Keponakan Khamenei Dukung Demo, Sebut Pemerintah Iran Rezim Pembunuh
Senin, 28 November 2022 - 08:50 WIB
TEHERAN - Farideh Moradkhani, keponakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei , telah menyatakan dukungannya kepada demonstransi anti-rezim yang sedang berlangsung di negaranya.
Dia juga meminta masyarakat internasional untuk mendukung para pengunjuk rasa Iran.
Meski pamannya bagian dari penguasa, perempuan ini telah dikenal sebagai pengkritik keras Republik Islam Iran.
Moradkhani, yang ibunya; Badri Khamenei, adalah saudara perempuan Ayatollah Ali Khamenei, menggambarkan Republik Islam Iran sebagai “rezim pembunuh dan pembunuh anak-anak.”
Moradkhani, yang ditangkap pekan lalu, berbicara dalam sebuah video yang beredar di media sosial pada Sabtu. Menurut laporan Radio Farda, dia telah merekam video sehari sebelum penangkapannya.
“Waktunya telah tiba bagi semua negara yang mencintai kebebasan untuk memanggil kembali semua perwakilan mereka dari Iran sebagai isyarat simbolis, dan mengusir perwakilan dan afiliasi rezim brutal ini dari negara mereka, dan dengan cara ini mengungkapkan solidaritas dengan orang-orang yang mencintai kebebasan Iran,” kata Moradkhani.
Dia mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan bertanya: "Apa lagi yang telah dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menghadapi penindasan yang jelas dan nyata yang dilakukan terhadap orang-orang Iran yang pemberani, kecuali beberapa ungkapan penyesalan dan pernyataan singkat dan tidak efektif?"
Moradkhani mengatakan Iran tidak menginginkan intervensi asing dan mampu menggulingkan rezim tanpa bantuan dari luar.
Apa yang mereka inginkan, katanya, adalah agar pemerintah asing berhenti membantu rezim bertahan.
“Rakyat Iran yang bebas dan berani akan menggulingkan rezim yang menindas ini; Yang dibutuhkan adalah [orang luar] tidak mendukung rezim,” katanya, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (28/11/2022).
Kakak laki-laki Moradkhani mengatakan di Twitter pekan lalu bahwa pihak berwenang telah menangkap saudara perempuannya pada hari Rabu.
Moradkhani mengkritik rezim Iran di masa lalu dan ditangkap pada dua kesempatan terpisah–awal tahun ini dan pada 2018.
Protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun; Mahsa Amini, meninggal tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Dia ditangkap atas tuduhan tidak mematuhi aturan wajib berjilbab yang diberlakukan ketat.
Demonstran yang telah berjalan berminggu-minggu telah menyerukan perubahan rezim. Itu menjadi salah satu tantangan paling berani terhadap rezim tersebut sejak didirikan pada tahun 1979.
Sedikitnya 416 orang, termasuk 51 anak-anak dan 27 wanita, telah tewas akibat tindakan keras pasukan keamanan selama demo. Angka itu menurut kelompok HAM Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Oslo.
Dia juga meminta masyarakat internasional untuk mendukung para pengunjuk rasa Iran.
Meski pamannya bagian dari penguasa, perempuan ini telah dikenal sebagai pengkritik keras Republik Islam Iran.
Moradkhani, yang ibunya; Badri Khamenei, adalah saudara perempuan Ayatollah Ali Khamenei, menggambarkan Republik Islam Iran sebagai “rezim pembunuh dan pembunuh anak-anak.”
Moradkhani, yang ditangkap pekan lalu, berbicara dalam sebuah video yang beredar di media sosial pada Sabtu. Menurut laporan Radio Farda, dia telah merekam video sehari sebelum penangkapannya.
“Waktunya telah tiba bagi semua negara yang mencintai kebebasan untuk memanggil kembali semua perwakilan mereka dari Iran sebagai isyarat simbolis, dan mengusir perwakilan dan afiliasi rezim brutal ini dari negara mereka, dan dengan cara ini mengungkapkan solidaritas dengan orang-orang yang mencintai kebebasan Iran,” kata Moradkhani.
Dia mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan bertanya: "Apa lagi yang telah dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menghadapi penindasan yang jelas dan nyata yang dilakukan terhadap orang-orang Iran yang pemberani, kecuali beberapa ungkapan penyesalan dan pernyataan singkat dan tidak efektif?"
Moradkhani mengatakan Iran tidak menginginkan intervensi asing dan mampu menggulingkan rezim tanpa bantuan dari luar.
Apa yang mereka inginkan, katanya, adalah agar pemerintah asing berhenti membantu rezim bertahan.
“Rakyat Iran yang bebas dan berani akan menggulingkan rezim yang menindas ini; Yang dibutuhkan adalah [orang luar] tidak mendukung rezim,” katanya, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (28/11/2022).
Kakak laki-laki Moradkhani mengatakan di Twitter pekan lalu bahwa pihak berwenang telah menangkap saudara perempuannya pada hari Rabu.
Moradkhani mengkritik rezim Iran di masa lalu dan ditangkap pada dua kesempatan terpisah–awal tahun ini dan pada 2018.
Protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun; Mahsa Amini, meninggal tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Dia ditangkap atas tuduhan tidak mematuhi aturan wajib berjilbab yang diberlakukan ketat.
Demonstran yang telah berjalan berminggu-minggu telah menyerukan perubahan rezim. Itu menjadi salah satu tantangan paling berani terhadap rezim tersebut sejak didirikan pada tahun 1979.
Sedikitnya 416 orang, termasuk 51 anak-anak dan 27 wanita, telah tewas akibat tindakan keras pasukan keamanan selama demo. Angka itu menurut kelompok HAM Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Oslo.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda