan tindakan militer yang provokatif di daerah yang dekat dengan garis depan," kata pernyataan itu seperti dikutip dari Independent, Selasa (6/12/2022).
Korut mengatakan itu adalah "peringatan tit-for-tat" setelah lusinan proyektil yang seharusnya menjadi peluru dari beberapa peluncur roket ditembakkan di dekat Provinsi Kangwon.
“Staf Umum KPA memperjelas sekali lagi bahwa mereka akan menyelesaikan akun dengan semua tindakan provokatif musuh satu per satu dan akan selalu melawan mereka dengan aksi militer yang gigih dan luar biasa,” tambah pernyataan itu.
Menurut media pemerintah KCNA, latihan tembakan langsung Pyongyang memasuki hari kedua setelah militernya mengatakan pihaknya memberikan perintah mendesak untuk mempersiapkan "serangan balik cepat."
Dikatakan unit garis depannya menembakkan lebih dari 130 peluru tajam ke arah pantai timur dan barat pada hari Senin.
Korsel melakukan latihan untuk menguji beberapa sistem peluncuran roket dan Howitzer di dua tempat pengujian terpisah di wilayah Cheorwon.
Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) mengecam Korut karena menembakkan peluru ke zona penyangga maritim perbatasan de facto, menyebutnya sebagai pelanggaran perjanjian militer antar-Korea 2018.
“Penembakan artileri ke zona penyangga maritim timur dan barat jelas merupakan pelanggaran terhadap perjanjian militer 19 September dan kami sangat mendesak Korut untuk segera menghentikannya,” kata JCS.
Rentetan tembakan artileri Korut terjadi setelah AS dan sekutunya, Jepang dan KOrsel memberikan sanksi tambahan kepada pejabat senior dan institusi Pyongyang yang terkait dengan uji coba rudal negara tersebut baru-baru ini.
Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea setelah Pyongyang meningkatkan frekuensi uji misilnya, termasuk beberapa misil balistik antarbenua yang dilarang.
Korut mengatakan peluncuran itu adalah tanggapan kemarahannya terhadap latihan AS dan Korea Selatan yang dipandang sebagai latihan untuk potensi invasi.
Baca Juga
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda