Mengapa Negara-Negara Arab Terpecah dalam Normalisasi Hubungan dengan Israel?
Kamis, 25 Agustus 2022 - 23:00 WIB
JAKARTA - Dalam riwayatnya, Israel pernah berseteru dengan negara-negara Arab . Terutama setelah mereka menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1948. Selain itu, mereka juga turut mengecam tindakan Israel terhadap Palestina.
Seiring perkembangannya, konflik antara negara-negara Arab dengan Israel mulai mereda. Bahkan, sebagian negara diketahui telah membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Israel.
Beberapa negara tersebut diantaranya adalah Uni Emirat Arab dan Bahrain. Dikutip dari Al Jazeera, pada tahun 2020 UEA dan Bahrain resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Adapun mereka menandatangani kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Menyikapi hal ini, Palestina meradang dan menganggap mereka merusak upaya negaranya untuk berdaulat penuh. Sebelum Uni Emirat Arab dan Bahrain, Mesir dan Yordania lebih dulu melakukan perjanjian damai dengan Israel. Masing-masing pada tahun 1979 dan 1994.
Berbeda dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, Kuwait dan Aljazair menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menormalkan hubungan dengan Israel sampai status negara Palestina berdaulat tercapai.
Lebih lanjut, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune menyebut negara tidak tertarik untuk bergabung dengan mereka yang memihak Israel.
"Masalah Palestina adalah suci bagi kami dan itu adalah ibu dari semua masalah dan tidak akan diselesaikan kecuali dengan mendirikan negara Palestina, dengan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Suci sebagai ibu kotanya," kata Tebboune.
Seiring perkembangannya, konflik antara negara-negara Arab dengan Israel mulai mereda. Bahkan, sebagian negara diketahui telah membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Israel.
Beberapa negara tersebut diantaranya adalah Uni Emirat Arab dan Bahrain. Dikutip dari Al Jazeera, pada tahun 2020 UEA dan Bahrain resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Adapun mereka menandatangani kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Menyikapi hal ini, Palestina meradang dan menganggap mereka merusak upaya negaranya untuk berdaulat penuh. Sebelum Uni Emirat Arab dan Bahrain, Mesir dan Yordania lebih dulu melakukan perjanjian damai dengan Israel. Masing-masing pada tahun 1979 dan 1994.
Berbeda dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, Kuwait dan Aljazair menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menormalkan hubungan dengan Israel sampai status negara Palestina berdaulat tercapai.
Lebih lanjut, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune menyebut negara tidak tertarik untuk bergabung dengan mereka yang memihak Israel.
"Masalah Palestina adalah suci bagi kami dan itu adalah ibu dari semua masalah dan tidak akan diselesaikan kecuali dengan mendirikan negara Palestina, dengan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Suci sebagai ibu kotanya," kata Tebboune.
tulis komentar anda