Beredar Video dengan Klaim Demonstran Iran Bakar Rumah Ayatollah Khomeini
Sabtu, 19 November 2022 - 00:01 WIB
TEHERAN - Video yang diklaim para aktivis sebagai aksi demonstran membakar rumah mantan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini telah beredar. Namun, media setempat menolak klaim tersebut.
Menurut narasi dalam video itu, demonstran pada hari Kamis mengamuk dalam protes yang telah memasuki bulan ketiga. Itu adalah protes anti-rezim yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini.
Menurut video yang di-posting oleh kelompok aktivis 1500tasvir di Twitter, para pengunjuk rasa turun ke jalan di setidaknya 23 kota di seluruh Iran pada hari Kamis.
Di kota Khomein, tempat kelahiran Khomeini, pengunjuk rasa membakar rumah yang telah diubah menjadi museum pendiri Republik Islam tersebut.
"Luar biasa: Para pengunjuk rasa di Iran membakar rumah leluhur (sekarang menjadi museum) Ayatollah Khomeini, bapak revolusi 1979, di kota Khomein," tulis aktivis yang juga senior fellow di Carnegie Endowment, Karim Sadjadpur, via akun Twitter-nya @ksadjadpour.
Video lain dari Khomein menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang para pemimpin ulama Iran.
“Tahun ini adalah tahun darah, [Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei] akan digulingkan,” teriak pengunjuk rasa di Ibu Kota Iran, Teheran, dalam sebuah video yang di-posting oleh 1500tasvir, seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (18/11/2022).
Kantor berita Iran,Fars, melaporkan lima anggota pasukan keamanan tewas selama protes hari Kamis.
Media Iran lainnya, Tasnim, menolak klaim bahwa rumah Khomeini telah dibakar, dan menyebut bahwa sejumlah kecil orang telah berkumpul di luar rumah.
“Laporan itu bohong,” tulis kantor berita Tasnim, menambahkan, “Pintu rumah almarhum pendiri revolusi besar terbuka untuk umum.”
Protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika perempuan Kurdi Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, meninggal tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Dia ditangkap atas tuduhan tidak mematuhi aturan berjilbab.
Demonstran telah menyerukan perubahan rezim dalam protes yang telah menjadi salah satu tantangan paling berani terhadap rezim tersebut sejak didirikan pada tahun 1979.
Menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM), lebih dari 300 orang telah tewas akibat bentrok dengan pasukan keamanan dan ribuan lainnya telah ditahan.
Iran menyalahkan kerusuhan itu pada kekuatan asing, yaitu Amerika Serikat dan Israel.
Menurut narasi dalam video itu, demonstran pada hari Kamis mengamuk dalam protes yang telah memasuki bulan ketiga. Itu adalah protes anti-rezim yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini.
Menurut video yang di-posting oleh kelompok aktivis 1500tasvir di Twitter, para pengunjuk rasa turun ke jalan di setidaknya 23 kota di seluruh Iran pada hari Kamis.
Di kota Khomein, tempat kelahiran Khomeini, pengunjuk rasa membakar rumah yang telah diubah menjadi museum pendiri Republik Islam tersebut.
"Luar biasa: Para pengunjuk rasa di Iran membakar rumah leluhur (sekarang menjadi museum) Ayatollah Khomeini, bapak revolusi 1979, di kota Khomein," tulis aktivis yang juga senior fellow di Carnegie Endowment, Karim Sadjadpur, via akun Twitter-nya @ksadjadpour.
Video lain dari Khomein menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang para pemimpin ulama Iran.
“Tahun ini adalah tahun darah, [Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei] akan digulingkan,” teriak pengunjuk rasa di Ibu Kota Iran, Teheran, dalam sebuah video yang di-posting oleh 1500tasvir, seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (18/11/2022).
Kantor berita Iran,Fars, melaporkan lima anggota pasukan keamanan tewas selama protes hari Kamis.
Media Iran lainnya, Tasnim, menolak klaim bahwa rumah Khomeini telah dibakar, dan menyebut bahwa sejumlah kecil orang telah berkumpul di luar rumah.
“Laporan itu bohong,” tulis kantor berita Tasnim, menambahkan, “Pintu rumah almarhum pendiri revolusi besar terbuka untuk umum.”
Protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika perempuan Kurdi Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, meninggal tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Dia ditangkap atas tuduhan tidak mematuhi aturan berjilbab.
Demonstran telah menyerukan perubahan rezim dalam protes yang telah menjadi salah satu tantangan paling berani terhadap rezim tersebut sejak didirikan pada tahun 1979.
Menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM), lebih dari 300 orang telah tewas akibat bentrok dengan pasukan keamanan dan ribuan lainnya telah ditahan.
Iran menyalahkan kerusuhan itu pada kekuatan asing, yaitu Amerika Serikat dan Israel.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda