Presiden Sri Lanka Mengundurkan Diri
Minggu, 10 Juli 2022 - 09:29 WIB
KOLOMBO - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah mengumumkan dia akan mundur setelah pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya dan membakar rumah perdana menteri (PM). Baik PM maupun presiden tidak berada di gedung pada saat itu.
Ratusan ribu orang turun ke Ibu Kota Kolombo, menyerukan Rajapaksa untuk mengundurkan diri setelah berbulan-bulan protes atas salah urus ekonomi.
Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli. PM Wickremesinghe telah setuju untuk mengundurkan diri.
Ketua parlemen mengatakan presiden memutuskan untuk mundur untuk memastikan penyerahan kekuasaan secara damai dan meminta masyarakat untuk menghormati hukum.
Pengumuman itu pun memicu letusan kembang api perayaan di kota.
Seorang pengunjuk rasa, Fiona Sirmana, yang berdemonstrasi di rumah presiden, mengatakan sudah waktunya untuk menyingkirkan presiden dan perdana menteri serta memiliki era baru untuk Sri Lanka.
"Saya merasa sangat, sangat sedih karena mereka tidak pergi lebih awal karena jika mereka pergi lebih awal tidak akan ada kehancuran," katanya kepada Reuters yang dinukil BBC, Minggu (10/7/2022).
Sri Lanka menderita inflasi yang merajalela dan berjuang untuk mengimpor makanan, bahan bakar serta obat-obatan di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam 70 tahun.
Ratusan ribu orang turun ke Ibu Kota Kolombo, menyerukan Rajapaksa untuk mengundurkan diri setelah berbulan-bulan protes atas salah urus ekonomi.
Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli. PM Wickremesinghe telah setuju untuk mengundurkan diri.
Ketua parlemen mengatakan presiden memutuskan untuk mundur untuk memastikan penyerahan kekuasaan secara damai dan meminta masyarakat untuk menghormati hukum.
Pengumuman itu pun memicu letusan kembang api perayaan di kota.
Seorang pengunjuk rasa, Fiona Sirmana, yang berdemonstrasi di rumah presiden, mengatakan sudah waktunya untuk menyingkirkan presiden dan perdana menteri serta memiliki era baru untuk Sri Lanka.
"Saya merasa sangat, sangat sedih karena mereka tidak pergi lebih awal karena jika mereka pergi lebih awal tidak akan ada kehancuran," katanya kepada Reuters yang dinukil BBC, Minggu (10/7/2022).
Sri Lanka menderita inflasi yang merajalela dan berjuang untuk mengimpor makanan, bahan bakar serta obat-obatan di tengah krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam 70 tahun.
Lihat Juga :
tulis komentar anda