Ribuan Warga Rusia Terancam Kehilangan Properti di Negara Uni Eropa
Selasa, 30 Agustus 2022 - 09:10 WIB
TALLINN - Larangan visa dapat menyebabkan ribuan warga Rusia kehilangan harta benda mereka di Estonia. Peringatan itu diungkapkan Wakil Menteri Dalam Negeri Estonia Veiko Kommusaar pada Senin (29/8/2022).
Estonia melarang akses ke negara itu bagi warga negara Rusia dengan visa Schengen yang dikeluarkan Estonia mulai 18 Agustus, karena operasi militer Moskow di Ukraina.
Bank-bank negara Baltik itu telah berhenti menerima transfer uang dari Rusia sebagai bagian dari sanksi Uni Eropa sebelumnya.
Hal ini membuat pembayaran tagihan listrik semakin rumit bagi warga Rusia yang memiliki real estat di Estonia tetapi tinggal di negara asal mereka.
“Warga Rusia yang menumpuk utang atas tagihan listrik yang belum dibayar karena sanksi pada akhirnya bisa kehilangan properti mereka di Estonia,” papar Kommusaar dalam wawancara dengan situs web ERR.
“Memang, jika menjadi tidak mungkin bagi seseorang untuk menemukan cara menangani real estat mereka, konsekuensi ekstrem mungkin datang. Saat ini kami tidak melihat bagaimana Estonia dapat membuat konsesi di area ini,” ujar dia.
Sekitar 12% warga Rusia (4.500 orang) yang memiliki properti di Estonia terancam karena larangan visa, menurut wakil menteri itu.
Data Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan Rusia memiliki total 41.351 properti di negara tersebut.
Tetapi kebanyakan dari mereka tidak akan terpengaruh oleh pembatasan masuk karena mereka memiliki izin tinggal dan menetap di Estonia.
Kommusaar juga mengatakan berbahaya bagi negara berpenduduk 1,3 juta jiwa itu jika sejumlah besar real estat terkonsentrasi di tangan Rusia.
“Tentu saja, ada tempat-tempat kritis di mana memiliki properti merupakan ancaman langsung bagi keamanan kita. Pasti ada tempat lain, dalam bentuk apartemen tunggal, di mana masalahnya tidak terlalu serius,” papar dia.
Pejabat itu menyarankan Estonia harus bekerja untuk membatasi kemungkinan warga non-Uni Eropa memperoleh real estat di negara itu.
Estonia melarang akses ke negara itu bagi warga negara Rusia dengan visa Schengen yang dikeluarkan Estonia mulai 18 Agustus, karena operasi militer Moskow di Ukraina.
Bank-bank negara Baltik itu telah berhenti menerima transfer uang dari Rusia sebagai bagian dari sanksi Uni Eropa sebelumnya.
Hal ini membuat pembayaran tagihan listrik semakin rumit bagi warga Rusia yang memiliki real estat di Estonia tetapi tinggal di negara asal mereka.
“Warga Rusia yang menumpuk utang atas tagihan listrik yang belum dibayar karena sanksi pada akhirnya bisa kehilangan properti mereka di Estonia,” papar Kommusaar dalam wawancara dengan situs web ERR.
“Memang, jika menjadi tidak mungkin bagi seseorang untuk menemukan cara menangani real estat mereka, konsekuensi ekstrem mungkin datang. Saat ini kami tidak melihat bagaimana Estonia dapat membuat konsesi di area ini,” ujar dia.
Sekitar 12% warga Rusia (4.500 orang) yang memiliki properti di Estonia terancam karena larangan visa, menurut wakil menteri itu.
Data Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan Rusia memiliki total 41.351 properti di negara tersebut.
Tetapi kebanyakan dari mereka tidak akan terpengaruh oleh pembatasan masuk karena mereka memiliki izin tinggal dan menetap di Estonia.
Kommusaar juga mengatakan berbahaya bagi negara berpenduduk 1,3 juta jiwa itu jika sejumlah besar real estat terkonsentrasi di tangan Rusia.
“Tentu saja, ada tempat-tempat kritis di mana memiliki properti merupakan ancaman langsung bagi keamanan kita. Pasti ada tempat lain, dalam bentuk apartemen tunggal, di mana masalahnya tidak terlalu serius,” papar dia.
Pejabat itu menyarankan Estonia harus bekerja untuk membatasi kemungkinan warga non-Uni Eropa memperoleh real estat di negara itu.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda