Rusia Tak akan Paksa China Gabung Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir
Senin, 22 Juni 2020 - 22:20 WIB
WASHINGTON - Rusia menyatakan tidak akan mendesak China untuk bergabung dalam perjanjian kontrol senjata nuklir Rusia dan Amerika Serikat (AS), New START. Hal itu disampaikan Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov.
"Mengenai China, posisi kami sederhana dan jelas, China sendiri harus memutuskan apakah pembicaraan ini bermanfaat bagi mereka. Kami tidak akan memaksa teman-teman Cina kami. Kami tidak akan mendorong (mereka) ke arah keputusan yang diperlukan untuk orang Amerika," kata Antonov.
Antonov, seperti dilansir Tass pada Senin (22/6/2020), kemudian mencatat bahwa Rusia umumnya tidak menentang konsultasi multilateral mengenai stabilitas strategis.
"Sebelumnya, kami berbicara tentang fakta bahwa kemungkinan potensi pengurangan arsenal nuklir lebih lanjut oleh Rusia dan AS habis," ucapnya. ( Baca Juga: Baca juga: Prajurit TNI Semprotkan Disinfektan di Jogging Track Lapangan Karebosi
Dia juga mengingatkan bahwa China pada tingkat tinggi telah berulang kali menegaskan kembali kurangnya niat untuk bergabung dalam perundingan antara Moskow dan Washington. "Kami menghormati posisi ini," tambah Antonov.
"Mengenai China, posisi kami sederhana dan jelas, China sendiri harus memutuskan apakah pembicaraan ini bermanfaat bagi mereka. Kami tidak akan memaksa teman-teman Cina kami. Kami tidak akan mendorong (mereka) ke arah keputusan yang diperlukan untuk orang Amerika," kata Antonov.
Antonov, seperti dilansir Tass pada Senin (22/6/2020), kemudian mencatat bahwa Rusia umumnya tidak menentang konsultasi multilateral mengenai stabilitas strategis.
"Sebelumnya, kami berbicara tentang fakta bahwa kemungkinan potensi pengurangan arsenal nuklir lebih lanjut oleh Rusia dan AS habis," ucapnya. ( Baca Juga: Baca juga: Prajurit TNI Semprotkan Disinfektan di Jogging Track Lapangan Karebosi
Dia juga mengingatkan bahwa China pada tingkat tinggi telah berulang kali menegaskan kembali kurangnya niat untuk bergabung dalam perundingan antara Moskow dan Washington. "Kami menghormati posisi ini," tambah Antonov.
(esn)
tulis komentar anda