Anaknya Dikeluarkan dari Kelas karena Tato Henna, Ibu di Inggris Naik Darah
Minggu, 17 Juli 2022 - 13:44 WIB
Tetapi dia mengatakan putrinya telah mengirim sms kepadanya dari toilet sekolah untuk memberi tahu bahwa gurunya bersikeras bahwa tidak ada pengecualian untuk kebijakan mereka.
"Sebagai seorang ibu, saya merasa kasihan pada putri saya karena saya pikir kita semua harus bebas merayakan dengan cara yang berbeda bagaimana kita menikmati Idul Adha," ujar ibu berusia 47 tahun itu.
"Dalam isolasi, Anda hanya mendapatkan layar komputer dan harus melakukan pekerjaan Anda dalam diam. Tidak ada permintaan maaf yang diberikan. Saya marah. Marah," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (17/7/2022).
Harhala, yang bekerja sebagai bidan senior di Rumah Sakit King's College, mengatakan dia diizinkan memakai tato henna untuk bekerja.
"Apa masalahnya? Ini dua kali setahun hanya selama dua minggu. Kami tidak melakukan kesalahan, kami hanya merayakannya," katanya.
“Saat ini kebijakan (sekolah) tidak jelas,” tambahnya.
"Mereka sepertinya tidak bisa menunjukkan kepada saya di mana dikatakan itu dilarang sekarang. Saya ingin penjelasan. Ini diskriminasi," tegasnya.
Ayah Lakehal mengatakan dia merasa ditinggalkan dan didiskriminasi karena agamanya.
"Saya merasa sangat tertekan karena saya tidak diizinkan untuk merayakan apa yang hanya saya miliki sekali atau dua kali setahun," ucapnya.
"Sebagai seorang ibu, saya merasa kasihan pada putri saya karena saya pikir kita semua harus bebas merayakan dengan cara yang berbeda bagaimana kita menikmati Idul Adha," ujar ibu berusia 47 tahun itu.
"Dalam isolasi, Anda hanya mendapatkan layar komputer dan harus melakukan pekerjaan Anda dalam diam. Tidak ada permintaan maaf yang diberikan. Saya marah. Marah," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (17/7/2022).
Harhala, yang bekerja sebagai bidan senior di Rumah Sakit King's College, mengatakan dia diizinkan memakai tato henna untuk bekerja.
"Apa masalahnya? Ini dua kali setahun hanya selama dua minggu. Kami tidak melakukan kesalahan, kami hanya merayakannya," katanya.
“Saat ini kebijakan (sekolah) tidak jelas,” tambahnya.
"Mereka sepertinya tidak bisa menunjukkan kepada saya di mana dikatakan itu dilarang sekarang. Saya ingin penjelasan. Ini diskriminasi," tegasnya.
Ayah Lakehal mengatakan dia merasa ditinggalkan dan didiskriminasi karena agamanya.
"Saya merasa sangat tertekan karena saya tidak diizinkan untuk merayakan apa yang hanya saya miliki sekali atau dua kali setahun," ucapnya.
tulis komentar anda