Pemasok Senjata Pentagon: Barat Tak Bisa Perang Berkepanjangan di Ukraina
Senin, 18 Juli 2022 - 21:53 WIB
WASHINGTON - Barat tidak memiliki persediaan senjata yang dibutuhkan untuk mempertahankan kampanye militer yang berkepanjangan di Ukraina atau di tempat lain.
Pernyataan itu diungkapkan CEO salah satu kontraktor pertahanan utama Pentagon.
“Oleh karena itu, kompleks industri militer membutuhkan sinyal permintaan yang jelas dari pemerintah Barat tentang apa sebenarnya yang harus diproduksi dan apakah akan dibeli,” papar Kathy Warden kepada Financial Times dalam wawancara yang diterbitkan pada Minggu (17/7/2022).
“Yang paling penting sekarang adalah mendapatkan sinyal permintaan yang jelas tentang komitmen berkelanjutan dan tingkat penarikan dari stok tersebut,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Stok senjata yang ada tidak dirancang untuk konflik berkepanjangan. Namun, Barat belum kehabisan senjata untuk Ukraina.”
“Saya tidak akan mengatakan bahwa saya pernah mendengar kita kehabisan, tetapi jika Anda memproyeksikan ke depan bahwa kita akan ingin mempertahankan tingkat komitmen ini selama beberapa tahun lagi, itu tentu saja bukan apa yang telah dibuat oleh siapa pun untuk mengakomodasi.
Kontraktor utama Pentagon telah bertemu beberapa kali sepekan untuk membahas upaya memasok Ukraina.
“Dialog dengan Pentagon baik dan diskusi lebih lanjut sedang berlangsung tentang mendapatkan kejelasan tentang rencana mereka," ujar Warden.
“Mereka telah melakukan yang terbaik untuk menyatukan industri dan membagikan rencana itu, baik pada tingkat yang lebih umum maupun khusus, sehingga kami dapat melampaui kontrak dan melakukan investasi dan kemajuan,” tutur dia.
“Sementara Northrop Grumman siap berinvestasi dan bahkan memperluas pabriknya sebelum kontrak, industri masih membutuhkan kejelasan lebih lanjut tentang rencana Washington untuk mendukung Ukraina,” ungkap Warden.
“Kompleks industri militer perlu mendapatkan indikasi bahwa jika kita membangunnya, permintaan akan datang,” papar dia.
AS telah menjadi pemasok utama Kiev dalam konflik yang sedang berlangsung, mengalokasikan miliaran dolar untuk menopang Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.
Moskow mendesak Barat berhenti "memompa" Ukraina dengan persenjataan. Rusia bersikeras bantuan itu hanya akan memperpanjang permusuhan daripada mengubah hasil akhir.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Pernyataan itu diungkapkan CEO salah satu kontraktor pertahanan utama Pentagon.
“Oleh karena itu, kompleks industri militer membutuhkan sinyal permintaan yang jelas dari pemerintah Barat tentang apa sebenarnya yang harus diproduksi dan apakah akan dibeli,” papar Kathy Warden kepada Financial Times dalam wawancara yang diterbitkan pada Minggu (17/7/2022).
“Yang paling penting sekarang adalah mendapatkan sinyal permintaan yang jelas tentang komitmen berkelanjutan dan tingkat penarikan dari stok tersebut,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Stok senjata yang ada tidak dirancang untuk konflik berkepanjangan. Namun, Barat belum kehabisan senjata untuk Ukraina.”
“Saya tidak akan mengatakan bahwa saya pernah mendengar kita kehabisan, tetapi jika Anda memproyeksikan ke depan bahwa kita akan ingin mempertahankan tingkat komitmen ini selama beberapa tahun lagi, itu tentu saja bukan apa yang telah dibuat oleh siapa pun untuk mengakomodasi.
Kontraktor utama Pentagon telah bertemu beberapa kali sepekan untuk membahas upaya memasok Ukraina.
“Dialog dengan Pentagon baik dan diskusi lebih lanjut sedang berlangsung tentang mendapatkan kejelasan tentang rencana mereka," ujar Warden.
“Mereka telah melakukan yang terbaik untuk menyatukan industri dan membagikan rencana itu, baik pada tingkat yang lebih umum maupun khusus, sehingga kami dapat melampaui kontrak dan melakukan investasi dan kemajuan,” tutur dia.
“Sementara Northrop Grumman siap berinvestasi dan bahkan memperluas pabriknya sebelum kontrak, industri masih membutuhkan kejelasan lebih lanjut tentang rencana Washington untuk mendukung Ukraina,” ungkap Warden.
“Kompleks industri militer perlu mendapatkan indikasi bahwa jika kita membangunnya, permintaan akan datang,” papar dia.
AS telah menjadi pemasok utama Kiev dalam konflik yang sedang berlangsung, mengalokasikan miliaran dolar untuk menopang Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.
Moskow mendesak Barat berhenti "memompa" Ukraina dengan persenjataan. Rusia bersikeras bantuan itu hanya akan memperpanjang permusuhan daripada mengubah hasil akhir.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(sya)
tulis komentar anda