Pria Bersenjata Tembak Perwira Perekrut Tentara Cadangan Rusia

Selasa, 27 September 2022 - 08:49 WIB
Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di kantor wajib militer di Ust-Ilimsk, wilayah Irkutsk, Rusia, 26 September 2022. Foto/REUTERS
MOSKOW - Seorang pemuda menembak seorang perwira militer Rusia dari jarak dekat di kantor pendaftaran tentara cadangan pada Senin (26/9/2022).

Serangan yang luar biasa nekat itu mencerminkan perlawanan terhadap upaya Presiden Rusia Vladimir Putin memobilisasi ratusan ribu orang untuk berperang di Ukraina.

Penembakan itu terjadi setelah serangan pembakaran yang meluas di kantor-kantor pendaftaran dan protes di kota-kota Rusia terhadap panggilan militer yang mengakibatkan 2.000 orang ditangkap.



Rusia berusaha meningkatkan militernya dalam operasi di Ukraina yang masih berlangsung hingga sekarang.



Dalam serangan di kota Ust-Ilimsk, Siberia, warga berusia 25 tahun, Ruslan Zinin, masuk ke kantor pendaftaran militer dengan mengatakan, "Tidak ada yang akan pergi berperang. Kita semua akan pulang sekarang."

Zinin ditangkap dan para pejabat mengancam akan menerapkan hukuman berat. Pihak berwenang mengatakan komandan militer yang terkena tembakan itu dalam perawatan intensif.



Seorang saksi yang dikutip situs berita lokal mengatakan Zinin berada di ruangan penuh orang yang dipanggil untuk berperang dan pasukan dari wilayahnya sedang menuju ke pangkalan militer pada Selasa.

Protes juga berkobar di Dagestan, salah satu daerah miskin Rusia di Kaukasus Utara. Media lokal melaporkan “beberapa ratus” demonstran turun ke jalan pada Selasa di ibukotanya, Makhachkala.

Video yang beredar online menunjukkan puluhan pengunjuk rasa bergumul dengan polisi yang dikirim untuk membubarkan mereka.

Demonstrasi juga berlanjut di Republik Kaukasus Utara Rusia lainnya, Kabardino-Balkaria, di mana video di media sosial menunjukkan seorang pejabat lokal berusaha berbicara kepada kerumunan wanita.

Kekhawatiran berkembang bahwa Rusia mungkin berusaha meningkatkan konflik, termasuk kemungkinan menggunakan senjata nuklir, setelah menyelesaikan referendum.

Ukraina dan Barat menganggap referendum itu ilegal dan akan semakin meningkatkan konflik.

Referendum, di mana warga ditanya apakah mereka ingin wilayah mereka menjadi bagian dari Rusia, dimulai pekan lalu dan berakhir Selasa, dalam kondisi yang bebas atau adil.

Puluhan ribu penduduk telah meninggalkan daerah itu di tengah pertempuran selama berbulan-bulan.

Gambar yang dibagikan oleh mereka yang tetap tinggal menunjukkan pasukan bersenjata Rusia pergi dari pintu ke pintu mendorong warga memilih.

“Setiap malam dan siang ada penembakan yang tak terhindarkan di Donbass, di bawah gemuruh di mana orang dipaksa untuk memilih ‘perdamaian’ Rusia,” ungkap gubernur regional Donetsk Pavlo Kirilenko, Senin.

Rusia secara luas diperkirakan akan menyatakan hasil yang menguntungkannya, langkah yang dapat membuat Moskow mencaplok empat wilayah dan kemudian mempertahankannya sebagai wilayahnya sendiri.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan belum ada tanggal yang ditetapkan untuk mengakui wilayah itu sebagai bagian dari Rusia tetapi mungkin hanya beberapa hari lagi.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Rusia akan membayar harga yang tinggi jika menggunakan senjata nuklir dalam perang di Ukraina.

“Jika Rusia melewati garis ini, akan ada konsekuensi bencana bagi Rusia. Amerika Serikat akan merespons dengan tegas,” ujar dia kepada NBC.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More