Perekonomian New York Menggeliat, Dunia Masuki New Normal
Rabu, 24 Juni 2020 - 12:09 WIB
NEW YORK - Penduduk New York City kembali beraktivitas setelah lockdown yang diberlakukan selama lebih dari 100 hari. Mereka kembali berbelanja di mal, kafe, hingga barbershop. Hal sama juga dirasakan di Brasilia, Paris, dan banyak kota besar lainnya. Mereka telah menjalani kehidupan new normal dan saat bersamaan jumlah kasus Covid-19 terus naik.
New York memang merupakan pusat pandemi corona di AS. Pada saat puncaknya, sekitar 1.000 orang meninggal setiap hari karena virus corona. Suara sirene ambulans selalu berbunyi setiap jam. Rumah sakit dipadati pasien. Pada Senin lalu, New York melaporkan 10 korban meninggal dunia karen virus corona.
Peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) terjadi di bagian selatan dan barat negara tersebut. “Itu merupakan konsekuensi dari banyak orang kembali ke tempat publik tanpa mengenakan masker dan tidak mempraktikkan protokol kesehatan jaga jarak,” kata Eric Toner, penelti kesehatan publik di Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore.
Ketika bertemu dengan banyak orang, menurut Toner, ada kecenderungan terinfeksi virus corona. “Itu yang menjadi perhatian banyak pihak dan pemerintah,” kritiknya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tingkat penularan meningkat di atas 5% dan hal itu menjadi perhatian. Data jumlah kasus korona di Universitas Johns Hopkins menunjukkan terjadi peningkatan dalam satu pekan terakhir. Di AS, peningkatan kasus korona mencapai rata-rata 4%, dengan level paling tinggi di Arizona mencapai 20%, Florida dan Utah pada tataran 11%, serta Texas 10%. Khusus di Texas, terjadi peningkatan kasus baru mencapai 5.000 orang setiap hari. (Baca: India Bentrok dengan China, Rusia Percepat Pengiriman S-400 ke New Delhi)
New York City sudah memasuki fase dua dengan rencana pembukaan kembali urat nadi perekonomian. Restoran dan bar kembali dibuka serta menerima tamu. Salon dibuka kembali pertama kalinya sejak ditutup pertengahan Maret. Banyak orang harus rela mengantre untuk memesan pelayanan di salon. Tempat bermain juga dibuka kembali pada Senin lalu di New York City.
Banyak warga New York masih rela mengantre di toko kue yang sebagian besar mengenakan masker. “Saya merasa kehidupan saya kembali dimulai secara normal. Saya hanya perlu duduk dan menikmati kopi,” kata Arden Katine, 34, seorang guru di New York.
Munculnya kembali peningkatan infeksi virus corona membuat kekhawatiran tersendiri bagi Gubernur New York Andrew Cuomo. “Kita akan membatasi orang yang pernah pergi dari Arizona dan Florida,” katanya.
Sebelumnya, Florida juga pernah meminta warga New York yang datang ke wilayan mereka untuk isolasi mandiri selama dua pekan. “Perlunya kolaborasi antar kawasan,” kata Cuomo kepada MSNBC. (Baca juga: Trump Ancam Jebloskan Pelaku Perusakan Patung ke Penjara)
Di Brasil, jumlah kasus Covid-19 mencapai setengah juta orang lebih dan 50.000 orang meninggal dunia. Apalagi WHO menyatakan jumlah kasus corona yang tidak terdeteksi bisa jadi lebih banyak. Kementerian Kesehatan Brasil menyebutkan sebanyak 21.432 kasus korona dan 654 orang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.
