Dugaan 1 Kasus COVID-19 Picu Tes Massal dan Batalkan Ratusan Penerbangan di China
Kamis, 28 April 2022 - 21:51 WIB
BEIJING - Kota besar di China Guangzhou membatalkan ratusan penerbangan pada Kamis (28/4/2022) dan mulai melakukan tes COVID-19 terhadap 5,6 juta orang. Itu dilakukan setelah ditemukan satu kasus yang diduga COVID-19.
Kebijakan ini diambil sebagai bagian dari pertempuran yang meningkat di seluruh negara itu untuk menghilangkan virus.
Guangzhou mengumumkan pengujian massal untuk hampir sepertiga dari hampir 19 juta penduduknya setelah hasil tes "tidak normal" terdeteksi di bandaranya, di mana sebagian besar penerbangan telah dibatalkan. Kota di China selatan ini adalah pusat perdagangan dan manufaktur utama.
Sementara itu, pusat teknologi Hangzhou dekat Shanghai pada Rabu malam memerintahkan 9,4 juta penduduk pusat kota dari 12,2 juta penduduknya untuk dites setiap 48 jam jika mereka ingin mengakses ruang publik dan transportasi.
"Tujuannya adalah agar virus tidak memiliki tempat untuk bersembunyi atau menetap," kata pemerintah kota dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channel News Asia.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran pembatasan lebih lanjut di kota yang menampung beberapa perusahaan terbesar China.
China menghadapi wabah terburuk sejak puncak gelombang pertama pada awal 2020, dengan Shanghai timur mencatat lusinan kematian setiap hari dan Ibu Kota Beijing menutup seluruh lingkungan tempat beberapa kasus telah terdeteksi.
Di bawah kebijakan nol-COVID, China telah menggunakan penguncian, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan untuk membasmi infeksi.
Kebijakan ini diambil sebagai bagian dari pertempuran yang meningkat di seluruh negara itu untuk menghilangkan virus.
Guangzhou mengumumkan pengujian massal untuk hampir sepertiga dari hampir 19 juta penduduknya setelah hasil tes "tidak normal" terdeteksi di bandaranya, di mana sebagian besar penerbangan telah dibatalkan. Kota di China selatan ini adalah pusat perdagangan dan manufaktur utama.
Sementara itu, pusat teknologi Hangzhou dekat Shanghai pada Rabu malam memerintahkan 9,4 juta penduduk pusat kota dari 12,2 juta penduduknya untuk dites setiap 48 jam jika mereka ingin mengakses ruang publik dan transportasi.
"Tujuannya adalah agar virus tidak memiliki tempat untuk bersembunyi atau menetap," kata pemerintah kota dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channel News Asia.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran pembatasan lebih lanjut di kota yang menampung beberapa perusahaan terbesar China.
China menghadapi wabah terburuk sejak puncak gelombang pertama pada awal 2020, dengan Shanghai timur mencatat lusinan kematian setiap hari dan Ibu Kota Beijing menutup seluruh lingkungan tempat beberapa kasus telah terdeteksi.
Baca Juga
Di bawah kebijakan nol-COVID, China telah menggunakan penguncian, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan untuk membasmi infeksi.
tulis komentar anda