Orang Buangan Iran yang Terjebak 18 Tahun di Bandara Prancis Meninggal
Minggu, 13 November 2022 - 05:30 WIB
PARIS - Mehran Karimi Nasseri, warga Iran yang terjebak selama 18 tahun di bandara Paris, Prancis, telah meninggal dunia pada Sabtu (12/11/2022) di terminal bandara.
Kisah hidupnya menginspirasi film Steven Spielberg yang dibintangi Tom Hanks. Kabar duka itu diumumkan seorang pejabat bandara.
“Mehran Karimi Nasseri meninggal karena sebab alamiah sebelum tengah hari pada Sabtu di terminal 2F di bandara Charles de Gaulle di luar ibu kota Prancis,” ungkap pejabat itu kepada AFP.
Dia awalnya terjebak imigrasi karena tidak dapat memasuki Prancis dan tidak tahu harus pergi ke mana. Dia pun akhirnya menjadi tergantung pada tempat tinggalnya yang tidak biasa di terminal bandara.
Semakin lama, dia menjadi selebriti secara nasional dan internasional.
Dia menyebut dirinya sendiri sebagai "Sir Alfred". Dia menggunakan sebagian kecil parket bandara dan bangku plastik sebagai tempat tinggalnya sehari-hari, termasuk tempat dia tidur.
Kisah aneh Karimi Nasseri menjadi perhatian sutradara Hollywood Spielberg, yang menginspirasi film tahun 2004 berjudul "The Terminal", yang dibintangi Hanks dan Catherine Zeta-Jones.
Hanks berperan sebagai seorang pria yang terjebak di bandara JFK New York ketika negara asalnya runtuh karena revolusi.
“Setelah menghabiskan sebagian besar uang yang diterimanya dari film tersebut, Karimi Nasseri kembali ke bandara beberapa pekan lalu,” ungkap pejabat bandara tersebut.
Beberapa ribu euro (dolar) ditemukan padanya saat dia meninggal dunia.
Lahir pada tahun 1945 di Masjed Soleiman, provinsi Iran Khuzestan, Karimi Nasseri tinggal di bandara sejak November 1988 setelah terbang dari Iran ke London, Berlin dan Amsterdam dalam upaya menemukan ibunya.
Dia telah diusir dari setiap negara tempat dia mendarat karena dia tidak dapat menunjukkan dokumen yang sah.
Di bandara Roissy-Charles de Gaulle, jaringan pendukung informal tumbuh di sekelilingnya. Mereka kemudian menyediakan makanan dan bantuan medis untuknya, termasuk memberi buku dan radio.
Pada tahun 1999 dia diberikan status pengungsi dan hak untuk tetap tinggal di Prancis.
“Saya tidak yakin apa yang ingin saya lakukan, tetap di Roissy atau pergi,” ujar dia setelah diberikan hak untuk tinggal di Prancis.
Dia menjelaskan, "Saya punya surat-surat, saya bisa tinggal di sini, saya pikir saya harus mempelajari semua opsi dengan hati-hati sebelum membuat keputusan."
Dia tidak pergi dari terminal bandara pada saat itu.
"Dia tidak lagi ingin meninggalkan bandara," ujar pengacaranya Christian Bourguet saat itu. "Dia takut pergi."
Kisah hidupnya menginspirasi film Steven Spielberg yang dibintangi Tom Hanks. Kabar duka itu diumumkan seorang pejabat bandara.
“Mehran Karimi Nasseri meninggal karena sebab alamiah sebelum tengah hari pada Sabtu di terminal 2F di bandara Charles de Gaulle di luar ibu kota Prancis,” ungkap pejabat itu kepada AFP.
Dia awalnya terjebak imigrasi karena tidak dapat memasuki Prancis dan tidak tahu harus pergi ke mana. Dia pun akhirnya menjadi tergantung pada tempat tinggalnya yang tidak biasa di terminal bandara.
Semakin lama, dia menjadi selebriti secara nasional dan internasional.
Dia menyebut dirinya sendiri sebagai "Sir Alfred". Dia menggunakan sebagian kecil parket bandara dan bangku plastik sebagai tempat tinggalnya sehari-hari, termasuk tempat dia tidur.
Kisah aneh Karimi Nasseri menjadi perhatian sutradara Hollywood Spielberg, yang menginspirasi film tahun 2004 berjudul "The Terminal", yang dibintangi Hanks dan Catherine Zeta-Jones.
Hanks berperan sebagai seorang pria yang terjebak di bandara JFK New York ketika negara asalnya runtuh karena revolusi.
“Setelah menghabiskan sebagian besar uang yang diterimanya dari film tersebut, Karimi Nasseri kembali ke bandara beberapa pekan lalu,” ungkap pejabat bandara tersebut.
Beberapa ribu euro (dolar) ditemukan padanya saat dia meninggal dunia.
Lahir pada tahun 1945 di Masjed Soleiman, provinsi Iran Khuzestan, Karimi Nasseri tinggal di bandara sejak November 1988 setelah terbang dari Iran ke London, Berlin dan Amsterdam dalam upaya menemukan ibunya.
Dia telah diusir dari setiap negara tempat dia mendarat karena dia tidak dapat menunjukkan dokumen yang sah.
Di bandara Roissy-Charles de Gaulle, jaringan pendukung informal tumbuh di sekelilingnya. Mereka kemudian menyediakan makanan dan bantuan medis untuknya, termasuk memberi buku dan radio.
Pada tahun 1999 dia diberikan status pengungsi dan hak untuk tetap tinggal di Prancis.
“Saya tidak yakin apa yang ingin saya lakukan, tetap di Roissy atau pergi,” ujar dia setelah diberikan hak untuk tinggal di Prancis.
Dia menjelaskan, "Saya punya surat-surat, saya bisa tinggal di sini, saya pikir saya harus mempelajari semua opsi dengan hati-hati sebelum membuat keputusan."
Dia tidak pergi dari terminal bandara pada saat itu.
"Dia tidak lagi ingin meninggalkan bandara," ujar pengacaranya Christian Bourguet saat itu. "Dia takut pergi."
(sya)
tulis komentar anda