Ulama Sunni Iran Serukan Referendum di Tengah Protes Anti-Rezim

Sabtu, 05 November 2022 - 07:40 WIB
Itu adalah insiden paling mematikan dalam kerusuhan yang pecah pada 16 September setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun yang ditahan oleh polisi moral Teheran karena diduga tidak mematuhi aturan berjilbab yang diberlakukan rezim.

Teheran menyalahkan kekerasan di Sistan-Baluchestan pada militan bersenjata.

Militer Iran di masa lalu bentrok dengan militan Sunni di Sistan-Baluchestan, yang sebagian besar dihuni oleh etnis Sunni Baluchis, minoritas di Iran yang didominasi Syiah.

Aktivis Baluchestan telah lama mengeluhkan diskriminasi etnis dan agama dan menuduh rezim sengaja mengabaikan wilayah mereka, salah satu yang termiskin di Iran menurut angka resmi.

Abdolhamid, seorang ulama yang sangat dihormati di kalangan Sunni Iran, mengatakan bulan lalu bahwa para pejabat, termasuk Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, "bertanggung jawab di hadapan Tuhan" atas pembunuhan 30 September.

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan terhadap Abdolhamid, memperingatkan: “Tuan Abdolhamid, mendorong dan mengagitasi kaum muda melawan Republik Islam Iran yang suci mungkin sangat merugikan Anda! Ini peringatan terakhir!”

Abdolhamid tidak mundur meskipun ada peringatan, dan seruan terakhirnya untuk referendum kemungkinan akan membuat marah pihak berwenang.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(min)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More