Penyebab Pertahanan Kota Kherson Sulit Ditembus Militer Rusia
Jum'at, 11 November 2022 - 19:21 WIB
JAKARTA - Pasukan Rusia mengumumkan mundur dari Kota Kherson, Rabu (9/11/2022). Kota Kherson merupakan satu-satunya ibu kota di wilayah yang direbut Rusia usai invasi serta menjadi fokus serangan balasan Ukraina.
Kota Kherson juga menjadi satu-satunya jalur darat ke semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014.
Pengumuman penarikan pasukan dari Kota Kherson disampaikan oleh Komandan Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Suriovikin. Penarikan pasukan dari Kherson adalah pukulan untuk Rusia.
Namun, keputusan Rusia itu direspons dengan sikap kehati-hatian oleh Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada pidatonya mengatakan bahwa Ukraina bergerak hati-hati usai pengumuman penarikan pasukan Rusia dari Kherson.
Zelensky juga mengatakan Rusia berpura-pura menarik diri dari Kherson untuk memikat pasukan Ukraina ke dalam pertempuran yang mengakar di kota pelabuhan industri strategis itu.
Selain itu, penasihat Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, “Sejauh ini, kami tidak melihat tanda-tanda bahwa Rusia benar-benar meninggalkan kota, yang berarti mungkin disinformasi.
Yaroslav Yanushevych, Gubernur Kherson, meminta warga untuk tidak menyerah pada euforia penarikan pasukan Rusia dari Kherson. Analis militer Oleg Zhdanov mengatakan bahwa pengunduran diri Rusia dapat menjadi penyergapan serta jebakan Rusia untuk memaksa Ukraina untuk melakukan ofensif.
Selain itu, memaksa untuk menembus pertahanan Rusia serta sebagai tanggapan untuk menyerang dengan pukulan kuat.
Pada beberapa bulan terakhir, Ukraina menggunakan peluncur roket Himars yang dipasok Amerika Serikat untuk menghantam jembatan utama Dnieper di Kherson serta bendungan besar di hulu yang digunakan sebagai titik penyeberangan. Serangan tersebut pun mengganggu pasokan ke Kherson.
Hal itu juga membuat pasukan Rusia di tepi barat Dnieper rentan terhadap pengepungan. Pada 8 Oktober 2022, sebuah bom truk meledakkan bagian dari jembatan Kerch yang menghubungkan daratan Rusia dan Krimea.
Pensiunan Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat dan Mantan Komandan Sekutu Tertinggi NATO Jim Stavridis mengatakan, Rusia menyadari akan lebih baik untuk penarikan awal daripada dikuasai Ukraina serta menderita kerugian besar.
Kota Kherson juga menjadi satu-satunya jalur darat ke semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014.
Pengumuman penarikan pasukan dari Kota Kherson disampaikan oleh Komandan Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Suriovikin. Penarikan pasukan dari Kherson adalah pukulan untuk Rusia.
Namun, keputusan Rusia itu direspons dengan sikap kehati-hatian oleh Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada pidatonya mengatakan bahwa Ukraina bergerak hati-hati usai pengumuman penarikan pasukan Rusia dari Kherson.
Zelensky juga mengatakan Rusia berpura-pura menarik diri dari Kherson untuk memikat pasukan Ukraina ke dalam pertempuran yang mengakar di kota pelabuhan industri strategis itu.
Selain itu, penasihat Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, “Sejauh ini, kami tidak melihat tanda-tanda bahwa Rusia benar-benar meninggalkan kota, yang berarti mungkin disinformasi.
Yaroslav Yanushevych, Gubernur Kherson, meminta warga untuk tidak menyerah pada euforia penarikan pasukan Rusia dari Kherson. Analis militer Oleg Zhdanov mengatakan bahwa pengunduran diri Rusia dapat menjadi penyergapan serta jebakan Rusia untuk memaksa Ukraina untuk melakukan ofensif.
Selain itu, memaksa untuk menembus pertahanan Rusia serta sebagai tanggapan untuk menyerang dengan pukulan kuat.
Pada beberapa bulan terakhir, Ukraina menggunakan peluncur roket Himars yang dipasok Amerika Serikat untuk menghantam jembatan utama Dnieper di Kherson serta bendungan besar di hulu yang digunakan sebagai titik penyeberangan. Serangan tersebut pun mengganggu pasokan ke Kherson.
Hal itu juga membuat pasukan Rusia di tepi barat Dnieper rentan terhadap pengepungan. Pada 8 Oktober 2022, sebuah bom truk meledakkan bagian dari jembatan Kerch yang menghubungkan daratan Rusia dan Krimea.
Pensiunan Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat dan Mantan Komandan Sekutu Tertinggi NATO Jim Stavridis mengatakan, Rusia menyadari akan lebih baik untuk penarikan awal daripada dikuasai Ukraina serta menderita kerugian besar.
(ian)
tulis komentar anda