Dikeluhkan Kelompok Hindu, 900 Masjid Mumbai Redam Toa saat Azan
Senin, 09 Mei 2022 - 10:29 WIB
MUMBAI - Para ulama senior di Mumbai, India , memilih mengurangi volume pengeras suara di lebih dari 900 masjid saat azan dikumandangkan. Peredaman suara toa masjid dilakukan setelah ada keluhan kebisingan dari kelompok Hindu.
Duduk di sebuah kantor yang dipenuhi dengan buku-buku yang menghadap ke aula salat raksasa, Mohammed Ashfaq Kazi, pengkhotbah utama di masjid terbesar di Mumbai, memeriksa meteran desibel yang terpasang pada pengeras suara sebelum dia mengumandangkan azan.
“Volume azan kami telah menjadi masalah politik, tetapi saya tidak ingin itu berubah menjadi komunal,” kata Kazi, salah satu cendekiawan Islam paling berpengaruh di kota metropolitan yang luas di pantai barat India tersebut.
Saat dia berbicara, dia menunjuk ke pengeras suara yang terpasang di menara Masjid Juma yang berwarna pasir di kawasan perdagangan lama Mumbai.
Kazi dan tiga ulama senior lainnya dari Maharashtra, di mana Mumbai berada, mengatakan lebih dari 900 masjid di barat negara bagian itu telah setuju untuk mengecilkan volume pengeras suara masjid saat azan dikumandangkan menyusul keluhan dari seorang politisi Hindu setempat.
Raj Thackeray, pemimpin partai Hindu regional, pada April menuntut agar masjid dan tempat ibadah lainnya tetap berada dalam batas kebisingan yang diizinkan. Jika tidak, dia mengatakan para pengikutnya akan melantunkan doa Hindu di luar masjid sebagai protes.
Thackeray, yang partainya hanya memiliki satu kursi di majelis negara bagian yang beranggotakan 288 orang, mengatakan dia hanya bersikeras agar putusan pengadilan tentang tingkat kebisingan ditegakkan.
“Jika agama adalah urusan pribadi, lalu mengapa umat Islam diperbolehkan menggunakan pengeras suara selama 365 hari (dalam setahun)?” kata Thackeray kepada wartawan di Mumbai, pusat keuangan India dan Ibu Kota Maharashtra.
Duduk di sebuah kantor yang dipenuhi dengan buku-buku yang menghadap ke aula salat raksasa, Mohammed Ashfaq Kazi, pengkhotbah utama di masjid terbesar di Mumbai, memeriksa meteran desibel yang terpasang pada pengeras suara sebelum dia mengumandangkan azan.
“Volume azan kami telah menjadi masalah politik, tetapi saya tidak ingin itu berubah menjadi komunal,” kata Kazi, salah satu cendekiawan Islam paling berpengaruh di kota metropolitan yang luas di pantai barat India tersebut.
Saat dia berbicara, dia menunjuk ke pengeras suara yang terpasang di menara Masjid Juma yang berwarna pasir di kawasan perdagangan lama Mumbai.
Kazi dan tiga ulama senior lainnya dari Maharashtra, di mana Mumbai berada, mengatakan lebih dari 900 masjid di barat negara bagian itu telah setuju untuk mengecilkan volume pengeras suara masjid saat azan dikumandangkan menyusul keluhan dari seorang politisi Hindu setempat.
Raj Thackeray, pemimpin partai Hindu regional, pada April menuntut agar masjid dan tempat ibadah lainnya tetap berada dalam batas kebisingan yang diizinkan. Jika tidak, dia mengatakan para pengikutnya akan melantunkan doa Hindu di luar masjid sebagai protes.
Thackeray, yang partainya hanya memiliki satu kursi di majelis negara bagian yang beranggotakan 288 orang, mengatakan dia hanya bersikeras agar putusan pengadilan tentang tingkat kebisingan ditegakkan.
“Jika agama adalah urusan pribadi, lalu mengapa umat Islam diperbolehkan menggunakan pengeras suara selama 365 hari (dalam setahun)?” kata Thackeray kepada wartawan di Mumbai, pusat keuangan India dan Ibu Kota Maharashtra.
tulis komentar anda