Korsel Peringatkan Korut: Gunakan Senjata Nuklir Sama dengan 'Bunuh Diri'
Selasa, 13 September 2022 - 20:33 WIB
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) memperingatkan Korea Utara (Korut) bahwa menggunakan senjata nuklir akan menempatkannya pada “jalan penghancuran diri.” Peringatan itu dikeluarkan beberapa hari setelah Korut mengeluarkan undang-undang memungkinkannya untuk menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu.
Peringatan ini kemungkinan akan memicu kemarahan Korut karena selama ini Seoul menghindari kata-kata keras guna menghindari meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan undang-undang itu hanya akan memperdalam isolasi Korut dan mendorong Seoul dengan Washington untuk lebih memperkuat kapasitas pencegahan dan reaksi mereka.
Untuk mencegah Korut menggunakan senjata nuklirnya, kementerian itu mengatakan Korsel akan secara tajam memperkuat rencana serangan pendahuluan, pertahanan rudal, dan kapasitas membalas besar-besaran sambil mencari komitmen keamanan Amerika Serikat (AS) yang lebih besar untuk mempertahankan sekutunya dengan semua cara yang tersedia, termasuk nuklir.
“Kami memperingatkan bahwa pemerintah Korea Utara akan menghadapi tanggapan luar biasa dari aliansi militer Korea Selatan-AS dan melangkah ke jalur penghancuran diri, jika mencoba menggunakan senjata nuklir,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Moon Hong Sik, seperti dikutip dari NBC News, Selasa (13/9/2022).
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre sebelumnya mengatakan AS tetap berkomitmen penuh untuk pertahanan Korsel, menggunakan berbagai kemampuan pertahanan.
Jean-Pierre mengatakan AS tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Korut dan tetap fokus pada koordinasi yang erat dengan sekutunya untuk memajukan tujuan bersama dari denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea.
Pekan lalu, parlemen Korut mensahkan undang-undang tentang aturan penggunaan senjata nuklirnya. Regulasi itu akan memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika kepemimpinannya menghadapi serangan yang akan segera terjadi atau jika bertujuan untuk mencegah "krisis bencana" yang tidak ditentukan kepada rakyatnya.
Kata-kata yang longgar menimbulkan kekhawatiran bahwa aturan tersebut sebagian besar dimaksudkan sebagai dasar hukum untuk serangan nuklir pendahuluan guna mengintimidasi musuh Korut agar membuat konsesi di tengah negosiasi yang telah lama terhenti mengenai persenjataannya.
Beberapa ahli mengatakan langkah Korut juga dirancang untuk memperkuat kontrol kepemimpinan Kim Jong-un dalam menghadapi kesulitan yang disebabkan oleh pandemi dan penutupan perbatasan.
Selama pertemuan parlemen, Kim Jong-un mengatakan dalam pidatonya bahwa negaranya tidak akan pernah meninggalkan senjata nuklirnya untuk mengatasi ancaman AS. Dia menuduh AS mendorong untuk melemahkan pertahanan Korut dan akhirnya meruntuhkan pemerintahannya.
Awal tahun ini, Jong-un mengatakan senjata nuklirnya tidak akan pernah terbatas pada satu-satunya misi pencegah perang dan dapat digunakan terlebih dahulu jika kepentingan nasional negaranya terancam. Korut kemudian menyetujui rencana untuk menetapkan tugas baru ke unit tentara garis depan, memicu spekulasi bahwa itu adalah langkah menuju penggelaran senjata nuklir medan perang di sepanjang perbatasannya dengan Korsel.
Tahun ini, diktator muda Korut itu juga telah melakukan uji coba senjata yang mencatat rekor kecepatan dengan meluncurkan uji coba sejumlah rudal balistik berkemampuan nuklir yang menargetkan daratan AS dan Korsel.
Selama berbulan-bulan terakhir, pejabat AS dan Korsel mengatakan Korut juga dapat melakukan uji coba nuklir pertamanya dalam lima tahun.
Sejak menjabat pada Mei, pemerintah konservatif baru Korsel, yang dipimpin oleh Presiden Yoon Suk Yeol, mengatakan akan mengambil sikap lebih keras terhadap provokasi Korut tetapi juga menawarkan rencana dukungan besar-besaran jika Pyongyang melakukan denuklirisasi.
