Profil Ahmed Aboutaleb, Wali Kota Rotterdam Muslim yang Baru Saja Berkunjung ke Jakarta

Kamis, 15 September 2022 - 06:01 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (ketiga kiri) menari bersama Wali Kota Rotterdam Belanda Ahmed Aboutaleb (tengah) serta para delegasi U20 Mayors Summit saat Jakarta City Tour di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (29/8/2022). Foto/antara
JAKARTA - Pada Senin (29/8/2022), Wali Kota Rotterdam, Belanda, Ahmed Aboutaleb, beserta delegasinya berkunjung ke Jakarta.

Aboutaleb merasa terhormat bisa mendatangi Jakarta. Kunjungan ini dilakukan sebelum Aboutaleb mengikuti penyelenggaraan forum Urban 20 di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat pada Selasa (30/8/2022) hingga Rabu (31/8/2022).

Dalam kunjungan tersebut, Aboutaleb memberikan pujian kepada Anies Baswedan mengenai pembangunan dan perkembangan positif di Jakarta.



Anies pun memberikan sambutan yang hangat kepada Aboutaleb. Selain penyambutan yang baik, Anies juga mengajak jalan-jalan Wali Kota Rotterdam ini untuk menikmati suasana kota yang berbeda di kawasan Tebet Eco Park dan JPO (Jembatan Penyeberangan Orang dan Sepeda).



Mulai menjabat wali kota sejak 2009, Ahmed Aboutaleb ternyata seorang imigran Muslim pertama yang dipercaya menjabat sebagai wali kota di kota terbesar kedua di Belanda.

Ahmed Aboutaleb lahir di kota Beni Sidel di wilayah pegunungan Rif, Maroko, pada tahun 1961. Ia memiliki status warga negara ganda, yaitu Maroko dan Belanda.

Pada 1976, Aboutaleb bersama dengan ibu dan saudara-saudaranya pindah ke Belanda untuk bergabung dengan ayahnya, yang memang sudah lama bekerja di Belanda.

Pada tahun 1987 Aboutaleb lulus dari sekolah teknik elektro. Dia kemudian bekerja sebagai jurnalis dan petugas hubungan masyarakat, sebelum menjadi Direktur Institute for Multicultural Development Forum, organisasi non-pemerintah yang berfokus pada kebijakan integrasi.

Lalu Aboutaleb menjabat sebagai anggota Dewan Kota Amsterdam untuk Partai Buruh. Dalam jabatan tersebut, ia bertanggung jawab atas urusan sosial, pendidikan, dan integrasi dari tahun 2004 hingga pengangkatannya sebagai sekretaris negara untuk urusan sosial dan karyawan dalam Kabinet Balkenende IV pada 22 Februari 2007.

Setelah beralih ke politik nasional, banyak pihak yang mengkritik profilnya. Para politisi mencoba menarik perhatian negatif terhadap latar belakang imigrannya, agamanya, dan kewarganegaraan gandanya.

Selain itu, loyalitas Aboutaleb kepada Belanda juga dipertanyakan di parlemen nasional. Geert Wilders, ketua partai PVV yang anti-imigran, mengajukan mosi tidak percaya terhadapnya pada tahun 2007.

Wilders menuduh kesetiaan Aboutaleb masih kepada Raja Maroko daripada Belanda.

Aboutaleb cukup cerdas menanggapi kritik tersebut. Ia bereaksi tenang dan tersenyum sambil melambaikan paspor Belanda miliknya kepada wartawan.

Bukan hanya tenang dalam menghadapi kritik itu saja, Aboutaleb selalu dikenal sebagai sosok yang cerdas dan mampu tampil sangat baik di hadapan media.

Meskipun begitu, di lain sisi, ia juga tahu persis kapan harus bersikap keras dan pintar memilih nada berbicara seperti apa yang harus digunakan dalam masalah sensitif terkait integrasi.

Ahmed Aboutaleb diangkat sebagai Wali Kota Rotterdam pada 5 Januari 2009. Saat itu, Rotterdam menjadi salah satu kota besar Eropa pertama yang menunjuk seorang imigran Muslim sebagai wali kotanya.

Dalam pemilihannya, Dewan Kota Rotterdam menggambarkan Aboutaleb sebagai "inspirasi bagi semua penduduk Rotterdam".

Namun di lain sisi, Aboutaleb tetap mendapatkan kritikan dari banyak pihak, salah satunya dari Partai Leefbaar Rotterdam.

Pemimpin Partai Leefbaar Rotterdam, Ronald Sorenson, sangat menentang penunjukan Aboutaleb. "Dia berasal dari Amsterdam (kedua kota adalah rival tradisional) dan mendukung Ajax (klub sepak bola Amsterdam), tetapi yang lebih buruk adalah kenyataan bahwa dia memiliki dua paspor," ujar dia.

Bukan hanya itu, Dries Mosch, anggota dewan kota dari Leefbaar Rotterdam, mempertanyakan pula apakah pemilihan Aboutaleb adalah langkah yang tepat.

"Aboutaleb adalah seorang Muslim dan dia memiliki dua paspor," ujarnya. "Haruskah dia, dari semua orang, bertanggung jawab atas kota di mana mayoritas penduduk imigran menolak untuk berintegrasi?"
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More