Turki Gelar Serangan Militer Baru di Suriah Utara, Ini Targetnya
Selasa, 24 Mei 2022 - 08:50 WIB
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan segera meluncurkan operasi militer baru di Suriah utara.
Meskipun dia tidak memberikan informasi secara spesifik, serangan itu kemungkinan akan menargetkan daerah-daerah yang dikuasai milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).
Serangan militer itu telah dilakukan Turki pada tiga kesempatan sejak 2016.
“Kami akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 km yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami,” papar Erdogan setelah rapat kabinet, dilansir AP.
"Target utama dari operasi ini adalah daerah yang menjadi pusat serangan ke negara kami dan zona aman," ujar dia, menurut Reuters.
“Operasi akan dimulai setelah militer, intelijen, dan pasukan keamanan Turki menyelesaikan persiapan mereka,” ungkap Erdogan tanpa merinci lebih lanjut.
Ankara telah mengirim pasukan ke Suriah tiga kali, dimulai dengan Operasi Perisai Eufrat pada 2016.
Serangan terbaru, Operasi Mata Air Perdamaian 2019, disambut dengan sanksi AS dan perang kata-kata antara Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Turki saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.
Bulan lalu, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock.
Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatan Irak, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Turki menuduh milisi Kurdi Suriah YPG memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah ditetapkan Ankara sebagai organisasi teroris.
Sejak 2015, AS telah menggunakan YPG sebagai basis Pasukan Demokratik Suriah (SDF), milisi proksi yang dipersenjatai dan dipasok untuk memerangi teroris Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS).
YPG menyangkal mengakui wilayah yang dibebaskan pemerintah Suriah di Damaskus, yang ingin digulingkan Washington.
Didukung sebanyak 2.000 tentara AS, SDF saat ini menguasai bagian timur laut Suriah, termasuk sebagian besar sumur minyak dan tanah subur.
Erdogan baru-baru ini menyuarakan keberatannya terhadap Finlandia dan Swedia yang bergabung dengan NATO, karena dua pemerintah Skandinavia itu telah memberikan suaka politik kepada sejumlah aktivis Kurdi yang dianggap Turki sebagai teroris.
Meskipun dia tidak memberikan informasi secara spesifik, serangan itu kemungkinan akan menargetkan daerah-daerah yang dikuasai milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS).
Serangan militer itu telah dilakukan Turki pada tiga kesempatan sejak 2016.
“Kami akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 km yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami,” papar Erdogan setelah rapat kabinet, dilansir AP.
"Target utama dari operasi ini adalah daerah yang menjadi pusat serangan ke negara kami dan zona aman," ujar dia, menurut Reuters.
“Operasi akan dimulai setelah militer, intelijen, dan pasukan keamanan Turki menyelesaikan persiapan mereka,” ungkap Erdogan tanpa merinci lebih lanjut.
Ankara telah mengirim pasukan ke Suriah tiga kali, dimulai dengan Operasi Perisai Eufrat pada 2016.
Serangan terbaru, Operasi Mata Air Perdamaian 2019, disambut dengan sanksi AS dan perang kata-kata antara Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Turki saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.
Bulan lalu, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock.
Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatan Irak, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Turki menuduh milisi Kurdi Suriah YPG memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah ditetapkan Ankara sebagai organisasi teroris.
Sejak 2015, AS telah menggunakan YPG sebagai basis Pasukan Demokratik Suriah (SDF), milisi proksi yang dipersenjatai dan dipasok untuk memerangi teroris Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS).
YPG menyangkal mengakui wilayah yang dibebaskan pemerintah Suriah di Damaskus, yang ingin digulingkan Washington.
Didukung sebanyak 2.000 tentara AS, SDF saat ini menguasai bagian timur laut Suriah, termasuk sebagian besar sumur minyak dan tanah subur.
Erdogan baru-baru ini menyuarakan keberatannya terhadap Finlandia dan Swedia yang bergabung dengan NATO, karena dua pemerintah Skandinavia itu telah memberikan suaka politik kepada sejumlah aktivis Kurdi yang dianggap Turki sebagai teroris.
(sya)
tulis komentar anda