Lavrov: 1 Juta Orang Dievakuasi dari Ukraina ke Rusia Sejak 24 Februari
Sabtu, 30 April 2022 - 16:06 WIB
MOSKOW - Lebih dari 1 juta orang telah dievakuasi dari Ukraina ke Rusia sejak 24 Februari. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dalam sambutannya yang diterbitkan pada Sabtu (30/4/2022) pagi.
Sekitar 1,02 juta jiwa, termasuk 120.000 orang asing dan orang-orang yang dievakuasi dari wilayah Ukraina yang memisahkan diri yang didukung Rusia. Wilayah itu disebut Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, yang diakui Rusia sebagai wilayah merdeka sesaat sebelum meluncurkan invasinya.
Lavrov, dalam komentarnya kepada kantor berita resmi China Xinhua yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan, 2,8 juta orang di Ukraina telah meminta untuk dievakuasi ke Rusia.
Menurut data dari PBB, lebih dari 5,4 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak awal invasi. Moskow menyebutnya sebagai "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangganya. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan.
Ukraina mengatakan, Moskow telah dengan paksa mendeportasi ribuan orang ke Rusia. Upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari beberapa daerah garis depan, termasuk pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, telah berulang kali gagal, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan.
Sejak kali pertama muncul kabar Rusia mengevakuasi warga Ukraina ke wilayahnya, Kiev langsung bereaksi keras. Kiev menyebut tindakan Moskow itu sebagai langkah yang tidak bermoral. Menurut Kiev, warga Ukraina dipaksa untuk pindah ke wilayah Rusia dengan tekanan.
Sementara Lavrov mengatakan, jika Amerika Serikat dan NATO "benar-benar" tertarik untuk menyelesaikan krisis Ukraina, mereka harus berhenti mengirim senjata ke Kiev.
"Dengan secara terbuka menyatakan dukungan untuk rezim Kiev, negara-negara NATO melakukan segalanya untuk mencegah berakhirnya operasi melalui perjanjian politik," kata Lavrov, seperti dikutip dari Reuters.
Sekitar 1,02 juta jiwa, termasuk 120.000 orang asing dan orang-orang yang dievakuasi dari wilayah Ukraina yang memisahkan diri yang didukung Rusia. Wilayah itu disebut Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, yang diakui Rusia sebagai wilayah merdeka sesaat sebelum meluncurkan invasinya.
Lavrov, dalam komentarnya kepada kantor berita resmi China Xinhua yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan, 2,8 juta orang di Ukraina telah meminta untuk dievakuasi ke Rusia.
Menurut data dari PBB, lebih dari 5,4 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak awal invasi. Moskow menyebutnya sebagai "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangganya. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan.
Ukraina mengatakan, Moskow telah dengan paksa mendeportasi ribuan orang ke Rusia. Upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari beberapa daerah garis depan, termasuk pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, telah berulang kali gagal, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan.
Sejak kali pertama muncul kabar Rusia mengevakuasi warga Ukraina ke wilayahnya, Kiev langsung bereaksi keras. Kiev menyebut tindakan Moskow itu sebagai langkah yang tidak bermoral. Menurut Kiev, warga Ukraina dipaksa untuk pindah ke wilayah Rusia dengan tekanan.
Sementara Lavrov mengatakan, jika Amerika Serikat dan NATO "benar-benar" tertarik untuk menyelesaikan krisis Ukraina, mereka harus berhenti mengirim senjata ke Kiev.
"Dengan secara terbuka menyatakan dukungan untuk rezim Kiev, negara-negara NATO melakukan segalanya untuk mencegah berakhirnya operasi melalui perjanjian politik," kata Lavrov, seperti dikutip dari Reuters.
(esn)
tulis komentar anda