13 Orang Tewas dalam Tanah Longsor di Pantai Gading, Bisa Bertambah
Jum'at, 19 Juni 2020 - 02:01 WIB
ABIDJAN - Tanah longsor di pinggiran kota Abidjan, Pantai Gading, pada dini hari Kamis (18/6) menewaskan 13 orang.
Hujan deras memicu tanah longsor di pinggiran utara Abidjan itu. “Hujan lebat terjadi antara 12 Juni dan 15 Juni yang tidak seperti biasanya,” ungkap pernyataan badan cuaca Pantai Gading.
“Korban meninggal ada 13 orang,” papar Menteri Pertahanan (Menhan) Pantai Gading Hamed Bakayoko.
Walikota Anyama, Amidou Sylla menjelaskan jumlah korban tewas dapat bertambah seiring proses pencarian yang masih berlangsung.
“Korban meninggal bisa lebih tinggi dengan pencarian yang terus dilakukan. Kita bisa memiliki sekitar 20 korban meninggal akibat tanah longsor itu karena masih banyak rumah yang harus diperiksa,” ungkap Sylla.
Tanah longsor dan banjir seting terjadi di Abidja selama musim hujan yang berlangsung dari April hingga akhir Oktober. Musibah itu biasanya memakan nyawa warga yang membangun pemukiman di sisi bukit yang mudah longsor.
Hujan deras juga terjadi di wilayah lain negara itu pada pekan ini. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran terjadi kerusakan hasil panen di negara produsen kakao terbesar di dunia itu. (Baca Juga: China Temukan Banyak Jejak Virus Corona di Pasar Makanan Beijing)
Para petani di wilayah Soubre, di jantung sabuk kakao Pantai Gading menyatakan hujan sangat lebat hingga dapat menggugurkan banyak bunga dari pohon. Ini dapat mengurangi hasil panen pada Agustus dan September.
Panen kacang juga dapat menurun pada pekan mendatang saat cuaca masih berawan sehingga petani sulit mengeringkan hasil panen karena kurang sinar matahari. (Lihat Video: Ibu Tiri Aniaya Balita dengan Pulpen Hingga Tewas)
Hujan deras memicu tanah longsor di pinggiran utara Abidjan itu. “Hujan lebat terjadi antara 12 Juni dan 15 Juni yang tidak seperti biasanya,” ungkap pernyataan badan cuaca Pantai Gading.
“Korban meninggal ada 13 orang,” papar Menteri Pertahanan (Menhan) Pantai Gading Hamed Bakayoko.
Walikota Anyama, Amidou Sylla menjelaskan jumlah korban tewas dapat bertambah seiring proses pencarian yang masih berlangsung.
“Korban meninggal bisa lebih tinggi dengan pencarian yang terus dilakukan. Kita bisa memiliki sekitar 20 korban meninggal akibat tanah longsor itu karena masih banyak rumah yang harus diperiksa,” ungkap Sylla.
Tanah longsor dan banjir seting terjadi di Abidja selama musim hujan yang berlangsung dari April hingga akhir Oktober. Musibah itu biasanya memakan nyawa warga yang membangun pemukiman di sisi bukit yang mudah longsor.
Hujan deras juga terjadi di wilayah lain negara itu pada pekan ini. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran terjadi kerusakan hasil panen di negara produsen kakao terbesar di dunia itu. (Baca Juga: China Temukan Banyak Jejak Virus Corona di Pasar Makanan Beijing)
Para petani di wilayah Soubre, di jantung sabuk kakao Pantai Gading menyatakan hujan sangat lebat hingga dapat menggugurkan banyak bunga dari pohon. Ini dapat mengurangi hasil panen pada Agustus dan September.
Panen kacang juga dapat menurun pada pekan mendatang saat cuaca masih berawan sehingga petani sulit mengeringkan hasil panen karena kurang sinar matahari. (Lihat Video: Ibu Tiri Aniaya Balita dengan Pulpen Hingga Tewas)
(sya)
tulis komentar anda