Buka Blokade Rusia Atas Pelabuhan Ukraina atau Dunia Dilanda Kelaparan
Kamis, 26 Mei 2022 - 17:30 WIB
Selama perang berlangsung, tulis WSJ, Komisi Eropa telah berusaha membantu memindahkan bahan pangan tersebut. Masalahnya, tetapi Ukraina dan seluruh Eropa bergantung pada infrastruktur kereta api yang berbeda. “Apalagi dalam waktu normal, pelabuhan Laut Hitam menyumbang 90 persen dari ekspor bahan pangan dan minyak nabati Ukraina,”kata Komisi.
Karena itulah, WSJ berkeras bahwa sebuah ‘Misi Laut Hitam’, beranggotakan negara-negara Eropa dengan persenjataan kapal perang untuk mengawal kapal dagang komersial pengangkut pangan, “mungkin diperlukan untuk mencegah kelangkaan pangan dunia,”tulis WSJ.
WSJ sejatinya tetap menyarankan upaya diplomasi dengan Rusia. Namun, kegagalan misi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, yang mencoba mencapai kesepakatan untuk membebaskan ekspor Ukraina dan mengunjungi Moskow pada April lalu untuk meminta bantuan Putin, menjadi catatan tersendiri.
“…Meminta belas kasihan Rusia telah terbukti hanya tugas bodoh, seperti yang telah ditunjukkan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dengan baik. Putin tidak keberatan menimbulkan lebih banyak rasa sakit di Ukraina, dan dia mungkin memandang tekanan pangan global sebagai cara untuk membuat NATO dan negara-negara lain memaksa Ukraina untuk menyelesaikan perang sebagaimana prasyarat yang ia ajukan. Dunia harus berbuat lebih banyak untuk mencegah kelaparan dan risiko kerusuhan yang dapat dipicu oleh melonjaknya harga pangan. Ingat bagaimana Musim Semi Arab dimulai di Tunisia,”tulis WSJ. Dunia beradab, kata WSJ, harus segera bertindak untuk mencegah hal ini menjadi krisis kemanusiaan yang lebih besar.
Baru manakala diplomasi tidak berhasil, mantan Jenderal Angkatan Darat AS, Jack Keane, menyarankan diadakannya operasi pengawalan kapal dagang dan kapal pengangkut pangan. Misi itu harus dipimpin AS.
“Ini rencana paling baik, yang bisa diajukan sebagai operasi kemanusiaan,”kata Keane. Misinya, kata dia, membentuk koalisi kapal perang internasional untuk mengawal kapal komersial dengan aman keluar dari Odessa dan Laut Hitam.
“Ini seharusnya bisa bekerja sebagai koalisi negara-negara yang bersedia, dan bukan proyek Organisasi Perjanjian Atlantik Utara yang akan membuat Putin mengklaim itu adalah provokasi NATO lainnya,”kata Keane.
Keane menegaskan, AS punya pengalaman sejenis. Negara itu pernah mengerahkan sekutu untuk misi semacam itu dua kali dalam beberapa dekade terakhir. Pada akhir 1980-an, AS menandai dan melindungi kapal tanker minyak Kuwait saat mereka berlayar keluar dari Teluk Persia selama perang kapal tanker Iran-Irak. Pemerintahan Trump memimpin koalisi serupa jika lebih sederhana pada tahun 2019 untuk melindungi kapal tanker minyak yang bergerak melalui Selat Hormuz.
Karena itulah, WSJ berkeras bahwa sebuah ‘Misi Laut Hitam’, beranggotakan negara-negara Eropa dengan persenjataan kapal perang untuk mengawal kapal dagang komersial pengangkut pangan, “mungkin diperlukan untuk mencegah kelangkaan pangan dunia,”tulis WSJ.
WSJ sejatinya tetap menyarankan upaya diplomasi dengan Rusia. Namun, kegagalan misi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, yang mencoba mencapai kesepakatan untuk membebaskan ekspor Ukraina dan mengunjungi Moskow pada April lalu untuk meminta bantuan Putin, menjadi catatan tersendiri.
“…Meminta belas kasihan Rusia telah terbukti hanya tugas bodoh, seperti yang telah ditunjukkan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dengan baik. Putin tidak keberatan menimbulkan lebih banyak rasa sakit di Ukraina, dan dia mungkin memandang tekanan pangan global sebagai cara untuk membuat NATO dan negara-negara lain memaksa Ukraina untuk menyelesaikan perang sebagaimana prasyarat yang ia ajukan. Dunia harus berbuat lebih banyak untuk mencegah kelaparan dan risiko kerusuhan yang dapat dipicu oleh melonjaknya harga pangan. Ingat bagaimana Musim Semi Arab dimulai di Tunisia,”tulis WSJ. Dunia beradab, kata WSJ, harus segera bertindak untuk mencegah hal ini menjadi krisis kemanusiaan yang lebih besar.
Baru manakala diplomasi tidak berhasil, mantan Jenderal Angkatan Darat AS, Jack Keane, menyarankan diadakannya operasi pengawalan kapal dagang dan kapal pengangkut pangan. Misi itu harus dipimpin AS.
“Ini rencana paling baik, yang bisa diajukan sebagai operasi kemanusiaan,”kata Keane. Misinya, kata dia, membentuk koalisi kapal perang internasional untuk mengawal kapal komersial dengan aman keluar dari Odessa dan Laut Hitam.
“Ini seharusnya bisa bekerja sebagai koalisi negara-negara yang bersedia, dan bukan proyek Organisasi Perjanjian Atlantik Utara yang akan membuat Putin mengklaim itu adalah provokasi NATO lainnya,”kata Keane.
Keane menegaskan, AS punya pengalaman sejenis. Negara itu pernah mengerahkan sekutu untuk misi semacam itu dua kali dalam beberapa dekade terakhir. Pada akhir 1980-an, AS menandai dan melindungi kapal tanker minyak Kuwait saat mereka berlayar keluar dari Teluk Persia selama perang kapal tanker Iran-Irak. Pemerintahan Trump memimpin koalisi serupa jika lebih sederhana pada tahun 2019 untuk melindungi kapal tanker minyak yang bergerak melalui Selat Hormuz.
tulis komentar anda