Rusia Pertimbangkan Pertemuan Putin dan Biden di KTT G20 Indonesia

Kamis, 13 Oktober 2022 - 05:30 WIB
Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Villa La Grange, Jenewa, Swiss, 16 Juni 2021. Foto/REUTERS/Kevin Lamarque
MOSKOW - Presiden Rusia dan Amerika Serikat (AS) dapat bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, asalkan Washington benar-benar ingin berpartisipasi.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan hal itu saat wawancara di televisi Rusia pada Selasa (11/10/2022).

“Kami tidak pernah menolak pertemuan, dan jika proposal seperti itu datang, kami akan mempertimbangkannya,” ujar diplomat top Rusia itu.



Dia menekankan sejauh ini tidak ada proposal seperti itu yang dikirim AS, bertentangan dengan apa yang mungkin diyakini sebagian orang.



Kesempatan bagi Presiden AS Joe Biden untuk mengadakan pertemuan empat mata dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dapat muncul dengan sendirinya selama KTT para pemimpin G20 mendatang di Bali, Indonesia, yang dijadwalkan pada pertengahan November.

Ketika ditanya tentang kemungkinan pembicaraan bilateral, Biden tidak mengesampingkannya, mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa, “Masih harus dilihat.”

Lavrov mengatakan menarik kesimpulan tentang jadwal kedua pemimpin dari pernyataan tidak langsung itu, “Lebih cocok untuk spekulasi analitis jurnalistik daripada politik nyata.”



Berbicara di acara bincang-bincang politik Rusia “60 Minutes”, Lavrov menyebut klaim "kebohongan" bahwa pemerintah AS sedang berusaha menyelesaikan kebuntuan dengan Rusia atas krisis Ukraina dan posisi Moskow yang mencegah negosiasi damai.

“Kami belum menerima proposal serius untuk kontak. Ada beberapa pendekatan setengah hati, yang juga tidak kami tolak dan menyarankan agar orang-orang, yang ingin terlibat dengan kami dalam diplomasi pintu belakang, merumuskan proposal konkret,” ungkap Lavrov.

“Para calon mediator tidak merespon dengan baik,” papar dia.

Menlu Rusia juga menyatakan skeptis bahwa pembicaraan dengan AS dapat menghasilkan hasil yang substansial mengenai Ukraina, mengingat situasinya.

Dia menjelaskan bahwa AS telah lama menjadi pihak "de facto" dalam konflik Ukraina dengan mempersenjatai militer Kiev dan memberi mereka informasi intelijen.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More