Liz Truss Terpilih Jadi Perdana Menteri, Rusia Sebut Inggris Krisis Demokrasi

Kamis, 08 September 2022 - 02:30 WIB
Liz Truss memberikan pidato di depan kantor perdana menteri Inggris. Foto/Stratfor
MOSKOW - Terpilihnya Liz Truss sebagai perdana menteri menandakan “krisis demokrasi” di Inggris. Hal itu diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

Ditanya oleh kantor berita Rusia, TASS, apakah Truss akan menjadi bencana bagi Inggris, Zakharova menjawab: "Jika pemilik toko mendekorasi jendela dengan cara ini, maka mereka percaya ini adalah barang terbaik yang mereka miliki saat ini.”

Terkadang, Zakharova mengklaim, negara-negara dengan populasi besar dan tradisi demokrasi yang sudah lama ada membuat Anda bertanya-tanya apakah mereka benar-benar tidak memiliki siapa pun yang dapat secara memadai, profesional, dan cerdas mewakili berbagai cabang pemerintahan.



"Mungkin masalahnya ada di krisis demokrasi Inggris, karena 'hasil' ini tidak ada hubungannya dengan pilihan langsung rakyat Inggris, karena sistem pemilihan tidak langsung mendominasi duo Anglo-Saxon," jelasnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (8/9/2022).



Truss, mantan menteri luar negeri di pemerintahan Konservatif Boris Johnson, secara resmi menjadi perdana menteri Inggris pada hari Selasa. Sehari sebelumnya, dia diumumkan sebagai pemenang pemilihan pimpinan partai Konservatif Inggris. Dia mendapatkan 81.326 suara, sementara pesaingnya, Rishi Sunak, didukung oleh 60.399.

Jajak pendapat YouGov yang diterbitkan pada hari yang sama menunjukkan bahwa setengah dari orang-orang di Inggris 'kecewa' Truss mengambil alih kursi perdana menteri, dengan sepertiga 'sangat kecewa'. Bahkan di antara anggota partai yang berkuasa, 54% sangat tidak percaya pada kemampuan Truss untuk mengatasi krisis biaya hidup, dan sekitar sepertiganya 'kecewa' karena dia akan memimpin pemerintahan.



Kunjungan Truss ke Rusia pada bulan Februari lalu – di tengah ketegangan di Ukraina jelang peluncuran operasi militer Moskow – dikenang oleh banyak orang karena kesalahan yang dibuat oleh menteri luar negeri saat itu.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More