5 Terapis Dijebloskan ke Penjara Gara-gara Terbitkan Buku Kartun

Minggu, 11 September 2022 - 13:52 WIB
5 terapis berbicara dijebloska ke penjara setelah dianggap menerbitkan buku kartun yang dinilai anti pemerintah. Foto/Sydney Morning Herald
HONG KONG - Lima terapis wicara Hong Kong dijatuhi hukuman 19 biilan penjara karena dianggap melakukan konspirasi dengan menerbitkan buku anak-anak yang menghasut. Buku kartun yang bercerita tentang domba dan serigala itu dianggap jaksa anti pemerintah.

Kelimanya dijatuhi hukuman pada hari Sabtu setelah dinyatakan bersalah pada hari Rabu di bawah undang-undang hasutan era kolonial dalam kasus yang dikecam oleh para pegiat hak asasi sebagai “tindakan represi yang kurang ajar”. Namun pemerintah Hong Kong menolak tuduhan tersebut.

Para terdakwa, yang mengaku tidak bersalah, dituduh menerbitkan tiga buku yang menampilkan kartun domba yang bertarung melawan serigala.



Buku-buku tersebut dianggap merujuk pada sejumlah peristiwa termasuk protes massa pro-demokrasi yang mengguncang Hong Kong pada tahun 2019 serta kasus 12 pengunjuk rasa demokrasi yang melarikan diri dari kota itu dengan speedboat pada tahun 2020 dan ditangkap oleh penjaga pantai China.

Dalam satu buku, serigala itu ingin menduduki sebuah desa dan memakan domba, yang pada gilirannya mulai melawan.

Hakim Pengadilan Distrik Kwok Wai Kin mengatakan para terdakwa harus dihukum bukan karena publikasi atau kata-katanya tetapi karena kerugian mereka atau risiko bahaya bagi pikiran anak-anak, dengan mengatakan karya-karya itu menabur benih “ketidakstabilan”.



“Apa yang dilakukan terdakwa terhadap anak-anak berusia 4 tahun ke atas sebenarnya adalah latihan cuci otak dengan tujuan membimbing anak-anak yang masih sangat kecil untuk menerima pandangan dan nilai-nilai mereka,” kata Kwok seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Minggu (11/9/2022).

Lorie Lai, Melody Yeung, Sidney Ng, Samuel Chan dan Marco Fong, berusia 26 hingga 29 tahun, dihukum oleh Kwok, yang dipilih sendiri oleh pemimpin kota untuk mengadili kasus keamanan nasional.

Salah satu pengacara memperkirakan bahwa kelimanya bisa keluar dalam 31 hari setelah pemotongan masa tahanan dilakukan, termasuk 13 bulan yang mereka habiskan di penjara menunggu persidangan.

Mengakui bahwa mereka bisa segera meninggalkan penjara, Hakim Kwok bertanya kepada kelimanya: “Kapan Anda akan meninggalkan penjara dengan pikiran Anda sendiri”.

KelonggaranLai diinterupsi oleh Kwok, yang mengatakan pengadilan bukanlah tempat untuk membuat pidato politik.

“Setiap orang memiliki kebebasan berekspresi, tetapi itu tidak sama dengan kebebasan mutlak,” katanya.



Sebelum dihentikan, Lai telah mengatakan bahwa masalah inti persidangan adalah kebebasan berbicara dan kebebasan dengan batasan bukanlah kebebasan.

Terdakwa lain, Yeung, mengutip pemimpin hak-hak sipil Amerika Serikat (AS) Martin Luther King yang mengatakan kerusuhan adalah bahasa yang tidak terdengar.

“Saya tidak menyesali pilihan saya, dan saya harap saya selalu bisa berdiri di sisi domba,” tegas Yeung.

Hakim Kwok mengatakan dalam putusannya bahwa anak-anak akan digiring ke dalam keyakinan bahwa Pemerintah RRC datang ke Hong Kong dengan niat jahat untuk mengambil rumah mereka dan menghancurkan kehidupan bahagia mereka tanpa hak untuk melakukannya sama sekali, mengacu pada Republik Rakyat Cina.

Para terdakwa adalah anggota Persatuan Umum Terapis Bicara Hong Kong, yang menurut Hakim Kwok “jelas dibentuk untuk tujuan politik”.

“Situasi politik tampak tenang di permukaan tetapi sangat tidak stabil di bawahnya,” kata Kwok, menggambarkan situasi di Hong Kong setelah undang-undang keamanan nasional.



Ini adalah pertama kalinya kasus publikasi yang menghasut diadili sejak aksi protes pecah pada 2019 lalu dan pengenaan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong oleh Beijing pada 2020, yang menurut para pejabat dianggap penting untuk memulihkan stabilitas.
(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More