Ajudan Zelensky Ancam Runtuhkan Jembatan Terpanjang di Eropa
Kamis, 18 Agustus 2022 - 05:01 WIB
Sejak pekan lalu, dua lokasi terpisah di semenanjung Krimea telah diguncang ledakan dahsyat di lokasi militer yang digunakan untuk menyimpan amunisi.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengakui yang terbaru, yang terjadi pada Selasa di dekat desa Mayskoye di Krimea utara, sebagai tindakan sabotase.
Kiev belum secara resmi mengklaim pelaku insiden tersebut, tetapi banyak pejabat Ukraina mengisyaratkan inilah masalahnya, dengan Podolyak mengikuti pola tersebut dalam wawancaranya dengan surat kabar Inggris.
“Saya tentu setuju dengan Kementerian Pertahanan Rusia, yang memprediksi lebih banyak insiden semacam ini dalam dua, tiga bulan ke depan. Saya pikir kita mungkin melihat lebih banyak dari itu terjadi,” tutur dia.
Ajudan presiden Ukraina itu menyebut serangan klandestin yang diklaim sebagai "serangan balasan" yang sifatnya berbeda dari jenis aksi militer yang biasanya digambarkan dengan istilah ini.
“Serangan balasan Ukraina terlihat sangat berbeda (dari Rusia). Kami tidak menggunakan taktik tahun 60-an dan 70-an, abad terakhir,” ujar dia.
The Guardian menyatakan Podolyak mungkin secara diam-diam mengakui kegagalan Ukraina mengumpulkan pasukan dan senjata untuk serangan balik yang sebenarnya terhadap pasukan Rusia di medan perang.
Para pejabat tinggi Ukraina selama berminggu-minggu berjanji upaya merebut kembali kota Kherson akan segera dimulai, dengan beberapa bahkan mengklaim operasi itu sudah berlangsung.
Podolyak mengatakan kepada BBC pekan lalu bahwa "semua pernyataan publik" oleh pejabat Ukraina adalah "perang psikologis" yang bertujuan menurunkan moral tentara Rusia.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengakui yang terbaru, yang terjadi pada Selasa di dekat desa Mayskoye di Krimea utara, sebagai tindakan sabotase.
Kiev belum secara resmi mengklaim pelaku insiden tersebut, tetapi banyak pejabat Ukraina mengisyaratkan inilah masalahnya, dengan Podolyak mengikuti pola tersebut dalam wawancaranya dengan surat kabar Inggris.
“Saya tentu setuju dengan Kementerian Pertahanan Rusia, yang memprediksi lebih banyak insiden semacam ini dalam dua, tiga bulan ke depan. Saya pikir kita mungkin melihat lebih banyak dari itu terjadi,” tutur dia.
Ajudan presiden Ukraina itu menyebut serangan klandestin yang diklaim sebagai "serangan balasan" yang sifatnya berbeda dari jenis aksi militer yang biasanya digambarkan dengan istilah ini.
“Serangan balasan Ukraina terlihat sangat berbeda (dari Rusia). Kami tidak menggunakan taktik tahun 60-an dan 70-an, abad terakhir,” ujar dia.
The Guardian menyatakan Podolyak mungkin secara diam-diam mengakui kegagalan Ukraina mengumpulkan pasukan dan senjata untuk serangan balik yang sebenarnya terhadap pasukan Rusia di medan perang.
Para pejabat tinggi Ukraina selama berminggu-minggu berjanji upaya merebut kembali kota Kherson akan segera dimulai, dengan beberapa bahkan mengklaim operasi itu sudah berlangsung.
Podolyak mengatakan kepada BBC pekan lalu bahwa "semua pernyataan publik" oleh pejabat Ukraina adalah "perang psikologis" yang bertujuan menurunkan moral tentara Rusia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda