Inilah Ziyad al-Nakhalah, Pemimpin Jihad Islam Palestina yang Melawan Israel
Senin, 08 Agustus 2022 - 12:20 WIB
Ziyad al-Nakhalah lahir pada 6 April 1953 di Khan Yunis, Gaza, yang saat itu di bawah pendudukan Mesir.
Pada tahun 1971, Nakhalah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di Israel karena kegiatan militannya dengan Front Pembebasan Arab.
Dia adalah salah satu dari 1.150 tahanan keamanan yang dibebaskan oleh Israel pada 21 Mei 1985 dalam pertukaran tahanan berdasarkan Perjanjian Jibril.
Setelah dibebaskan dari penjara Israel, Sekjen PIJ saat itu Fathi Shikaki menugaskan Nakhalah untuk mendirikan sayap militer kelompok tersebut di Jalur Gaza bernama Brigade Al-Quds.
Al-Nakhalah ditangkap dan ditahan lagi oleh Israel pada April 1988 karena perannya dalam Intifada Pertama. Setelah bebas, dia mengasingkan diri ke Lebanon pada Agustus 1988 bersama para pemimpin PIJ lainnya.
Pada 23 Januari 2014, Ziyad al-Nakhalah ditetapkan sebagai "Teroris Khusus" oleh Amerika Serikat, yang mengakibatkan properti dan kepentingannya di Amerika Serikat dibekukan. AS juga menawarkan hadiah USD5 juta (Rp74,6 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Al-Nakhalah terpilih sebagai Sekretaris Jenderal PIJ pada 28 September 2018, menggantikan Ramadan Shalah, yang menderita stroke pada April 2018.
Meski memimpin PIJ, dia tidak berada di Gaza, bahkan ketika kelompoknya terlibat perang roket tiga hari dengan militer Zionis Israel. Perang yang dimulai Kamis pekan lalu berakhir dengan gencatan senjata yang mulai berlaku Minggu (7/8/2022).
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, 41 orang tewas di pihak Palestina selama konflik tiga hari. Sedangkan di pihak Israel tak ada laporan tentang korban jiwa.
Pada tahun 1971, Nakhalah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di Israel karena kegiatan militannya dengan Front Pembebasan Arab.
Dia adalah salah satu dari 1.150 tahanan keamanan yang dibebaskan oleh Israel pada 21 Mei 1985 dalam pertukaran tahanan berdasarkan Perjanjian Jibril.
Setelah dibebaskan dari penjara Israel, Sekjen PIJ saat itu Fathi Shikaki menugaskan Nakhalah untuk mendirikan sayap militer kelompok tersebut di Jalur Gaza bernama Brigade Al-Quds.
Al-Nakhalah ditangkap dan ditahan lagi oleh Israel pada April 1988 karena perannya dalam Intifada Pertama. Setelah bebas, dia mengasingkan diri ke Lebanon pada Agustus 1988 bersama para pemimpin PIJ lainnya.
Pada 23 Januari 2014, Ziyad al-Nakhalah ditetapkan sebagai "Teroris Khusus" oleh Amerika Serikat, yang mengakibatkan properti dan kepentingannya di Amerika Serikat dibekukan. AS juga menawarkan hadiah USD5 juta (Rp74,6 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Al-Nakhalah terpilih sebagai Sekretaris Jenderal PIJ pada 28 September 2018, menggantikan Ramadan Shalah, yang menderita stroke pada April 2018.
Meski memimpin PIJ, dia tidak berada di Gaza, bahkan ketika kelompoknya terlibat perang roket tiga hari dengan militer Zionis Israel. Perang yang dimulai Kamis pekan lalu berakhir dengan gencatan senjata yang mulai berlaku Minggu (7/8/2022).
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, 41 orang tewas di pihak Palestina selama konflik tiga hari. Sedangkan di pihak Israel tak ada laporan tentang korban jiwa.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda