Supermarket Kuwait Boikot Produk India, Tak Terima Nabi Muhammad Dihujat
Selasa, 07 Juni 2022 - 11:50 WIB
KUWAIT CITY - Satu supermarket Kuwait memboikot produk-produk India dari rak-raknya karena kasus penghujatan terhadap Nabi Muhammad SAW oleh pejabat partai berkuasa India.
Iran menjadi negara Timur Tengah terbaru yang memanggil duta besar (dubes) India ketika perselisihan memanas pada Senin (6/6/2022) atas pernyataan pejabat partai berkuasa India yang menghujat Nabi Muhammad SAW.
Pekerja di toko Al-Ardiya Co-Operative Society menumpuk teh dan produk India lainnya ke dalam troli sebagai protes terhadap komentar yang dikecam sebagai "Islamofobia."
Arab Saudi, Qatar dan negara-negara lain di kawasan itu, serta Universitas Al-Azhar yang berpengaruh di Kairo Mesir, telah mengutuk pernyataan juru bicara partai pimpinan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Sang juru bicara itu kini telah ditangguhkan dan dipanggil kepolisian Mumbai, India, untuk diperiksa.
Di supermarket di luar Kota Kuwait, karung beras dan rak rempah-rempah serta cabai ditutupi dengan lembaran plastik.
Tanda-tanda tulisan tercetak dalam bahasa Arab berbunyi, “Kami telah menghapus produk India.”
“Kami, sebagai orang Muslim Kuwait, tidak menerima penghinaan terhadap Nabi,” tegas Nasser Al-Mutairi, CEO supermarket tersebut.
Seorang pejabat di jaringan supermarket itu mengatakan boikot terhadap seluruh perusahaan India sedang dipertimbangkan.
Komentar juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) Nupur Sharma yang menggambarkan hubungan Nabi Muhammad dengan istri termudanya telah memicu kehebohan di kalangan umat Islam.
Pernyataan Sharma selama debat televisi pekan lalu, dituding sebagai pemicu bentrokan di negara bagian India dan mendorong tuntutan untuk penangkapannya.
Kemarahan menyebar ke luar negeri hingga negara-negara Muslim di penjuru dunia tentang pernyataan tak bertanggung jawab tersebut.
Partai Modi, yang sering dituduh bertindak melawan minoritas Muslim di negara itu semakin tersudut oleh tindakan pejabatnya itu.
Karena itulah, BJP pada Minggu mengumumkan, “Menangguhkan Sharma karena mengungkapkan pandangan yang bertentangan dengan posisi partai dan mengatakan menghormati semua agama.”
Sharma mengatakan di Twitter bahwa komentarnya itu sebagai tanggapan atas "penghinaan" yang dibuat terhadap Dewa Hindu Siwa.
“Jika kata-kata saya telah menyebabkan ketidaknyamanan atau menyakiti perasaan keagamaan siapa pun, saya dengan ini menarik pernyataan saya tanpa syarat,” ujar Sharma.
Pada Minggu, Qatar menuntut agar India meminta maaf atas komentar "Islamofobia", ketika Wakil Presiden India Venkaiah Naidu mengunjungi negara Teluk yang kaya gas itu dalam upaya meningkatkan perdagangan.
“Iran mengikuti Qatar dan Kuwait dengan memanggil duta besar India untuk memprotes atas nama pemerintah dan rakyat," ungkap laporan kantor berita negara IRNA pada Minggu malam.
Universitas Al-Azhar, salah satu institusi Islam yang paling penting di dunia, mengatakan, “Komentar pejabat India itu adalah terorisme yang sebenarnya dan dapat menjerumuskan seluruh dunia ke dalam krisis dan perang yang mematikan.”
Liga Muslim Dunia yang berbasis di Saudi mengatakan, “Pernyataan itu dapat menghasut kebencian.”
Adapun Presidensi Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Arab Saudi menyebutnya sebagai “tindakan keji.”
Perselisihan tersebut menyusul kemarahan di seluruh dunia Muslim pada 2020 setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron membela hak majalah satir untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.
Guru bahasa Prancis Samuel Paty dipenggal pada Oktober 2020 oleh seorang pengungsi Chechnya setelah menunjukkan kartun itu ke kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara. Gambar Nabi sangat dilarang dalam Islam.
Dalam kritik lebih lanjut terhadap pejabat India, Dewan Kerjasama Teluk, kelompok payung untuk enam negara Teluk, “mengutuk, menolak dan mencela” komentar tersebut.
Bahrain juga menyambut baik keputusan BJP untuk menangguhkan Sharma atas "provokasi terhadap perasaan Muslim dan hasutan untuk kebencian agama."
Negara-negara Teluk adalah tujuan utama bagi para pekerja luar negeri India.
Saat ini sebanyak 8,7 juta pekerja asal India bekerja di Teluk, dari total 13,5 juta di seluruh dunia, menurut angka Kementerian Luar Negeri India.
Negara-negara Teluk juga importir besar produk dari India dan tempat lain, dengan Kuwait mengimpor 95% makanannya menurut menteri perdagangan.
Media Kuwait telah melaporkan pemerintah meminta New Delhi memberi pengecualian dari larangan mengejutkan India atas ekspor gandum demi keamanan pangan dan kekhawatiran inflasi.
Iran menjadi negara Timur Tengah terbaru yang memanggil duta besar (dubes) India ketika perselisihan memanas pada Senin (6/6/2022) atas pernyataan pejabat partai berkuasa India yang menghujat Nabi Muhammad SAW.
Pekerja di toko Al-Ardiya Co-Operative Society menumpuk teh dan produk India lainnya ke dalam troli sebagai protes terhadap komentar yang dikecam sebagai "Islamofobia."
Arab Saudi, Qatar dan negara-negara lain di kawasan itu, serta Universitas Al-Azhar yang berpengaruh di Kairo Mesir, telah mengutuk pernyataan juru bicara partai pimpinan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Sang juru bicara itu kini telah ditangguhkan dan dipanggil kepolisian Mumbai, India, untuk diperiksa.
Di supermarket di luar Kota Kuwait, karung beras dan rak rempah-rempah serta cabai ditutupi dengan lembaran plastik.
Tanda-tanda tulisan tercetak dalam bahasa Arab berbunyi, “Kami telah menghapus produk India.”
“Kami, sebagai orang Muslim Kuwait, tidak menerima penghinaan terhadap Nabi,” tegas Nasser Al-Mutairi, CEO supermarket tersebut.
Seorang pejabat di jaringan supermarket itu mengatakan boikot terhadap seluruh perusahaan India sedang dipertimbangkan.
Komentar juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) Nupur Sharma yang menggambarkan hubungan Nabi Muhammad dengan istri termudanya telah memicu kehebohan di kalangan umat Islam.
Pernyataan Sharma selama debat televisi pekan lalu, dituding sebagai pemicu bentrokan di negara bagian India dan mendorong tuntutan untuk penangkapannya.
Kemarahan menyebar ke luar negeri hingga negara-negara Muslim di penjuru dunia tentang pernyataan tak bertanggung jawab tersebut.
Partai Modi, yang sering dituduh bertindak melawan minoritas Muslim di negara itu semakin tersudut oleh tindakan pejabatnya itu.
Karena itulah, BJP pada Minggu mengumumkan, “Menangguhkan Sharma karena mengungkapkan pandangan yang bertentangan dengan posisi partai dan mengatakan menghormati semua agama.”
Sharma mengatakan di Twitter bahwa komentarnya itu sebagai tanggapan atas "penghinaan" yang dibuat terhadap Dewa Hindu Siwa.
“Jika kata-kata saya telah menyebabkan ketidaknyamanan atau menyakiti perasaan keagamaan siapa pun, saya dengan ini menarik pernyataan saya tanpa syarat,” ujar Sharma.
Pada Minggu, Qatar menuntut agar India meminta maaf atas komentar "Islamofobia", ketika Wakil Presiden India Venkaiah Naidu mengunjungi negara Teluk yang kaya gas itu dalam upaya meningkatkan perdagangan.
“Iran mengikuti Qatar dan Kuwait dengan memanggil duta besar India untuk memprotes atas nama pemerintah dan rakyat," ungkap laporan kantor berita negara IRNA pada Minggu malam.
Universitas Al-Azhar, salah satu institusi Islam yang paling penting di dunia, mengatakan, “Komentar pejabat India itu adalah terorisme yang sebenarnya dan dapat menjerumuskan seluruh dunia ke dalam krisis dan perang yang mematikan.”
Liga Muslim Dunia yang berbasis di Saudi mengatakan, “Pernyataan itu dapat menghasut kebencian.”
Adapun Presidensi Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Arab Saudi menyebutnya sebagai “tindakan keji.”
Perselisihan tersebut menyusul kemarahan di seluruh dunia Muslim pada 2020 setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron membela hak majalah satir untuk menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.
Guru bahasa Prancis Samuel Paty dipenggal pada Oktober 2020 oleh seorang pengungsi Chechnya setelah menunjukkan kartun itu ke kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara. Gambar Nabi sangat dilarang dalam Islam.
Dalam kritik lebih lanjut terhadap pejabat India, Dewan Kerjasama Teluk, kelompok payung untuk enam negara Teluk, “mengutuk, menolak dan mencela” komentar tersebut.
Bahrain juga menyambut baik keputusan BJP untuk menangguhkan Sharma atas "provokasi terhadap perasaan Muslim dan hasutan untuk kebencian agama."
Negara-negara Teluk adalah tujuan utama bagi para pekerja luar negeri India.
Saat ini sebanyak 8,7 juta pekerja asal India bekerja di Teluk, dari total 13,5 juta di seluruh dunia, menurut angka Kementerian Luar Negeri India.
Negara-negara Teluk juga importir besar produk dari India dan tempat lain, dengan Kuwait mengimpor 95% makanannya menurut menteri perdagangan.
Media Kuwait telah melaporkan pemerintah meminta New Delhi memberi pengecualian dari larangan mengejutkan India atas ekspor gandum demi keamanan pangan dan kekhawatiran inflasi.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda