Buka Blokade Rusia Atas Pelabuhan Ukraina atau Dunia Dilanda Kelaparan
Kamis, 26 Mei 2022 - 17:30 WIB
JAKARTA - Dewan Redaksi surat kabar terkemuka dunia, The Wall Street Journal (WSJ), pada Rabu (24/5/2022) lalu menulis editorial penting seputar perkembangan invasi Rusia di Ukraina . Mereka menengarai kemungkinan terjadinya bencana kelaparan yang akan melanda warga sipil di sebagian belahan dunia. Pasalnya, hingga saat ini pasukan Rusia masih memblokade pelabuhan-pelabuhan penting Ukraina, yang membuat kapal-kapal komersial—terutama pembawa muatan gandum—tak bisa keluar dari negeri itu untuk mengantarkan pasokan.
Invasi Rusia yang dikomandoi Vladimir Putin, menurut editorial WSJ tersebut telah menyebarkan kesulitan kemanusiaan dan ekonomi yang luas. Yang siap datang di depan kekurangan pangan global.
“Dunia membutuhkan strategi untuk mematahkan blokade Rusia terhadap pelabuhan Ukraina sehingga negara itu dapat mengekspor makanan dan barang-barang lainnya,” tulis editorial tersebut yang dikutip Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta dalam rilisnya Kamis (26/5/2022).
Hal itu, kata WSJ, bisa berupa sebuah misi pengawalan menggunakan kapal perang untuk mengawal kapal dagang bermuatan pangan kemanusiaan keluar dari Laut Hitam.
Menurut editorial tersebut, saat ini Ukraina hanya menguasai Pelabuhan Odessa, karena Pelabuhan Mariupol di Laut Azov telah dihancurkan Rusia dan saat ini sepenuhnya dikuasai aggressor tersebut. “Meski Ukraina masih menguasai Odessa, tetapi dipastikan kapal perang Kremlin tidak akan membiarkan kapal komersial masuk atau keluar dari pelabuhan Laut Hitam itu,”tulis WSJ.
Konsekuensinya, akan ada kekurangan pasokan yang membuat harga pangan dunia meroket seiring produksi tanaman tahunan Ukraina yang selama ini mengisi persediaan, tidak bisa mencapai pasar dunia. “Ukraina, berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat, mengekspor sekitar 14 persen jagung dunia, 10 persen gandum dan 17 persen jelai,” tulis WSJ. Sekitar 50 negara bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk setidaknya 30 persen impor gandum.
Persoalan lain, selama ini pemerintah Ukraina menuduh Rusia telah mencuri persedian gandum mereka dan bahan pangan lainnya. “Memblokir pelabuhan Ukraina dan mencuri gandum kami adalah instrumen dalam perang hibrida Rusia melawan dunia demokrasi,”tulis pemerintah Ukraina di laman resmi beberapa kementerian mereka.
“Diperkirakan ada 22 juta ton biji-bijian yang tersimpan di gudang-gudang di Ukraina saat ini, makanan yang bisa langsung digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan jika bisa keluar dari Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pekan lalu. Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, beberapa hari kemudian menambahkan pernyataan itu, dengan mengatakan,” Rusia menggunakan kelaparan dan biji pangan untuk mengambil kekuasaan."
Invasi Rusia yang dikomandoi Vladimir Putin, menurut editorial WSJ tersebut telah menyebarkan kesulitan kemanusiaan dan ekonomi yang luas. Yang siap datang di depan kekurangan pangan global.
“Dunia membutuhkan strategi untuk mematahkan blokade Rusia terhadap pelabuhan Ukraina sehingga negara itu dapat mengekspor makanan dan barang-barang lainnya,” tulis editorial tersebut yang dikutip Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta dalam rilisnya Kamis (26/5/2022).
Hal itu, kata WSJ, bisa berupa sebuah misi pengawalan menggunakan kapal perang untuk mengawal kapal dagang bermuatan pangan kemanusiaan keluar dari Laut Hitam.
Menurut editorial tersebut, saat ini Ukraina hanya menguasai Pelabuhan Odessa, karena Pelabuhan Mariupol di Laut Azov telah dihancurkan Rusia dan saat ini sepenuhnya dikuasai aggressor tersebut. “Meski Ukraina masih menguasai Odessa, tetapi dipastikan kapal perang Kremlin tidak akan membiarkan kapal komersial masuk atau keluar dari pelabuhan Laut Hitam itu,”tulis WSJ.
Konsekuensinya, akan ada kekurangan pasokan yang membuat harga pangan dunia meroket seiring produksi tanaman tahunan Ukraina yang selama ini mengisi persediaan, tidak bisa mencapai pasar dunia. “Ukraina, berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat, mengekspor sekitar 14 persen jagung dunia, 10 persen gandum dan 17 persen jelai,” tulis WSJ. Sekitar 50 negara bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk setidaknya 30 persen impor gandum.
Persoalan lain, selama ini pemerintah Ukraina menuduh Rusia telah mencuri persedian gandum mereka dan bahan pangan lainnya. “Memblokir pelabuhan Ukraina dan mencuri gandum kami adalah instrumen dalam perang hibrida Rusia melawan dunia demokrasi,”tulis pemerintah Ukraina di laman resmi beberapa kementerian mereka.
“Diperkirakan ada 22 juta ton biji-bijian yang tersimpan di gudang-gudang di Ukraina saat ini, makanan yang bisa langsung digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan jika bisa keluar dari Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pekan lalu. Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, beberapa hari kemudian menambahkan pernyataan itu, dengan mengatakan,” Rusia menggunakan kelaparan dan biji pangan untuk mengambil kekuasaan."
tulis komentar anda