Di Negara Miskin Ini, Para Wanita Barter Makanan dengan Layanan Seks
Senin, 15 Agustus 2022 - 14:52 WIB
Sebuah laporan PBB baru menemukan bahwa 2.515 anak tewas dan 5.555 lainnya cacat dalam konflik global pada tahun 2021.
Laporan berjudul “Children and Armed Conflict” yang telah dirilis sejak 11 Juli 2022, juga mengindikasikan bahwa 6.310 anak direkrut dan digunakan dalam konflik secara global pada tahun 2021.
Anak-anak, kata laporan itu, juga menjadi korban penculikan, kekerasan seksual, serangan sekolah dan rumah sakit, dan penolakan bantuan selama konflik.
“Tidak ada kata yang cukup kuat untuk menggambarkan kondisi mengerikan yang dialami anak-anak dalam konflik bersenjata,” kata Virginia Gamba, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Anak dan Konflik Bersenjata.
“Mereka yang selamat akan terpengaruh seumur hidup dengan luka fisik dan emosional yang dalam. Tetapi kita tidak boleh membiarkan angka-angka ini mengecilkan usaha kita," ujarnya.
"Mereka harus berfungsi sebagai dorongan untuk memperkuat tekad kita untuk mengakhiri dan mencegah pelanggaran berat terhadap anak-anak."
"Laporan ini adalah seruan untuk bertindak untuk mengintensifkan pekerjaan kami untuk melindungi anak-anak dalam konflik bersenjata dengan lebih baik dan memastikan bahwa mereka diberi kesempatan nyata untuk pulih dan berkembang," imbuh dia.
Dalam wawancara sebelumnya dengan situs berita Katolik; Aciafrica, Viljoen mengungkap masalah keprihatinan serius tentang pelacuran, pembunuhan dan perekrutan anak-anak semuda 11 dan 12 tahun sebagai tentara.
Dia mengatakan angka sebenarnya bisa jauh lebih buruk, karena laporan PBB didasarkan pada kasus yang dilaporkan.
Dia mengatakan kepada Crux; "Skala sebenarnya hanya akan diketahui setelah PBB menyelesaikan penyelidikannya.”
Laporan berjudul “Children and Armed Conflict” yang telah dirilis sejak 11 Juli 2022, juga mengindikasikan bahwa 6.310 anak direkrut dan digunakan dalam konflik secara global pada tahun 2021.
Anak-anak, kata laporan itu, juga menjadi korban penculikan, kekerasan seksual, serangan sekolah dan rumah sakit, dan penolakan bantuan selama konflik.
“Tidak ada kata yang cukup kuat untuk menggambarkan kondisi mengerikan yang dialami anak-anak dalam konflik bersenjata,” kata Virginia Gamba, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Anak dan Konflik Bersenjata.
“Mereka yang selamat akan terpengaruh seumur hidup dengan luka fisik dan emosional yang dalam. Tetapi kita tidak boleh membiarkan angka-angka ini mengecilkan usaha kita," ujarnya.
"Mereka harus berfungsi sebagai dorongan untuk memperkuat tekad kita untuk mengakhiri dan mencegah pelanggaran berat terhadap anak-anak."
"Laporan ini adalah seruan untuk bertindak untuk mengintensifkan pekerjaan kami untuk melindungi anak-anak dalam konflik bersenjata dengan lebih baik dan memastikan bahwa mereka diberi kesempatan nyata untuk pulih dan berkembang," imbuh dia.
Dalam wawancara sebelumnya dengan situs berita Katolik; Aciafrica, Viljoen mengungkap masalah keprihatinan serius tentang pelacuran, pembunuhan dan perekrutan anak-anak semuda 11 dan 12 tahun sebagai tentara.
Dia mengatakan angka sebenarnya bisa jauh lebih buruk, karena laporan PBB didasarkan pada kasus yang dilaporkan.
Dia mengatakan kepada Crux; "Skala sebenarnya hanya akan diketahui setelah PBB menyelesaikan penyelidikannya.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda