Bentrok dengan Azerbaijan, Armenia Minta Bantuan Militer Rusia
Rabu, 14 September 2022 - 01:44 WIB
Kantor berita TASS yang dikelola pemerintah Rusia melaporkan pada Selasa pagi bahwa Armenia telah resmi mengajukan bantuan.
Sebuah video resmi dari Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan upaya pasukan Azerbaijan untuk melintasi perbatasan Armenia-Azerbaijan. Namun, kata kementerian tersebut, upaya itu gagal.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, serta Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Gejolak antara Armenia dan Azerbaijan adalah yang terbaru dari serangkaian laporan baku tembak yang sering terjadi di sepanjang perbatasan bersama mereka sejak akhir perang tahun 2020 antara Yerevan dan Baku atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Para pejabat Armenia mengaitkan bentrokan itu dengan invasi Rusia ke Ukraina dan media pro-pemerintah Azerbaijan berusaha mendiskreditkan 2.000 anggota kontingen penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh.
Dua negara yang bertetangga itu telah berperang dua kali—pada 1990-an dan 2020—atas wilayah Nagorno-Karabakh, daerah kantong Azerbaijan yang berpenduduk Armenia.
Pertempuran enam minggu pada musim gugur 2020 merenggut lebih dari 6.500 nyawa dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade dan Moskow mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaiannya untuk mengawasi gencatan senjata yang rapuh.
Selama pembicaraan yang dimediasi Uni Eropa di Brussel pada bulan Mei dan April, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan setuju untuk "memajukan diskusi" tentang perjanjian damai di masa depan.
Separatis etnis Armenia di Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Konflik berikutnya merenggut sekitar 30.000 nyawa.
Sebuah video resmi dari Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan upaya pasukan Azerbaijan untuk melintasi perbatasan Armenia-Azerbaijan. Namun, kata kementerian tersebut, upaya itu gagal.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, serta Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Gejolak antara Armenia dan Azerbaijan adalah yang terbaru dari serangkaian laporan baku tembak yang sering terjadi di sepanjang perbatasan bersama mereka sejak akhir perang tahun 2020 antara Yerevan dan Baku atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Para pejabat Armenia mengaitkan bentrokan itu dengan invasi Rusia ke Ukraina dan media pro-pemerintah Azerbaijan berusaha mendiskreditkan 2.000 anggota kontingen penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh.
Dua negara yang bertetangga itu telah berperang dua kali—pada 1990-an dan 2020—atas wilayah Nagorno-Karabakh, daerah kantong Azerbaijan yang berpenduduk Armenia.
Pertempuran enam minggu pada musim gugur 2020 merenggut lebih dari 6.500 nyawa dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade dan Moskow mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaiannya untuk mengawasi gencatan senjata yang rapuh.
Selama pembicaraan yang dimediasi Uni Eropa di Brussel pada bulan Mei dan April, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan setuju untuk "memajukan diskusi" tentang perjanjian damai di masa depan.
Separatis etnis Armenia di Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Konflik berikutnya merenggut sekitar 30.000 nyawa.
tulis komentar anda