Iran Berusaha Keras Gabung Blok Pimpinan Rusia dan China
Kamis, 15 September 2022 - 00:49 WIB
TEHERAN - Iran berusaha keras mengejar keanggotaan blok yang dipimpin China dan Rusia yang menggelar pertemuan di Uzbekistan pekan ini.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan hal itu pada Rabu (14/9/2022) saat dia bersiap menuju konferensi tingkat tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
SCO terdiri dari China, Rusia, India, Pakistan dan empat negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah. Blok itu didirikan pada tahun 2001 sebagai organisasi politik, ekonomi dan keamanan untuk menyaingi institusi Barat.
KTT yang ditetapkan untuk Kamis dan Jumat di kota Samarkand, Uzbekistan adalah pertemuan para pemimpin yang sepenuhnya tatap muka pertama sejak dimulainya pandemi virus corona.
“Salah satu tindakan penting dari KTT ini adalah finalisasi dokumen SCO (keanggotaan) dan proses hukum yang perlu mereka ambil untuk ditandatangani para menteri luar negeri negara-negara anggota,” ungkap Raisi.
Iran, salah satu dari empat negara pengamat SCO, telah mengajukan keanggotaan penuh pada tahun 2008 tetapi tawarannya diperlambat oleh sanksi PBB dan Amerika Serikat (AS) yang dikenakan atas program nuklirnya.
Beberapa anggota SCO tidak menginginkan negara di bawah sanksi internasional dalam barisan mereka.
Pada konferensi di Dushanbe pada September tahun lalu, anggota blok tersebut mendukung keanggotaan Iran di masa depan.
“Iran ingin memanfaatkan sebagian besar kekuatan ekonomi dan kapasitas kawasan dan negara-negara Asia untuk kepentingan bangsa Iran," ungkap Raisi.
Kremlin mengatakan pada Selasa bahwa KTT pekan ini di Samarkand akan menampilkan "alternatif" terhadap Barat.
Langkah itu dilakukan ketika Iran dan negara-negara besar telah berjuang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Perjanjian asli menjanjikan bantuan Iran dari sanksi yang melumpuhkan sebagai imbalan atas pembatasan ketat terhadap kegiatan nuklirnya yang diverifikasi pemantau PBB.
Sejak tahun lalu, Iran telah terlibat dalam pembicaraan yang ditengahi Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan dengan keterlibatan baru Amerika Serikat, yang mundur pada 2018.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan hal itu pada Rabu (14/9/2022) saat dia bersiap menuju konferensi tingkat tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
SCO terdiri dari China, Rusia, India, Pakistan dan empat negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah. Blok itu didirikan pada tahun 2001 sebagai organisasi politik, ekonomi dan keamanan untuk menyaingi institusi Barat.
KTT yang ditetapkan untuk Kamis dan Jumat di kota Samarkand, Uzbekistan adalah pertemuan para pemimpin yang sepenuhnya tatap muka pertama sejak dimulainya pandemi virus corona.
“Salah satu tindakan penting dari KTT ini adalah finalisasi dokumen SCO (keanggotaan) dan proses hukum yang perlu mereka ambil untuk ditandatangani para menteri luar negeri negara-negara anggota,” ungkap Raisi.
Iran, salah satu dari empat negara pengamat SCO, telah mengajukan keanggotaan penuh pada tahun 2008 tetapi tawarannya diperlambat oleh sanksi PBB dan Amerika Serikat (AS) yang dikenakan atas program nuklirnya.
Beberapa anggota SCO tidak menginginkan negara di bawah sanksi internasional dalam barisan mereka.
Pada konferensi di Dushanbe pada September tahun lalu, anggota blok tersebut mendukung keanggotaan Iran di masa depan.
“Iran ingin memanfaatkan sebagian besar kekuatan ekonomi dan kapasitas kawasan dan negara-negara Asia untuk kepentingan bangsa Iran," ungkap Raisi.
Kremlin mengatakan pada Selasa bahwa KTT pekan ini di Samarkand akan menampilkan "alternatif" terhadap Barat.
Langkah itu dilakukan ketika Iran dan negara-negara besar telah berjuang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Perjanjian asli menjanjikan bantuan Iran dari sanksi yang melumpuhkan sebagai imbalan atas pembatasan ketat terhadap kegiatan nuklirnya yang diverifikasi pemantau PBB.
Sejak tahun lalu, Iran telah terlibat dalam pembicaraan yang ditengahi Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan dengan keterlibatan baru Amerika Serikat, yang mundur pada 2018.
(sya)
tulis komentar anda