Saat bersamaan banyak orang tetap memadati pantai di Rio de Janeiro. Mereka seperti tidak mempedulikan adanya pandemi korona. Banyak orang mengabaikan panduan jaga jarak sekitar 1 meter. Menteri Kesehatan Provinsi Rio de Janeiro Fernando Ferry pun memilih mengundurkan diri setelah satu bulan menjabat. ”Saya hanya katakan; saya mencoba,” kata Ferry dalam konferensi pers pengunduran dirinya. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
Pakar kesehatan darurat WHO, Mike Ryan, mengungkapkan Brasil tidak maksimal melaksanakan tes virus korona. “Bisa saja jumlah kasus korona lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan,” kata Ryan. (Andika H Mustaqim)
New York memang merupakan pusat pandemi corona di AS. Pada saat puncaknya, sekitar 1.000 orang meninggal setiap hari karena virus corona. Suara sirene ambulans selalu berbunyi setiap jam. Rumah sakit dipadati pasien. Pada Senin lalu, New York melaporkan 10 korban meninggal dunia karen virus corona.
Peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) terjadi di bagian selatan dan barat negara tersebut. “Itu merupakan konsekuensi dari banyak orang kembali ke tempat publik tanpa mengenakan masker dan tidak mempraktikkan protokol kesehatan jaga jarak,” kata Eric Toner, penelti kesehatan publik di Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore.
Ketika bertemu dengan banyak orang, menurut Toner, ada kecenderungan terinfeksi virus corona. “Itu yang menjadi perhatian banyak pihak dan pemerintah,” kritiknya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tingkat penularan meningkat di atas 5% dan hal itu menjadi perhatian. Data jumlah kasus korona di Universitas Johns Hopkins menunjukkan terjadi peningkatan dalam satu pekan terakhir. Di AS, peningkatan kasus korona mencapai rata-rata 4%, dengan level paling tinggi di Arizona mencapai 20%, Florida dan Utah pada tataran 11%, serta Texas 10%. Khusus di Texas, terjadi peningkatan kasus baru mencapai 5.000 orang setiap hari. (Baca: India Bentrok dengan China, Rusia Percepat Pengiriman S-400 ke New Delhi)
New York City sudah memasuki fase dua dengan rencana pembukaan kembali urat nadi perekonomian. Restoran dan bar kembali dibuka serta menerima tamu. Salon dibuka kembali pertama kalinya sejak ditutup pertengahan Maret. Banyak orang harus rela mengantre untuk memesan pelayanan di salon. Tempat bermain juga dibuka kembali pada Senin lalu di New York City.
Banyak warga New York masih rela mengantre di toko kue yang sebagian besar mengenakan masker. “Saya merasa kehidupan saya kembali dimulai secara normal. Saya hanya perlu duduk dan menikmati kopi,” kata Arden Katine, 34, seorang guru di New York.
Munculnya kembali peningkatan infeksi virus corona membuat kekhawatiran tersendiri bagi Gubernur New York Andrew Cuomo. “Kita akan membatasi orang yang pernah pergi dari Arizona dan Florida,” katanya.
Sebelumnya, Florida juga pernah meminta warga New York yang datang ke wilayan mereka untuk isolasi mandiri selama dua pekan. “Perlunya kolaborasi antar kawasan,” kata Cuomo kepada MSNBC. (Baca juga: Trump Ancam Jebloskan Pelaku Perusakan Patung ke Penjara)
Di Brasil, jumlah kasus Covid-19 mencapai setengah juta orang lebih dan 50.000 orang meninggal dunia. Apalagi WHO menyatakan jumlah kasus corona yang tidak terdeteksi bisa jadi lebih banyak. Kementerian Kesehatan Brasil menyebutkan sebanyak 21.432 kasus korona dan 654 orang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.
Saat bersamaan banyak orang tetap memadati pantai di Rio de Janeiro. Mereka seperti tidak mempedulikan adanya pandemi korona. Banyak orang mengabaikan panduan jaga jarak sekitar 1 meter. Menteri Kesehatan Provinsi Rio de Janeiro Fernando Ferry pun memilih mengundurkan diri setelah satu bulan menjabat. ”Saya hanya katakan; saya mencoba,” kata Ferry dalam konferensi pers pengunduran dirinya. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
Pakar kesehatan darurat WHO, Mike Ryan, mengungkapkan Brasil tidak maksimal melaksanakan tes virus korona. “Bisa saja jumlah kasus korona lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan,” kata Ryan. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda