Godfather Ala Saudi, Cerita Kudeta yang Bawa Mohammed bin Salman ke Tampuk Kekuasaan
Kamis, 01 Desember 2022 - 14:18 WIB
Itu memungkinkan MBS untuk mengumpulkan lebih banyak kekuatan daripada penguasa sebelumnya, bahkan sebelum dia secara resmi naik takhta.
Kudeta tersebut merupakan puncak permusuhan selama berbulan-bulan antara MBS dan MBN. Salah satu poin utama konflik adalah persaingan mereka untuk mendapatkan dukungan dari pemerintahan baru AS kala itu; Presiden Donald Trump.
Orang-orang yang dekat dengan MBN mengatakan dia diam-diam mendengarkan panggilan telepon MBS dengan para pembantu dan sekutunya seperti Jared Kushner, menantu Trump yang juga penasihat Gedung Putih.
Pengintaian membantunya melacak manuver MBS di Washington. Transkrip dari satu panggilan telepon yang disadap pada musim semi 2017, yang ditunjukkan MBN kepada Aljabri, menunjukkan bahwa MBS telah mendiskusikan suksesi kerajaan dengan Kushner.
Dalam telepon itu, MBS memberi tahu Kushner bahwa dia telah menjalin hubungan dekat dengan semua agensi AS "except three".
Saat Aljabri melihat transkripnya, dia mengartikan ketiga agensi tersebut adalah CIA, FBI, dan Badan Keamanan Nasional—institusi yang telah lama disukai MBN.
Bagi dia dan pelindungnya, jelas bahwa MBS tidak mencoba untuk mengonsolidasikan dukungan Amerika untuk suksesinya.
Pada Mei 2017, MBN mencoba membuat terobosan sendiri ke Gedung Putih. Dia menyewa Sonoran Policy Group, sebuah perusahaan lobi di Washington yang memiliki hubungan dekat dengan tim Trump.
Sonoran—yang sejak itu berganti nama menjadi Stryk Global Diplomacy setelah ketuanya, pelobi Robert Stryk—dipekerjakan untuk menyediakan "layanan penasihat luas" kementerian dalam negeri MBN di Washington.
MBN, kata orang-orang yang dekat dengannya, memahami bahwa catatan masa lalunya tidak berarti banyak dengan presiden yang "kurang ajar" dan tidak konvensional yang akan terus memiliki hubungan yang tegang dengan komunitas intelijen AS.
Kudeta tersebut merupakan puncak permusuhan selama berbulan-bulan antara MBS dan MBN. Salah satu poin utama konflik adalah persaingan mereka untuk mendapatkan dukungan dari pemerintahan baru AS kala itu; Presiden Donald Trump.
Orang-orang yang dekat dengan MBN mengatakan dia diam-diam mendengarkan panggilan telepon MBS dengan para pembantu dan sekutunya seperti Jared Kushner, menantu Trump yang juga penasihat Gedung Putih.
Pengintaian membantunya melacak manuver MBS di Washington. Transkrip dari satu panggilan telepon yang disadap pada musim semi 2017, yang ditunjukkan MBN kepada Aljabri, menunjukkan bahwa MBS telah mendiskusikan suksesi kerajaan dengan Kushner.
Dalam telepon itu, MBS memberi tahu Kushner bahwa dia telah menjalin hubungan dekat dengan semua agensi AS "except three".
Saat Aljabri melihat transkripnya, dia mengartikan ketiga agensi tersebut adalah CIA, FBI, dan Badan Keamanan Nasional—institusi yang telah lama disukai MBN.
Bagi dia dan pelindungnya, jelas bahwa MBS tidak mencoba untuk mengonsolidasikan dukungan Amerika untuk suksesinya.
Pada Mei 2017, MBN mencoba membuat terobosan sendiri ke Gedung Putih. Dia menyewa Sonoran Policy Group, sebuah perusahaan lobi di Washington yang memiliki hubungan dekat dengan tim Trump.
Sonoran—yang sejak itu berganti nama menjadi Stryk Global Diplomacy setelah ketuanya, pelobi Robert Stryk—dipekerjakan untuk menyediakan "layanan penasihat luas" kementerian dalam negeri MBN di Washington.
MBN, kata orang-orang yang dekat dengannya, memahami bahwa catatan masa lalunya tidak berarti banyak dengan presiden yang "kurang ajar" dan tidak konvensional yang akan terus memiliki hubungan yang tegang dengan komunitas intelijen AS.
Lihat Juga :
tulis komentar anda