Namun Korut secara blak-blakan menolak tawaran bantuan untuk perlucutan senjata itu dan melontarkan penghinaan kasar terhadap pemerintah Yoon.
Peringatan ini kemungkinan akan memicu kemarahan Korut karena selama ini Seoul menghindari kata-kata keras guna menghindari meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan undang-undang itu hanya akan memperdalam isolasi Korut dan mendorong Seoul dengan Washington untuk lebih memperkuat kapasitas pencegahan dan reaksi mereka.
Untuk mencegah Korut menggunakan senjata nuklirnya, kementerian itu mengatakan Korsel akan secara tajam memperkuat rencana serangan pendahuluan, pertahanan rudal, dan kapasitas membalas besar-besaran sambil mencari komitmen keamanan Amerika Serikat (AS) yang lebih besar untuk mempertahankan sekutunya dengan semua cara yang tersedia, termasuk nuklir.
“Kami memperingatkan bahwa pemerintah Korea Utara akan menghadapi tanggapan luar biasa dari aliansi militer Korea Selatan-AS dan melangkah ke jalur penghancuran diri, jika mencoba menggunakan senjata nuklir,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Moon Hong Sik, seperti dikutip dari NBC News, Selasa (13/9/2022).
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre sebelumnya mengatakan AS tetap berkomitmen penuh untuk pertahanan Korsel, menggunakan berbagai kemampuan pertahanan.
Jean-Pierre mengatakan AS tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Korut dan tetap fokus pada koordinasi yang erat dengan sekutunya untuk memajukan tujuan bersama dari denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea.
Pekan lalu, parlemen Korut mensahkan undang-undang tentang aturan penggunaan senjata nuklirnya. Regulasi itu akan memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika kepemimpinannya menghadapi serangan yang akan segera terjadi atau jika bertujuan untuk mencegah "krisis bencana" yang tidak ditentukan kepada rakyatnya.
Kata-kata yang longgar menimbulkan kekhawatiran bahwa aturan tersebut sebagian besar dimaksudkan sebagai dasar hukum untuk serangan nuklir pendahuluan guna mengintimidasi musuh Korut agar membuat konsesi di tengah negosiasi yang telah lama terhenti mengenai persenjataannya.
Beberapa ahli mengatakan langkah Korut juga dirancang untuk memperkuat kontrol kepemimpinan Kim Jong-un dalam menghadapi kesulitan yang disebabkan oleh pandemi dan penutupan perbatasan.
Selama pertemuan parlemen, Kim Jong-un mengatakan dalam pidatonya bahwa negaranya tidak akan pernah meninggalkan senjata nuklirnya untuk mengatasi ancaman AS. Dia menuduh AS mendorong untuk melemahkan pertahanan Korut dan akhirnya meruntuhkan pemerintahannya.
Awal tahun ini, Jong-un mengatakan senjata nuklirnya tidak akan pernah terbatas pada satu-satunya misi pencegah perang dan dapat digunakan terlebih dahulu jika kepentingan nasional negaranya terancam. Korut kemudian menyetujui rencana untuk menetapkan tugas baru ke unit tentara garis depan, memicu spekulasi bahwa itu adalah langkah menuju penggelaran senjata nuklir medan perang di sepanjang perbatasannya dengan Korsel.
Tahun ini, diktator muda Korut itu juga telah melakukan uji coba senjata yang mencatat rekor kecepatan dengan meluncurkan uji coba sejumlah rudal balistik berkemampuan nuklir yang menargetkan daratan AS dan Korsel.
Selama berbulan-bulan terakhir, pejabat AS dan Korsel mengatakan Korut juga dapat melakukan uji coba nuklir pertamanya dalam lima tahun.
Sejak menjabat pada Mei, pemerintah konservatif baru Korsel, yang dipimpin oleh Presiden Yoon Suk Yeol, mengatakan akan mengambil sikap lebih keras terhadap provokasi Korut tetapi juga menawarkan rencana dukungan besar-besaran jika Pyongyang melakukan denuklirisasi.
Namun Korut secara blak-blakan menolak tawaran bantuan untuk perlucutan senjata itu dan melontarkan penghinaan kasar terhadap pemerintah Yoon.
(ian)
tulis komentar anda